Meski belum pernah.
Bertemu dan juga berjumpa.
Sungguh telah merasakan mahabbah.
Ra Lilur seorang wali Allah dari Madura.
Jarang berkata meski kadang main sepak bola.
Bak anak kecil bahkan seperti anak balita.
Tanpa baju hanya kaos singlet untuk menutup dada.
Mungkin saja sebuah ekspresi hidup yang sederhana.
Tidak terkooptasi oleh gemerlapan dan indahnya dunia.
Kiyai Khalilurrahman Madura.
Cicit Kiyai Khalil Bangkalan yang tua.
Biasa beri insyarat dengan lambang-lambang tak terteka.
Tidak dengan kata-kata tapi dengan simbol belaka.
Mendung sebagai isyarat hujan turun ke tanah.
Kuning tanda pisang telah cukup matang dan rebah.
La Lilur sering beri tanda-tanda atau isyarah.
Semua sering terjadi dengan tiba-tiba tak disangka-sangka.
Beda sama sekali dengan kebanyakan manusia biasa.
Entah hati ini sedih.
Usai ditinggal Kiyai Haji Asrori.
Kini ditinggal Ra Lilur yang kucintai.
Bahkan Gus Kohar juga sangat sehati.
Setelah sekian tahun ditinggal Kiyai Baihaqi.
Banyak sekali para kiyai yang amat dekat dengan ilahi.
Tinggalkan kita dengan cara berganti-ganti.
Selamat jalan Ra Lilur.
Engkau telah usai mengukur.
Hidup penuh dzikir dan bertafakkur.
Sekarang telah tenang hidup di alam kubur.
Malang, 12-04-2018
'Abd Al Haris Al Muhasibiy