Mendengar kedatangan Raja Salman ke Indonesia, menjadikan ada saja pertanyaan yang terasa lucu, misalnya apakah semua orang Arab itu pintar agama hingga disebut sebagai ulama. Pertanyaan itu muncul oleh karena al Qur'an dan h
Hadits sebagai sumber ajaran Islam berbahasa Arab, sehingga dikira orang yang bisa berbahasa Arab sekaligus juga mengerti agama. Padahal tidak selalu demikian, banyak orang Arab yang tidak mengerti secara mendalam tentang kitab sucinya. Hal demikian itu sebenarnya sama dengan orang Indonesia, mereka bisa bercakap-cakap dengan Bahasa Indonesia tetapi juga tidak selalu memahami ilmu yang ditulis dengan bahasanya sendiri itu.
Memang banyak orang menganggap bahwa, orang yang dapat membaca tulisan Arab dikira mengerti agama. Padahal sebenarnya, bahasa Arab itu hanyalah sebatas alat, yaitu alat di antaranya untuk memahami al Qur'an dan Hadits Nabi. Alat itu jika digunakan akan bermanfaat, tetapi jika tidak, maka akan sekedar menjadi inventaris yang tidak berguna. Pada kenyataannya, tidak sedikit orang Arab sendiri yang tidak terbiasa membaca al Qur'an sehingga, jangankan menjadi ulama, mengerti agamanya saja mungkin juga masih perlu dipertanyakan.
Orang Arab memang pasti bisa berbahasa Arab, tetapi jika mereka tidak pernah membaca al Qur'an dan Hadits, tidak akan memahami Islam. Kitab suci dimaksud memiliki kandungan sastra yang tinggi, sehingga untuk memahaminya tidak cukup hanya berbekalkan kemampuan berbahasa Arab. Untuk memahami kitab suci perlu belajar, memiliki kecerdasan, dan menguasai berbagai ilmu pendukung lainnya. Seseorang disebut sebagai ulama, jika yang bersangkutan memenuhi syarat seperti digambarkan itu. Namun pada kenyataannya tidak semua orang Arab memiliki kemampuan dimaksud.
Untuk memahami bahwa orang yang mampu berbahasa Arab tidak selalu paham agamanya, dapat dilihat dari banyaknya orang Indonesia yang lama bekerja di Arab Saudi, tetapi setelah pulang, di antara mereka ada saja yang tetap tidak bisa membaca al Qur'an dan buku-buku berbahasa Arab. Sekedar bercakap-cakap dengan menggunakan Bahasa Arab, mereka lancar, tetapi jika disuruh mengajar Bahasa Arab juga tidak selalu sanggup dan mampu. Berbeda antara orang yang bisa berbahasa Arab dengan orang yang mengerti ilmu agama. Orang yang mengerti dan menjalankan ilmu agama itulah disebut ulama, sementara orang yang sekedar bica bercakap-cakap dengan Bahasa Arab belum tentu mengerti agamanya.
Sekalipun Islam datang dari Arab, tetapi tidak semua orang Arab paham tentang al Qur'an, dan apalagi menjalankan ajaran itu sepenuhnya. Banyak orang Arab yang pengetahuan agamanya masih kalah jauh dibandingkan dengan ulama Indonesia. Oleh karena itu, sekalipun orang Arab atau seseorang yang telah bertahun-tahun bertempat tinggal di Arab, tidak sekaligus layak disebut ulama. Mereka memang mampu bercakap-cakap dengan menggunakan Bahasa Arab, tetapi karena sehari-hari tidak berusaha mengenal sumber ajaran Islam, mereka tidak mengerti agamanya. Demikian pula orang Indonesia yang lama bermukim di Arab, setelah kembali ke tanah air, tidaklah selalu disebut ulama. Oleh karena tidak belajar al Qur'an, Hadits, dan kitab-kitab lainnya, pemahaman tentang agamanya tidak bertambah, sehingga mereka tidak tepat disebut sebagai ulama'. Wallahu a'lam.