Meski dengan canda ria.
Para peserta rakernas bergembira.
Dengan dimulai pengantar penuh tawa.
Mengawali Pak Menteri Agama pimpin sebuah acara.
Semua peserta menduga-duga permainan apa.
Ternyata Pak Menteri siapkan kertas dan pena di muka.
Menyuruh membuat titik di tengah lingkaran tanpa angkat pena.
Bertanya siapa jawab mungkin dan tidak mungkin katanya.
Sebagian menjawab tidak mungkin sebagian menjawab bisa.
Berkali-kali Pak Menteri ucapkan kata kenali.
Masalah yang kita semua sedang hadapi.
Jangan menyerah sebelum semua masalah selesai.
Dengan cara mencari sebuah metodologi dan strategi.
Menyelesaikan masalah dan cabaran yang menghalangi.
Bahkan dengan kreatifitas yang tidak lazim diketahui.
Seringkali orang-orang seperti ini punya sebuah nyali.
Meski orang lain melihat biasa-biasa padahal cerdas sekali.
Permainan beri pelajaran.
Pemimpin harus terus melakukan perubahan.
Tiada kata berhenti bahkan tidak ada kata kepuasan.
Apalagi merasa sudah selesai bahkan dengan kesombongan.
Pasti pemimpin seperti ini tidak sesuai dengan tuntutan zaman.
Bahkan bisa-bisa menjadi halangan dan menjadi beban.
Meski seperti biasa tak bermakna.
Tetapi sesungguhnya mempunyai faidah.
Bagi para peserta dengan cara beri penafsiran ganda.
Hubungkan dialog best practice yang terjadi sebelumnya.
Kesuksesan realisasi anggaran dan SBSN yang sudah nyata.
Para peserta dengan argumen yang berbeda-beda.
Pada intinya tergantung kapasitas SDM pelaku dan pengelola.
Tetap saja jawaban di kertas yang dibagi.
Perubahan mindset SDM dengan kompetensi tinggi.
Bisa melakukan percepatan kemajuan institusi.
Bukan tergantung sarpras dalam bentuk gedung-gedung tinggi.
Tetapi tergantung SDM dengan berkompetensi yang mumpuni.
STAIN, IAIN dan UIN bisa berubah dengan sangat cepat sekali.
Menjadi perguruan tinggi yang mempunyai reputasi tinggi.
Bukankah begitu saudara makna permainan kita?
Tetapi yang lebih mengerti ya..Pak Menteri dan Allah ta'ala.
Jakarta, 24-01-2019
'Abd Al Haris Al Muhasibiy