Akar Kesenjangan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 8 Februari 2017 . in Dosen . 5347 views

Salah satu problem mendasar bangsa ini adalah kesenjangan. Terdapat sekelompok orang, bahkan amat kecil jumlahnya, menguasai ekonomi luar biasa besarnya, sementara yang lain yang jumlahnya amat besar justru tidak memperoleh penghasilan yang cukup. Masyarakat menjadi terbelah antara mereka yang kaya dan miskin. Berbagai upaya dilakukan, tetapi sekalipun sudah sekian lama dilakukan, ternyata belum sepenuhnya berhasil. Kesenjangan itu masih saja terjadi, dan bahkan keadaannya semakin melebar.

Mengatasi kesenjangan seharusnya dimilai dari penyebab utamanya. Akar penyebab kesenjangan itu seharusnya dicari. Jika kesenjangan merupakan akibat, maka sebab-sebab yang melahirkannya harus diketahui secara pasti dan kemudian dihilangkan. Menghilangan sebab adalah cara terbaik menyelesaikan masalah, tidak terkecuali sebab kesenjangan yang sudah sekian lama terjadi. Menghilangkan kesenjangan hanya terfokus pada upaya menanggulangi kebutuhan riil sesaat, misalnya hanya sekedar memberi bantuan beras atau sejenisnya kepada orang miskin, justru akan sama halnya dengan memperkukuh keberadaan orang miskin, dan akhirnya kesenjangan tidak akan terselesaikan.

Bukan berarti bahwa membantu orang miskin dengan memberi sesuatu tidak perlu. Namun usaha tersebut sebenarnya hanya bersifat temporal dan atau berjangka pendek. Pada saat tertentu, yaitu ketika sedang diberi beras dan atau lainnya, persoalan orang miskin hanya pada hari itu terselesaikan. Akan tetapi pada hari berikutnya, ketika berasnya sudah habis, persoalannya akan dirasakan lagi. Selain itu, dengan cara diberi, orang yang berkekurangan atau orang miskin, akan merasa aman dan tidak akan mau berusaha. Oleh karena itu, pemberian bantuan secara langung hanya tepat untuk mengatasi persoalan yang bersifat sementara dan atau berjangka pendek. Sedangkan untuk mengatasi persoalan jangan panjang, sebenarnya tidak tepat.

Jika diperhatikan secara saksama, kehidupan ini bagaikan di lautan bebas. Di laut bebas terdapat berbagai jenis ikan berukuran besar dan kecil. Mereka saling mencari makan, berebut, dan bahkan ikan yang besar akan memangsa ikan-ikan yang kecil. Kesenjangan kehidupan ikan di laut luar biasa antara yang besar dan yang kecil. Selain itu, terdapat ikan yang sedemikian pintar dan lincah mencari mangsa, sebaliknya juga terdapat ikan yang sedemikian lemah, lamban dan akhirnya tidak saja kalah dalam bersaing, tetapi dirinya dimangsa oleh ikan lain yang lebih kuat. Apa yang terjadi pada dunia ikan di laut sebenarnya sama atau juga terjadi pada kehidupan manusia.

Berbagai jenis ikan di laut, sejak dilahirkan oleh induknya sudah berbeda. Anak ikan kecil tidak akan mampu berubah menjadi besar, dan begitu pula sebaliknya. Hal itu berbeda dari manusia. Keistimewaan manusia dilahirkan dalam keadaan sama. Perbedaannya hanya menyangkut lingkungan dan atau potensi lainnya. Seserorang dilahirkan dari keluarga kaya, berada di negara maju, dan sejenisnya, sementara yang lain tidak begitu. Akan tetapi, kemampuan pendengarannya, penglihatannya, hati, dan otaknya adalah sama. Manakala potensi itu dipacu, maka akan menjadi kuat dan mampu memenangkan di dalam kompetisi. Ikan yang berjenis ukuran kecil, dikembangkan dengan cara apapun tidak akan mampu berubah menjadi jenis ikan besar, paus misalnya. Tidak seperti ikan atau jenis binatang lainnya, manusia berpotensi untuk diubah.

Oleh karena itu, manusia yang lahir dan berada di manapun memiliki potensi untuk berkembang dan berubah, terutama jiwanya, dari ukuran kecil menjadi besar. Anak pedesaan yang berada di lingkungan yang serba berkekurangan, dapat diubah menjadi orang yang berpotensi mampu memenangkan persaingan di dalam kehidupan ini, baik di dalam bidang ekonomi, politik, olah raga, social, atau apa saja. Bukti-bukti yang demikian itu sudah banyak jumlahnya. Seorang anak miskin yang lahir di kaki gunung yang amat jauh dari perkotaan, ternyata berhasil menjadi bupati, walikota, gubernur, menteri, anggota parlemen, dan bahkan presiden. Kenyataan itu membuktikan bahwa manusia bisa diubah menjadi unggul, sehingga berhasil memenangkan persaaingan dalam berbagai bidang kehidupan.

Kata kunci untuk mengubah manusia adalah melalui pendidikan. Anak-anak yang hatinya disentuh agar tumbuh kemauannya, keberanian, bertekad maju dan memang, dan juga otaknya dilatih untuk berpikir, mata dan telinganya dibiasakan untuk menangkap informasi secara tepat, maka mereka itu kelak akan menjadi pemenang. Sebaliknya, anak-anak yang tidak memperoleh sentuhan untuk maju, maka hingga kapanpun akan mewarisi keadaan leluhurnya, miskin dan terbelakang. Bahkan sekalipun anaknya orang kaya dan pintar, jika tidak dididik secara tepat juga akan menjadi mundur dan suatu saat akan kalah. Untuk mengembangkan potensi dan merubah anak manusia sebenarnya sudah terdapat instrumentnya, yaitu berupa pendidikan. Persoalannya adalah pendidikan seperti apa, yang mampu mengubah keadaan itu. Pada zaman modern seperti sekarang ini, tentu pendidikan yang diselenggarakan seharusnya berbeda dari cara-cara yang dilakukan oleh orang dahulu. Jika tidak mau mengubahnya, maka sama artinya dengan melanggengkan kesenjangan. Sebab akar kesenjangan yang berjangka panjang sebenarnya adalah terletak pada bagaimana cara mendidik anak bangsa ini. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up