Sering kali.
Menyebut diri sendiri.
Justru menjadi kontradiksi.
Seolah telah berusaha membenahi.
Dengan mengutuk orang lain untuk menghindari.
Aib yang tersembunyi tertimbun berkali-kali.
Aduhai manusia telah sering kali lupa diri.
Bukankah sudah beragama.
Dengan jargon perbaiki sebuah etika.
Justru dengan cara yang sangat amat rendah.
Seolah orang lain yang selalu dan menerus salah.
Lupa dirinya berlumpur dosa dengan tipuan tanpa koma.
Seolah wali yang terhindar dari noda-noda dunia.
Padahal penyemai bibit-bibit angkara murka.
Masih saja mengklaim diri paling saleh jauh dari neraka.
Lupakan diri.
Meski disebut seribu kali.
Sublemasi dan tak pernah sadari.
Ingin lari dari kenyataan yang jadi histori.
Entahlah........mungkin perlu ahli psychologi.
Lain kata di bibir lain juga yang tertanam di hati.
Malang, 10 Maret 2018
'Abd Al Haris Al Muhasibiy