Ide dan tindakan agama.
Menjadi tidak sesuai fithrah.
Seharusnya justru jadi sejahtera.
Bukan menjadi sebaliknya berbahaya.
Merusak citra agama sebagai variabel pertama.
Semangat menjadi seharusnya tapi untuk membela.
Kehormatan dan hak asasi manusia sedunia.
Bukan dengan cara mengklaim paling benar sendiri saja.
Bumikan firman-firmanNya dengan cara-cara yang sangat beretika.
Islam sendiri diturunkan ilahi.
Kepada Nabi untuk seluruh manusia di bumi.
Bukan untuk saling ancam tapi justru untuk misi damai.
Rahmat bagi seluruh alam ciptakan ilahi rabbi.
Dengan semangat penuh mengubah dunia menjadi islami.
Saling menghormati meski berbeda paham bahkan berbeda yang diyakini.
Pendidikan Tinggi.
Harus dimanaj dengan teliti.
Jangan sampai terjadi terkotori.
Radikalisme dengan saling menyakiti.
Dengan cara arahkan semua dengan toleransi.
Bukan juga dengan cara selalu lakukan tindakan intimidasi.
Kuatir menyuburkan permusuhan yang tidak bisa diakhiri.
Segera saja pendidikan tinggi adakan evaluasi diri.
Dengan cara melakukan diskusi hasil para peneliti.
Buat kebijakan bukan untuk membonsai tapi reedukasi.
Semangat beragama berapi-api tapi dengan toleransi yang tinggi.
Menjadi bijaksana semua tapi juga menjadi bijaksini.
Radikalime semua.
Perlu ditata dengan paradigma.
Perlu pencerahan pemahaman agama.
Dengan pendekatan ilmiah yang penuh logika.
Sertakan para ahli agama yang memang ahli dan bidangnya.
Bukan mereka yang hanya punya semangat membabi buta.
Hanya salahkan orang yang dianggap tidak sesuai dengan pahamnya.
Deradikalisasi.
Menjadi sangat esensi.
Membangun kampus yang damai.
Menyuburkan hidup bangsa yang inklusi.
Malang, 05-06-2018
'Abd Al Haris Al Muhasibiy