Sementara ini ilmu sosial memahami manusia dari aspek perilakunya. Perilaku yang timbul dari interaksinya dengan pihak lain disebut sosiologi. Sebaliknya, perilaku yang timbul dari dalam diri manusia disebut dengan psikologi.Sedang perilaku dikaitkan dengan kurun waktu disebut dengan sejarah, dan perilaku yang ditimbulkan dari budayanya disebut dengan antropologi. Begitulah garis besar pembagian ilmu sosial yang selama ini dijadikan bahan kajian oleh para ahlinya secara terus menerus dan tidak mengenal final.
Selanjutnya, jika dikaji dan direnungkan secara mendalam, perilaku manusia sebenarnya tidak cukup hanya dikaji dari perspektif ilmu sosial tersebut. Pada diri manusia masih terdapat aspek lain yang belum memperoleh perhatian secara saksama dan kemudian dijadikan bahan kajian secara mendalam. Biasanya para agamawan, mendasarkan pada kitab suci, berusaha memahami manusia dari aspek dan unsur-unsur kejadiannya. Para agamawan menyebut bahwa manusia terdiri dari aspek jasmani dan ruhani. Aspek jasmaninya dipelajari oleh para ahli biologi, fisika, dan juga kedokteran.
Sementara itu, aspek ruhaninya belum memperoleh perhatian dari para ilmuwan. Hal demikian itu wajar oleh karena ilmu pengetahuan hanya mempelajari obyek yang dapat dilihat atau diobservasi, dan bahkan juga yang dapat diukur. Sementara itu menyangkut ruhani tidak akan dapat diobservasi dan dijangkau oleh nalar ilmu pengetahuan. Padahal mempelajari manusia dengan mengabaikan ruhaninya, sama artinya dengan mengabaikan eksistensi manusia itu sendiri. Apa yang tampak pada diri manusia sebenarnya digerakkan justru oleh ruhnya yang tidak tampak itu.
Pernyataan tersebut sebenarnya tidak sulit dipahami oleh siapapun. Sehari-hatri kita dapat menunjuk contoh sederhana terkait dengan hal tersebut. Mobil, sepeda motor, pesawat terbang, dan bahkan komputer yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari, juga terdiri dari aspek yang digerakkan oleh kekuatan yang tidak tampak, namun justru penting untuk menghidupkan alat modern yang dimaksudkan itu. Mempelajari mobil, pesawat terbang, HP, dan juga komputer, hanya dari aspek fisiknya yang kelihatan, maka tidak akan memperoleh pemahaman yang sebenarnya.
Alat transportasi dan juga komunikasi =tersebut menjadi bermanfaat oleh karena ada kekuatan penggeraknya. Pesawat dapat terbang oleh karena memiliki mesin dan bahkan mesin itupun dapat hidup oleh karena ada sumber kekuatan, yang berupa elektronik yang telah ditata sedemikian rupa. Bodi pesawat dan juga mobil dan lain-lain, tanpa ada kekuatan dimaksud tidak akan bisa hidup dan bergerak. Demikian pula manusia, tentu lebih rumit lagi keadaannya, oleh karena merupakan barang hidup yang geraknya tidak mekanik. Manusia memiliki nafsu, pikiran, ruh, hati, dan lainnya.
Memahami manusia tanpa melihat aspek-aspek yang ada di dalam diri manusia, sama artinya dengan mempelajari pesawat terbang hanya dari aspek kerangka dan kelengkapannya saja. Tentu hal demikian itu tidak akan menghasilkan pengetahuan yang utuh dan komprehensif. Bahkan dengan cara yang demikian, akan meninggalkan aspek yang justru terpenting dari manusia itu sendiri. Hanya persoalannya, bahwa menyangkut ruh, iman, nur, dan sejenisnya tidak dapat diobservasi. Pengetahuan tentang semuanya itu hanya dapat diperoleh melalui kitab suci. Oleh karena itu bagi orang-orang yang hanya percaya pada paradigma positifistik, tidak akan mampu menangkap aspek penting dari kehidupan manusia dimaksud.
Kitab suci al Qur'an sebenarnya telah menjelaskan semua tentang penciptaan manusia. Al Qur'an menjelaskan tentang asal usul kejadian manusia, unsur-unsurnya, hingga menyangkut aspek yang tidak mungkin dilihat dan diobservasi, tetapi justru menjadi inti kekuatan penggeraknya. Sebagaimana disinggung di muka, pada diri manusia terdapat ruh, iman, nur, dan kitab. Selain itu, pada tubuh manusia terdiri atas unsur angin, api, air, dan tanah, yang semua itu akan melahirkan nafsu yang kemudian berpengaruh pada perilakunya. Memahami manusia dengan mengabaikan unsur-unsur kejadian dimaksud tentu tidak akan sempurna. Sedangkan informasi sebagaimana dimaksudkan itu hanya dapat diperoleh dan dipahami melalui kitab suci dan sunnah Rasul-Nya. Wallahu a'lam