Berkunjung Ke Iran
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 23 September 2014 . in Dosen . 2241 views

Selama kurang lebih 10 hari, yaitu dari tanggal 20 hingga 29 September 2014, saya diundang ke Iran untuk mengikuti kegiatan seminar, kunjungan ke beberapa pusat kajian, kediaman ulama`, dan juga perguruan tinggi. Undangan itu tidak hanya kepada saya sendirian, tetapi juga kepada enam orang lagi lainnya. Semua itu adalah Prof. Aflatun Muhtar, Rektor IAIN Palembang, Prof. Darwis Hud, Guru Besar PTIQ Jakarta, KH. Mudrik Qori`, pengasuh pesantren Ittifaqiyah Palembang, Prof. Mustain Arsyad, Guru Besar UIN Makassar, Dr. Daud Poliraja, Pengurus Dewan Masjid, dan Ikhsan Rambe, M.Si, Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Medan.

Sejak di Jakarta, saya bertujuh berangkat bersama-sama. Memang, dari semua yang diundang itu, kecuali Prof. Aflatun Muhtar, saya belum mengenalnya. Baru tiba di Bandara Soekarno Hatta, kelima orang lainnya saya kenal. Kepergian saya ke Iran kali ini sudah yang ketiga kalinya. Oleh karena itu, saya sedikit banyak sudah bisa membayangkan keadaan negara yang pernah dipimpin oleh Ayatullah Imam Khumainy yang amat dikenal oleh masyarakat dunia tatkala memimpin revolusi dan ternyata berhasil beberapa puluh tahun yang lalu.

Begitu tiba di airport Internasional Imam Khumaidi di Iran, kesan saya sama dengan apa yang saya lihat bulan lalu di Sudan. Pada akhir bulan lalu, saya juga melakukan kunjungan ke Sudan dan ke Saudi Arabia. Kesamaan yang saya maksudkan itu adalah bahwa negera yang saya kunjungi ini telah mengalami kemajuan yang sedemikian cepat. Beberapa tahun yang lalu, ketika saya datang ke Iran, airport Internasional Imam Khumaini belum sebagus sekarang. Pintu keluar masuk Iran ini sudah dibangun kembali menjadi lebih besar dan juga lebih indah.

Seletah melakukan perjalanan selama kurang lebih 15 jam, termasuk transit beberapa waktu di Dubai, saya bersama 6 teman lainnya tiba di Teheran. Sebagaimana saya duga sebelumnya, rombongan dijemput oleh beberapa orang di airport. Dalam keadaan lelah, kami langsung dibawa dengan mobil, dilengkapi dengan polisi pengawal ke kota Qom, yang berjarak dari Airport kurang lebih 100 km. Pada malam itu, rombongan dijamu makan malam, dan selanjutnya dipersilahkan untuk istirahat.

Kesan saya, di sepanjang perjalanan dari Teheran ke kota Qum, keadaan Iran sudah sangat berbeda dari 10 tahun yang lalu, ketika saya berkunjung ke negeri ini. Pada kunjungan saya yang lalu, Bandara Internasional Imam Khumaini, masih terkesan sederhana dan bahkan bangunannya terkesan belum modern. Sangat berbeda dari dulu, bahwa sekarang kelihatan sudah sangat sesuai dengan tuntutan zaman. Dari luar, bandara internasional itu tampak berwibawa, keadaannya tidak jauh berbeda dari beberapa bandara internasional di negara-negara Timur Tengah.

Demikian juga, kondisi jalan dari Airport Teheran ke kota Qum sudah sangat baik. Sepanjang jalan itu, selain luas, kondisinya juga sangat baik. Bahkan, penerangan jalan antar kota sepanjang 100 km tidak ada yang putus. Dengan fasilitas jalan yang bagus seperti itu, perjalanan dari airport ke Qom ditempuh kurang dari satu jam. Pemandangan di Iran agak mirip dengan di Saudi Arabia. Di kanan kiri di sepanjang jalan tampak bukit-bukit. Bedanya, di Saudi kebanyakan berupa bebatuan, sementara di Iran berupa tanah berwarna kekuningan atau pasir.

Perubahan juga tampak di Kota Qum. Kota ilmu ini sudah kelihatan berubah jauh dibanding 10 tahun yang lalu. Tampak bangunan hotel dengan beberapa lantai sudah sedemikian banyak jumlahnya. Begitu pula, perkantoran dan berbagai bangunan untuk keperluan lainnya sudah semakin banyak, dan kelihatan baru. Jalan-jalan sudah dipadati oleh mobil, bahkan juga sudah macet. Keadaan kota Qom sudah sama dengan di kota-kota lain di berbagai belahan dunia. Rupanya sekarang, kemacetan sudah dirasakan oleh semua penduduk kota di mana saja.

Kesan saya dari kunjungan ke beberapa negara pada akhir-akhir ini, kota-kota sudah semakin berubah wajahnya. Penduduknya semakin padat, transportasi semakin modern, dan berbagai fasilitas umum semakin terpenuhi. Nmun, saya lihat ada yang khas di kota Qum, yaitu sejak saya datang pertama kali hingga sekarang ini, saya belum pernah menemui pengemis di pinggir jalan. Keadaan itu setelah saya tanyakan kepada mereka yang menjemput dari airport, saya mendapatkan jawaban bahwa, orang miskin dibantu oleh pemerintah dan ulamak dari hasil zakat atau khumus. Lewat kebijakan atau strategi itu, maka tidak sampai ada orang yang harus meminta-minta dipinggir jalan. Kehidupan orang yang berkekurangan dibantu dari dana sosial Islam, yakni zakat dan atau khumus. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up