Suatu ketika saya melihat anak-anak di suatu tempat dengan lincahnya berkuda. Anak dimaksud umurnya kira-kira baru belasan tahun. Sayangnya ketika sedang naik kuda, tidak mengenakan seragam sekolah. Tetapi melihat tubuh anak dimaksud, mungkin umurnya belum sampai 15 tahun, kira baru menjadi siswa SMP, dan atau bahkan masih SD. Akan tetapi dalam mengendarai kudanya, sedemikian lincah.
Melihat anak tersebut, di zaman sekarang ini, saya menduga bukan saja lincah ketika berkuda, tetapi anak dimaksud juga lincah dalam bersepeda motor dan bahkan juga dalam menggunakan perangkat komunikasi modern seperti HP, internet, dan semacamnya. Anak-anak sekarang ini pada umumnya jauh lebih lincah dibanding orang tuanya sendiri. Bahkan banyak orang tua dan mungkin juga guru atau dosen mengoperasionalkan komputer saja masih kalah dari anaknya yang masih duduk di bangku SD atau SMP.
Perkembangan anak sekarang dalam mengikuti kemajuan teknologi ternyata luar biasa cepatnya. Orang tuanya sendiri belum tahu cara mengoperasionalkan teknologi, ternyata anak-anaknya, sekalipun misalnya hanya sebatas meminjam dari temannya, dalam waktu singkat, sudah belajar dan mampu menguasainya. Anak-anak justru memiliki semangat untuk mengetahui sesuatu jauh lebih tinggi dibanding orang tuanya. Itulah sebabnya orang tua sering disebut gaptek.
Melihat kenyataan tersebut, orang tua sangat mungkin melakukan kekeliruan dalam mendidik dan mengajar anak-anaknya jika hanya sebatas mendasarkan pada pengalaman mereka sendiri ketika dulu masih menjadi siswa. Anak-anak dahulu hidup dalam tantangan dan fasilitas yang jauh berbeda dibanding sekarang. Oleh karena pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, anak-anak sekarang terdorong untuk menjadi cepat mengetahui, cepat mencoba, dan berlatih. Ketika anak-anak melihat film melalui televisi atau lainnya, yang menggambarkan tentang keberanian berkuda, maka anak-anak juga mencobanya, dan ternyata mampu mengendarai kudanya dengan lincah.
Untuk memiliki ketrampilan berkuda, anak-anak tertentu yang berbakat, pemberani dan selalu berlatih, sekalipun masih amat muda, mereka berhasil memiliki kemampuan luar biasa. Bisa jadi orang tuanya sendiri, oleh karena tidak berlatih dan berpengalaman, mereka tidak memiliki kemampuan tentang itu. Sudah barang tentu, hal tersebut tidak saja dalam berkuda, tetapi juga dalam ketrampilan lainnya, misalnya tatkala harus mencari data, buku, informasi lain dari internet dan lain-lain. Itulah sebabnya, tidak sedikit orang tua, jika menemui kesulitan terkait alat komunikasi modern, justru meminta bantuan pada anak-anaknya . Anaknya terkadang lebih terampil dibanding orang tuanya dan bahkan juga dari gurunya. Anak-anak tidak pernah gaptek, berbeda dari orang tuanya sendiri.
Pandangan orang tua terhadap anaknya atau para guru, kepala sekolah, dan lebih-lebih para pengambil kebijakan tentang pendidikan yang keliru, akan merugikan kehidupan anak di masa depan. Kehidupan anak sekarang misalnya dipandang seperti mereka dulu ketika masih di usia sekolah. Kemudian anak-anak dididik dan diajari sebagaimana mereka dulu memperoleh pelajaran. Padahal, anak sekarang oleh karena kemajuan ilmu dan teknologi menjadi jauh berbeda. Mereka lebih maju dan modern dibanding anak-anak pada zaman dulu. Kalau dulu anak-anak hanya terampil berkuda, sekarang selain berkuda, mereka juga terampil dan adaptif terhadap teknologi. Oleh karena itu agar ke depan anak-anak mampu menyesuaikan perkembangkan ilmu dan teknologi yang semakin cepat, mereka seharusnya dilihat secara berbeda, dididik dan diajar secara berbeda pula. Wallahu a'lam