Ketika Belajar Agama Menjadi Mahal
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Jumat, 3 Februari 2017 . in Dosen . 4212 views

Pada umumnya belajar agama itu beayanya murah, dan bahkan gratis. Tetapi ternyata tidak selalu demikkian. Belajar agama dengan cara mengikuti pengajian di masjid atau di mushalla, ceramah hari-hari besar yang diikuti secara massal, memang murah, bahkan tidak perlu biaya. Akan tetapi, jika pengajian itu dilakukan dengan serius dalam arti memilih ustadz yang tidak sembarangan, ternyata memerlukan beaya mahal.

Beaya yang dimaksudkan itu bukan untuk membayar ustadz yang memberi penjelasan tentang agama, dalam hal ini al Qur'an dan as-sunnah, melainkan untuk biaya transportasi pulang pergi dari rumah ke tempat kegiatan tersebut bagi yang bersangkutan sendiri. Oleh karena harus menempuh jarak jauh, maka biaya itu tentu menjadi mahal. Akhirnya, hanya orang-orang yang kebetulan punya uang dan bersungguh-sungguh saja yang bersedia mengikuti kegiatan itu.

Adalah orang Pontianak, Kalimantar Barat yang tergabung dalam organisasi Jam'iyyatul Islamiyah di provinsi itu, sekedar belajar al Qur;an dan as Sunnah harus menempuh jarak jauh dan mengel;uarkan biaya mahal. Oleh karena mendapatkan giliran dihadiri oleh Pembinanya, yaitu Dr. Aswin Rose Yusuf dari Jakarta sudah terlalu lama belum berhasil, maka kelompok pengajian itu datang ke Jakarta. Lebih dari 70 orang, terdiri atas para guru besar, dosen, pengusaha, birokrat, pedagang, dan lain-lain, bersepakat datang ke Jakarta. Mereka memohon dan berharap agar diberi pencerahan tentang kehidupan yang bersumber al Qur'an dan as sunnah.

Sejumlah orang yang ingin mendapatkan pemahaman tentang al Qur'an dan as-Sunnah, dipimpin oleh Prof. Dr. Chairil Effendy, Mantan Rektor Universitas Tanjung Pura, dengan mengambil tempat di sebuah hotel di Jakarta berusaha mendapatkan pencerahan dimaksud. Usaha tersebut tentu beayanya tidak murah, lebih-lebih harus menginap di tempat itu. Namun oleh karena sudah merasa haus mendapatkan pencerahan itu, berapapun biaya yang harfus dkitanggung tidak dirasakan berat. Belajar agama, dengan demikian, ternyata menjadi mahal.

Mengikuti kajian al Qur'an dan as-Sunnah sebagaimana dimaksudkan itu ternyata memang dirasakan mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, apalagi ketika menghadapi tantangan yang semakin berat seperti keadaan sekarang ini. Al Qur'an dan as-Sunnah tatkala dikaji melalui kekuatan yang ada pada hati, maka terasa menyejukkan, mencerahkan, dan membuat rasa semakin damai. Itulah sebabnya, sekalipun masing-masing harus menanggung biaya mahal, baik untuk biaya pesawat dan menginap di hotel, tidak dirasakan sebagai sesuatu yang berat.

Mencari ilmu tidak cukup mendatangkan orang yang memiliki ilmu, tetapi suatu saat ketika seseorang yang mampu menyampaikan ilmu dimaksud tidak dapat didatangkan, maka yang bersangkutan harus didatangi dan jika perlu dikejar. Kiranya sama dengan orang ketika sedang membutuhkan air. Ketika air tidak dapat dialirkan, maka pencarfi air harus mendatangi sumber air itu ke tempatnya. Beaya mencari air memang mahal, tetapi bagi orang yang memang membutuhkannya, tidak akan ada sesuatu yang dianggap sulit dan mahal.

Pengetahuan agama biasanya dihargai murah, dan dianggap di mana saja bisa didapatkan. Akan tetapi pengetahuan agama yang dipandang dan dirasakan benar-benar mampu menghilangkan rasa haus, mencerahkan, dan menjadikan hati semakin damai, maka di mana pun tempatnya dan dengan resiko apapun akan didatangi. Demikian pula kajian al Qur'an dan as-Sunnah sebagaimana yang dimaksudkan oleh Jam'iyyatul Islamiyah Pontianak, Kalimantan Barat harus didatangi. Melalui kajian itu, mereka merasa memperoleh ilmu, hikmah, dan sekaligus kesejukan hati. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up