Kepekaan Kyai Terhadap Lingkungan Sosialnya
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Senin, 21 Juli 2014 . in Dosen . 791 views

Ada saja orang beranggapan bahwa dunia kyai hanya sebatas di lingkungan pondok pesantrennya. Sehari-hari, mereka hanya dianggap sibuk mengurusi pendidikan Islam tradisional, memimpin kegiatan rirual, membaca kitab klasik, tanpa peduli dengan hiruk pikuk lingkungan sosialnya. Anggapan seperti itu ini tidak semua salah. Memang ada kyai yang kegiatannya hanya sebatas itu.

Akan tetapi tidak sedikkit pula kyai yang kegiatannya melampaui batas-batas dunia pesantrennya. Selain aktif memberikan ilmu pengetahuan dan membimbing para santrinya, mereka juga aktif di bidang politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Itulah sebabnya tidak sedikit ditemukan kyai yang kemudian menjadi bupati atau wali kota, anggota DPRD dan bahkan DPR, pemimpin partai politik, dan lain-lain.

Selain itu ada juga kyai yang menjadi pengusaha sukses, menyelenggarakan pelatihan kerja, mendirikan panti asuhan yatim piatu, memberikan pelayanan kesehatan alternatif, dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Dengan kegiatannya itu, ada saja kyai yang secara ekonomi sangat kaya. Mereka membuka berbagai lapangan usaha seperti ladang pertanian, perkebunan, restoran, perhotelan, dan lain-lain. Anehnya, keberhasilan mereka itu tanpa berbekalkan pendidikan modern yang diperlukan terhadap usahanya itu.

Beberapa hari yang lalu, saya diundang ke sebuah pesatren yang letaknya cukup jauh dari kota. Mungkin sementara orang menganggap bahwa di pesantren itu akan dibicarakan tentang kepesantrenan. Ternyata tidak. Kyai yang mengundang puluhan pengasuh pesantren dari berbagai wilayah itu ingin membicarakan bersama keadaan sosial politik menjelang dan pasca pengumuman hasil pemilihan presiden dan wakil presiden tanggal 22 Juli 2014 yang akan datang.

Kepada para undangan yang hadir pada waktu itu, sebagai tuan rumah, kyai menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi menjelang dan setelah pengumuman hasil pemilihan presiden dan wakil presiden dimaksud. Kyai mengajak agar semuanya ikut ambil bagian di dalam menjaga stabilitas, ketenangan, dan kerukunan di tengah-tengah masyarakat. Keutuhan bangsa ini, menurut penjelasan kyai, harus diselamatkan dari berbagai kemungkinan ancaman yang terjadi. Bangsa ini, siapapun pemimpinnya yang terpilih, tidak boleh terkoyak, dan apalagi hancur hanya disebabkan oleh pesta demokrasi berupa pemilihan presiden dan wakil presiden.

Sebagaimana tradisi kyai, penyelenggaraan kegiatan yang dihadiri oleh puluhan kyai atau pengasuh pesantren, semua pembiayaannya ditanggung sendiri. Kegiatan tersebut tidak disponsori atau dibiayai siapapun, kecuali oleh tuan rumah sendiri. Kyai menjelaskan bahwa ia mengundang para pengasuh pesantren dari berbagai daerah itu hanya semata-mata didorong oleh rasa bertanggung jawa untuk ikut menjaga ketenangan, ketentraman, dan keutuhan masyarakat. Kyai berpandangan bahwa dalam hal-hal tertentu yang sekiranya diperlukan, sebagai pengasuh pesantren harus ikut tampil memberikan peran maksimal. Kegiatan kyai dimaksud adalah murni dalam arti tidak melibatkan pemerintah, organisasi sosial, dan apalagi partai politik.

Dari pertemuan itu dihasilkan kesepakatan, bahwa hendaknya para kyai ikut aktif melakukan antisipasi terhadap kemungkinan yang terjadi yang dipandang mengganggu ketentraman masyarakat. Disepakati pula, bahwa hendaknya kyai secara aktif melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pihak keamanan, -------ABRI dan Polisi, untuk ikut mengamankan daerahnya masing-masing. Selain itu, sebagaimana tradisi pesantren pada umumnya, para kyai supaya mengajak para santri dan jama'ah untuk berdoa, memohon keselamatan bersama.

Memperhatikan pertemuan para kyai dimaksud, maka menjadi terasa sekali, bahwa sedemikian tinggi kepekaan dan kepedulian para pemimpin pesantren terhadap lingkungan sosialnya. Tanpa dikomando atau diarahkan oleh pihak yang sebenarnya lebih berwenang, para kyai atas prakarsanya sendiri berinsiatif melakukan langkah-langkah antisipatif dan strategis atas berbagai kemungkinan terjadinya hal-hal yang mengganggu masyarakat. Memang, bila dicermati secara lebih mendalam, sebenarnya rasa tanggung jawab para kyai terhadap umat adalah sangat tinggi. Berbicara pesantren selalu menyangkut kepentingan umat dan masyarakat.

Demikian pula, terkait pendidikan di pesantren, yang mungkin agak beda dari jenis lembaga pendidikan lainnya, adalah menyangkut orientasi yang dikembangkan. Lembaga pendidikan pada umumnya selalu dikaitkan dengan simbol-simbol formal, penyiapan peluang kerja, keberhasilan di bidang ekonomi, kesuksesan hidup dalam pengertian terbatas di masa depan, dan lainnya di seputar itu. Pesantren, agaknya memiliki orientasi berbeda dari gambaran tersebut.

Pendidikan pesantren, selalu dikaitkan dengan upaya pembinaan dan pengembangan umat. Oleh karena itu, keluar dari pesantren, para santri biasanya berharap bisa mendirikan pesantren, menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, dan ilmunya bukan untuk bekal mencari kerja. Berbekal jiwa keumatan itulah kiranya, hingga menjadikan mereka selalu dekat dengan masyarakat, termasuk memiliki kepekaan dan kepeduliann terhadap lingkungan sosialnya. Pertanyaan penting yang kiranya perlu diajukan adalah, bagaimana jiwa atau kepekaan pesantren tersebut bilamana dibandingkan dengan jenis lembaga pendidikan lainnya, maka jawabnya, silahkan diamati sendiri. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up