Mengubah Diri Sendiri
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Jumat, 24 Februari 2017 . in Dosen . 10722 views

Seseorang oleh karena perilakunya sehari-hari, maka kemudian diberi sebutan, identitas, atau label tertentu. Misalnya disebutnya sebagai orang malas, rajin, dermawan, ramah, penolong, bakhil, tidak peduli pada orang lain, dan berbagai jenis sebutan lainnya. Sebutan terhadap seseorang biasanya tidak berubah-ubah, oleh karena diberikan atas kebiasaan atau pola perilaku yang lama dilihatnya. Tidak ada seseorang misalnya, terkadang disebut bakhil dan pada saat lainnya disebut dermawan.

Perilaku seseorang tidak mudah diubah kecuali oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu menyangkut sebutan, kesan, atau identitas seseorang biasanya juga tidak berubah. Jangankan mengubah perilaku, sekedar berganti afiliasi pada kelompok, organisasi, aliran atau madzhab saja sangat sulit dilakukan. Seseorang yang sejak muda mengikuti aliran, atau organisasi tertentu, ternyata tidak pernah berubah hingga usianya sampai tua. Mungkin saja mereka berpandangan bahwa perubahan itu tidak seharusnya dilakukan, atau dianggap tidak perlu.

Namun demikian, sekalipun jumlahnya tidak banyak, masih ada saja orang yang mengalami atau melakukan perubahan secara radikal sehingga mengejutkan banyak orang. Perubahan dimaksud biasanya dipicu oleh moment atau keadaan tertentu, misalnya oleh karena perubahan tingkat ekonomi, pekerjaan, jabatan, perpindahan tempat tinggal, perubahan lingkungan, dan lain-lain. Jarang sekali seseorang berubah tanpa sebab. Perubahan perilaku bisa saja terjadi oleh karena factor internal maupun eksternal diri seseorang.

Mengubah perilaku menjadi semakin baik atau terpuji biasanya jauh lebih sulit dibanding mengubah pada arah sebaliknya, yaitu semakin buruk. Menjadikan seseorang semakin jujur, semakin rajin, ikhlas, dermawan, peduli pada orang lain dan seterusnya selalu lebih sulit dibanding menjadikan orang bertambah malas, tidak produktif, tidak disiplin, dan semacamnya. Mengajak orang menjadi baik sebanyak 10 orang, berhasil 5 orang saja sudah beruntung. Sebaliknya, mengajak berbuat buruk 10 orang maka yang menjadi jelek akan lebih dari angka itu.

Pendidikan dan agama seharusnya mampu mengubah pribadi seseorang. Seseorang yang semula berperilaku kurang terpuji, misalnya pemales, bakhil, pendendam, intoleran, suka bermusuhan, tidak jujur, pengkhianat, dan semacamnya seharusnya dapat diubah menjadi berperilaku sebaliknya, yaitu rajin, dermawan, toleran, suka bersahabat, dan seterusnya. Pendidikan mengubah manusia agar menjadi semakin baik dilakukan lewat pembiasaan, ketauladanan, dan ditempuh dengan cara memberikan pengetahuan seluas-luasnya.

Sementara itu, agama mengubah perilaku seseorang dengan cara mengajak untuk mendekatkan diri pada Allah dan Rasul-Nya. Orang yang selalu dekat pada Allah dan Rasul-Nya, perilakunya akan menjadi semakin baik. Upaya mendekatkan diri dilakukan dengan shalat secara khusu'. Orang-orang yang shalatnya khusu', perilakunya akan berubah menjadi semakin baik. Orang yang shalat secara khusu' dan istiqomah, maka hatinya akan menjadi sehat. Hati seseorang yang sehat itulah yang akan melahirkan perilaku yang terpuji.

Oleh karena itu, mengubah diri menjadi semakin baik, menurut pendekatan agama adalah cukup mendasar. Aspek yang diubah adalah pada wilayah yang amat strategis, ialah pada apa yang ada di dalam hati, melalui shalat secara khusu'. Sementara itu, shalat khusu' hanya dapat diusahakan oleh yang bersangkutan sendiri. Seseorang tidak akan mungkin mampu mengintervensi orang lain dan termasuk mengubahnya. Itulah sebabnya, perubahan perilaku seseorang yang bersifat mendasar sebenarnya selalu datang dari dirinya sendiri. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up