Rembuk Bareng: Gagas Pembangunan Tata Ruang Kota, Transportasi, dan Pariwisata
Abadi Wijaya Kamis, 21 Agustus 2014 . in Berita . 2749 views
343_rembug.jpg

GEMA-Malang merupaka kota terbesar kedua setelah Surabaya. Dalam catatan sejarah Malang termasuk  tiga kota besar di Indonesia yang sempat dijadikan bahan pertimbangan untuk dijadikan Ibukota Negara.

Banyak potensi-potensi yang ada di kota Apel ini. Dari potensi akademik Malang memiliki enam puluh lebih perguruan tinggi baik negeri  maupun swasta. Selain itu potensi wisata pun tidak terhitung jumlahnya. Dari hal tersebut banyak para pendatang yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia. Sehingga muncul beberapa permasalahan yang patut untuk segera diselesaikan. Mulai dari kemacetan, tata ruang kota, penyediaan jalur transportasi, pemerataan ekonomi masyarakat, dan yang lainnya. Hal tersebut menjadi latar belakang diselenggarakannya rembuk bareng antara para pejabat tinggi pemerintahan kota serta kabupaten, para calon anggota dewan terpilih, para akademisi, dan para pakar.

Radar Malang sebagai penggagas forum tersebut resah dengan keadaan Malang Raya saat ini. “Minimnya sinergitas baik dari pemerintahan kota maupun kabupaten menjadi hal pokok lambatnya penyelesaian permasalahan yang ada di Malang raya ini,” ungkap Kurniawan Muhammad. Pria yang sedang menjabat sebagai direktur Radar Malang tersebut juga menyampaikan kenapa memilih UIN Maliki sebagai forum diskusi ini. “UIN Maliki dalam sejarah telah mampu menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini diharap mampu memberi aura positif bagi semua yang hadir disini. Sehingga segala apa yang dihasilkan dalam pertemuan ini dapat kita selesaikan bersama.” tambahnya (19/8).

Pada kesempatannya para pakar menyampaikan konsep gagasan pembangunan dan pengembangan baik bidang tata ruang kota, transportasi, dan pariwisata. Dr. Ibnu Sasongko pakar planologi Institut Teknologi Nasional Malang menyampaikan bahwa Malang pada dasarnya telah memiliki tata letak kota yang strategis. “Adapun permasalahan sistem transportasi dan sistem perwilayahan bisa terselesaikan ketika ada kerjasama dari semua kalangan,” paparnya. Ia juga menambahkan bahwa keadaan geografis Malang pun memungkinkan untuk dibangun sebuah pelabuhan nasional. “Hal ini menjadi tugas bersama bagaimana hal itu bisa terwujud,” terangnya.

Untuk bidang transportasi Ahmad Wicaksono menyampaikan gagasan system transportasi yang pro masyarakat miskin. Pria yang akrab disapa Soni tersebut menegaskan bahwa pembangunan jalan bukan selalu menjadi solusi utama dalam hal kemecetan dan kepadatan lalulintas. Hal itu dikarenakan volume kendaraan selalu bertambah tanpa ada batasan. Dalam hal ini pria berkacamata tersebut memaparkan beberapa gagasan. Pertama hendakanya ada prioritas bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda. Selanjutnya harus diberlakukan subsidi silang dengan pajak jalan (Road Pricing).

Pada kesempatan selanjutnya gagasan cemerlang dalam bidang pariwisata disampaikan oleh Kepala Badan Promosi Pariwisata Jawa Timur Dwi Cahyono. Pada awal ia menegaskan bahwa cita-cita bersama untuk membangun Malang Raya pasti terwujud ketika ada niat dan komitmen kuat. “Usaha untuk menuntaskan permasalahan di Malang Raya ini bisa terealisasikan ketika kita bisa menjaga niat dan komitmen kita,” ungkapnya. Dalam hal ini gagasan utama yang ia sampaikan adalah agar masing-masing wilayah baik kota dan kabupaten untuk merelakan sebuah differential. Ia menjelaskan bahwa masing-masing objek wisata harus memiliki has tersendiri. “Misal Kepanjen dalam hal ini ingin membagung alun-alun kota. Hal itu sah-sah saja asal tidak sama dengan konsep dan tata ruang alun-alun kota Batu,” paparnya. (Sy)

(Ajay)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up