Seseorang pada umumnya ketika berbuat baik kepada orang lain, berharap suatu ketika mendapatkan kebaikan yang sama dari orang yang bersangkutan. Logika demikian itu kiranya bersifat manusiawi. Orang yang telah diberi kebaikan seharusnya akan membalas kebaikan pula. Namun yang terjadi adalah tidak selalu demikian. Banyak orang yang berbuat baik, tetapi kemudian justru dibalas dengan keburukan atau setidaknya kebaikan itu dilupakan begitu saja.
Saya pernah mendapatkan nasehat dari seorang guru senior, bahwa ketika berbuat baik kepada seseorang jangan sekali-kali berharap akan mendapatkan kebaikan yang sama dari orang yang bersangkutan. Peringatan itu diberikan, masih dari seorang guru dimaksud, adalah agar tidak kecewa. Diingatkan bahwa sedikit sekali orang yang telah menerima kebaikan mampu mengingat kebaikan yang telah diterimanya itu. Kebanyakan mereka lupa, oleh karena manusia itu bersifat pelupa.
Manusia di dalam al Qur'an, di antaranya, disebut dengan istilah al insaan. Sebutan itu kebanyakan dikaitkan dengan hal yang kurang baik, kurang menyenangkan, dan bahkan sesuatu yang buruk. Tidak kurang dari 56 kali, kata insaan disebut di dalam al Qur'an dan kebanyakan menyebut yang demikian itu. Disebutkan misalnya, bahwa manusia selalu merugi, manusia terhadap tuhannya ingkar, manusia diciptakan dalam keadaan berfkeluh kesah, manusia itu dholim yang nyata, manusia itu berlebih-lebihan, dan tentu masih banyak sebutan lagi lainnya yang hampir semuanya tidak menyenangkan.
Sifat manusia sebagaimana disebutkan itu menjadikan mereka sangat berat untuk melakukan kebaikan hingga membalas kepada orang yang telah berbuat baik kepadanya.Oleh karena itu ketika melakukan kebaikan kepada orang lain, maka harus dilakukan dengan ikhlas. Sikap ikhlas sangat berbeda dari sikap yang terjadi pada kegiatan jual beli, pinjam meminjam, atau bertransaksi. Orang berbuat ikhlas akan segera melupakan apa yang dilakukan itu. Orang berbuat ikhlas hanya semata-mata berharap memperoleh kasih sayang dari Tuhannya.
Seorang guru yang arif sebagaimana disebutkan di muka juga mengingatkan bahwa, berharap memperoleh kebaikan dari berbuat baik kepada orang lain itu saja sebenarnya keliru. Kebaikan yang diberikan kepada seseorang hendaknya tanpa bermaksud memperoleh balasan. Balasan itu tidak akan dapat diperoleh dari manusia. Oleh karena itu, agar hati menjadi tenang, sabar, dan tidak terganggu, maka ketika memberi sesuatu kepada orang lain, seharusnya diberikan dengan ikhlas dan atau tulus tanpa berharap memperoleh balasan. Wallahu a'lam