COVID-19 DAN PROBLEMA ETIKA KOSMIK
Dr. HM. Zainuddin, MA Rabu, 13 Mei 2020 . in Wakil Rektor I . 635 views


M. Zainuddin*



Saya ingin memulai tulisan ini dengan ungkapan seorang dokter dan filsuf Islam ternama, Ibn Sina. Kata Ibn Sina: “Ilusi adalah setengah dari penyakit, ketenangan adalah separuh dari obat dan sabar adalah awal dari kesembuhan” الوهم نصف الدا، والاطمينان نصف الدوا،



 والصبر اول خطوات الشفا،



Apakah Covid-19 itu?



Corona Virus Deseas-19 adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama corona. Corona sendiri berarti mahkota. Diduga virus ini berasal dari binatang kelelawar yang menumpahkan makanannya dari atas dan diterima oleh trenggiling yang sedang mencari serangga. Dari trenggiling inilah kemudian menularkan kepada manusia karena dijadikan konsumsi makanan oleh orang-orang Wuhan, China. Di China binatang seperti trenggiling, ular, musang dan beberapa binatang melata lainnya banyak dijual di pasaran. Karena era globalisasi, maka penularan penyakit ini menjadi ke mana-mana melintas batas benua, etnis dan status sosial. Kantor Berita Perancis, AFP sebagaimana yang dikutip Kompas (22/4/2020), memberitakan Laporang Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), bahwa 60 persen penyakit menular pada manusia berasal dari hewan, seperti tuberculosis dan malari. Angka itu naik menjadi 75 persen dengan memasukkan penyakit infeksi baru seperti ebola, HIV, flu burung SARS, zika dan jenis virus corona yang lain. Kemunculan penyakit infeksi yang bersumber dari binatang biasanya terkait perubahan lingkungan atau gangguan ekologi seperti intensifikasi pertanian, pemukiman serta perambahan hutan dan habitat lainnya. Selanjutnya, berita ini juga melaporkan bahwa urbanisasi dan fragmentasi sangat mengganggu keseimbangan spesies. Pemanasan global juga bisa mendorong hewan membawa penyakit tersebut pindah ke wilayah baru. Virus corona baru atau SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19 diyakini muncul di pasar produk hewan di Wuhan, Hubei, China akhir tahun 2019 lalu.



Menurut Prof. Kunningham, pasar hewan liar berpotensi menularkan virus dari satu spesies ke spesies yang lain, termasuk ke manusia. Media The Guardian melaporkan, bahwa di China ada toko yang menjual berbagai macam hewan liar, seperti anak srigala, tikus, landak,musang dst. Padahal selama ini menurut Prof. Ball virus-virus seperti ebola, sars dan yang lain-lain itu adalah ditularkan dari binatang liar. Di Indonesia kita tahu hampir di kota-kota besar terdapat pasar burung atau hewan liar.[1]



Nah, ini sesungguhnya adalah problem ketimpangan relasional dan problem bad ethic atau disharmony relationship. Bad ethic kepada siapa? Kepada alam. Manusia sudah tidak lagi bersahabat dengan alam dengan tidak mengindahkan hak asasi makhluk lain. Maka ini juga disebut dengan problem hubungan kosmologis (cosmological relationship gap).



Dalam sosiologi Islam, manusia mengenal tiga relasi yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain bak setali tiga uang, yaitu: relasi manusia dengan Tuhan, manusia sesama manusia dan manusia dengan alam (three centers of relationship). Jika tiga relasi ini dibangun secara baik, maka dunia ini akan aman dan harmonis, sebaliknya jika tidak, timpang salah satunya maka akan cheos dan disharmonis. Contohnya ya seperti sekarang ini, terjadi apa yang disebut dengan cheos of the world, systematic, massive and global cheos. Gara-gara di antara kita tidak bersabat dengan alam.



Problem covid-19 ini harus dilihat secara radikal seperti ini. Problem covid-19 atau problem penyakit yang lain adalah menyangkut: problem makanan, problem kebersihan, problem prilaku (behavior). Maka dalam doktrin Islam, kita diperintahkan untuk makan makanan yang halal dan baik (halalan thayyiba).[2] Tidak sekadar halal tetapi harus baik untuk kesehatan badan dan tidak berlebihan (israf).[3] Dalam soal kebersihan atau kesehatan kita juga diperintahkan oleh agama kita supaya menjaga kebersihan (thaharah, wudlu, junub dst).[4] Dalam konteks relasi, kita juga diberikan tuntunan untuk menjaga tiga relasi yang harmonis (teologis, sosiologis dan kosmologis).[5]






[1] Tribun Timur.com



[2] QS. Al-Baqarah:168



[3] QS. Al-A’raf:31



[4] QS. Al-Maidah:6



[5] QS. Al-Qashash:77


(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up