Kiyai Saifudin Zuhri memberi.
Tiga burung berkutut indah sekali.
Ditaruh di kantor menambah rasa seni.
Dengan warna sangkar yang warna warni.
Dua merah dan satu kuning tetapi bukan simbol partai.
Memang itulah yang menyertai burung berkutut yang dimiliki.
Sebuah tradisi para wali untuk tundukkan para petinggi.
Dengan suara merdu dan banyak yang diserupai.
Mitos boleh saja kita percaya.
Mungkin keyakinan orang-orang Jawa.
Bahkan para punggawa yang sedang berkuasa.
Mereka melihat burung berkutut mempunyai mana.
Kekuatan dari lubuk jiwa yang tersembunyi di dalam dada.
Pantas para kiyai hampir semua akhirnya memelihara.
Alih-alih Rektor yang katanya pujangga juga ikut saja.
Siapa tahu dengan suara berkutut semua bisa menjelma.
Menjadi semangat untuk bekerja dan mendorong semua bisa.
Menjadi manusia yang bersyukur atas nikmat Yang Maha Esa.
Kiyai Saifudin Zuhri.
Seorang yang sangat mandiri.
Dengan berkutut pesantren bisa dibiayai.
Dengan ternak dan lomba-lomba yang tidak berhenti.
Selalu saja dengan belajar sendiri tanpa jedah sama sekali.
Kiyai yang satu ini multi talenta dengan banyak ahli.
Berprofesi kiyai tetapi pandai mengelola bisnis alqummari.
Terimakasih kiyai.
Memberi berkutut yang berbunyi.
Dengan suara indah tanpa henti-henti.
Burung adalah simbol keindahan ilahi rabbi.
Dengan suara yang indah semua bisa menikmati.
Malang, 20-07-2018
'Abd Al Haris Al Muhasibiy