Hampir dalam waktu bersamaan, Prof. Dimyati Ahmadin dan Drs. H. Suhadi, dipanggil dan kembali ke haribaan Allah. Keduanya wafat dalam waktu yang hampir bersamaan. Prof. Dimyati dan Drs. Suhadi adalah pensiunan dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Usia kedua dosen ini juga tidak terlalu berbeda jauh. Selain itu, keduanya juga alumni IAIN Malang yang kemudian lembaga ini berubah menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Saya cukup lama mengenal kedua dosen yang saya nilai sangat tekun, sabar, dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Prof. Dimyati Ahmadin sehari-hari mengajar Bahasa Inggris. Ia belajar di dua kampus, yaitu di IAIN Malang dan juga di IKIP Malang jurusan Bahasa Inggris. Sedangkan Pak Drs. H. Suhadi, sebagai mahasiswa tugas belajar dari kementerian Agama dan kemudian oleh karena prestasinya, setelah lulus ia diangkat sebagai dosen di almamaternya hingga memasuki masa pensiun.
Kedua dosen tersebut, saya mengetahuinya, sangat mencintai lembaga pendidikan Islam. Kecintaannya itu ditunjukkan oleh keduanya dari ketekunannya dalam mengabdi dan mengajar. Tugas apa saja yang terkait dengan pengembangan kampus ditunaikannya. Pak Suhadi sejak berstatus sebagai mahasiswa beasiswa di kampus ini sudah dekat dengan pimpinan. Kegiatan teknis terkait dengan pengembangan IAIN Malang sudah diikuti. Oleh karena dekat dengan KH Oesman Mansyur, ketika itu beliau sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Malang, Pak Suhadi diberi tugas untuk menyelesaikan pekerjaan terkait dengan administrasi, dan ternyata selalu selesai.
Berbeda dengan Pak Suhadi, Prof. Dimyati Ahmadin sejak menjadi mahasiswa dikenal memiliki kelebihan dalam Bahasa Inggris. Atas kelebihannya itu, banyak mahasiswa belajar kepadanya di luar jam kuliah. Pada masa awal berdirinya IAIN, anggaran belum sebesar yang ada sekarang ini. Kegiatan apa saja tidak selalu didukung oleh dana yang cukup, Namun atas kemauan berjuang, yaitu membesarkan perguruian tinggi Islam, IAIN Malang ketika itu, jenis pekerjaan apapun tanpa memperoleh imbalan, tetap dikerjakan hingga tuntas.
Hal menarik lainnya, adalah perbedaan dan sekaligus kesamaan antara keduanya. Prof. Dimyati Ahmadin lebih aktif di organisasi Muhammadiyah dan bahkan juga selalu mengajar di Universitas Muhammadiyah Malang. Sedangkan Drs. H. Suhadi, aktif di NU dan bahkan juga pernah menjadi anggota Yayasan, pimpinan fakultas, dan dosen di Universitas Islam Malang, adalah sebagai perguruan tinggi milik NU terbesar di Indonesia. Sekalipun keduanya berafiliasi pada organisasi yang berbeda tetapi memiliki kesamaan.
Bagi keduanya, ---Prof. Dimyati Ahmadin dan Drs.H Suhadi, organisasi tidak dijadikan penghalang dalam bersillaturrakhiem. Pak Suhadi sebagai tokoh NU, saya mengetahuinya, sangat dekat dengan para tokoh Muhammadiyah dan begitu pula Prof. Dimyati Ahmadin, sekalipun sejak lama aktif di Muhammadiyah, namun ketika memasuki masa pensiun, ia diangkat sebagai Guru Besar Universitas Islam Malang. Hal demikian itu kiranya menjadi contoh yang amat baik, bagaimana berorganisasi dan sekaligus bagaimana dalam menjalin tali sillaturrakhiem. Keduanya sudah dipanggil oleh Allah, semoga amalnya diterima dan ditempatkan pada tempat terbaik di sisi-Nya.