Membangun Bacaan Indah Berupa Kehidupan Islami
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Jumat, 30 Januari 2015 . in Dosen . 2558 views

Istilah membaca dalam tulisan berikut ini mohon tidak hanya dipahami sebatas membaca buku, makalah, atau bentuk tulisan lainnya. Saya mengajak memahami istilah membaca dalam kontek yang lebih luas, yaitu membaca apa saja yang ada di sekitar kehidupan kita. Misalnya, kita bisa membaca tentang keadaan ekonomi masyarakat di sekitar kita, tentang pendidikan, tentang sosial budaya, hukum, politik, perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir, dan seterusnya.

Memang yang lazin, kata membaca selalu dikaitkan dengan tulisan di dalam buku, koran, majalah, jurnal dan semacamnya. Padahal, lingkungan yang terbentang di sekitar kita adalah juga bacaan menarik. Esensi membaca sebenarnya adalah agar seseorang menjadi tahu, mengerti, dan paham. KIta membaca keadaan ekonomi masyarakat di sekitar kita, agar kita bisa mengerti dan bahkan paham tentang keadaan itu, sehingga bisa berbuat sesuatu, baik untuk diri kita sendiri maupun juga untuk orang lain.

Selama ini untuk memahami Islam, kita berguru kepada ulama', kyai, ustadz, atau membaca sendiri al Qur'an dan hadits nabi, atau juga menelaah buku-buku terkait dengan ajaran Islam. Mendapatkan pengertian tentang Islam dari sumber sebagaimana tersebut itu, kita berhasil menangkap bahwa ajaran yang dibawa oleh Muhammad saw., adalah sedemikian indah. Atas dasar keindahan itu, sekalipun belum berhasil menjalankan sepenuhnya, kita sedemikian mencintai ajaran yang dimaksudkan itu.

Bagi umat Islam sendiri yang sedikit banyak sudah mengenal Islam, yaitu melalui guru, atau membaca berbagai buku sebagaimana dikemukakan di muka, maka mereka akan merasakan, bahwa tidak pernah ditemukan ajaran yang seindah Islam. Melalui ajaran Islam, kaum muslimin diperkenalkan konsep tentang siapa sebenarnya Tuhan itu, juga tentang alam ciptaan-Nya, manusia sebagai makhluk terbaik, cara menjalankan berbagai jenis ritual dan tentang bagaimana meraih keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat.

Berbeda dengan kaum muslimin adalah orang yang sama sekali belum mengenal Islam, seperti orang-orang yang beraga Hindu, Budha, Kristen, Katholik, Kong Hu Cu, orang atheis dan lain-lain, mereka mengenal Islam tidak dari guru agama Islam, al Qur'an, hadits nabi maupun berbagai buku, tetapi hanya sebatas dengan melihat kehidupan umat Islam sehari-hari. Manakala suatu ketika, mereka melihat orang Islam dalam keadaan melarat, bodoh, jembel, bekerja sebagai buruh murahan, dan atau kehidupan mereka tidak karu-karuan, maka mereka menyebut bahwa Islam adalah kehidupan yang serba rendah dan berkekurangan itu. Mereka juga mengajari kepada orang lain dan atau juga keluarganya, agar tidak masuk Islam supaya tidak menjadi melarat, bodoh, dan selalu ketinggalan zaman.

Begitu pula, ketika terjadi kekerasan, konflik, dan bahkan perang, sedangkan yang melakukannya adalah umat Islam, maka kejadian itu segera dianggap sebagai prototipe umat Islam. Oleh karena itu, sekalipun kita sebagai kaum muslimin memahami bahwa ajaran Islam itu adalah kehidupan yang ideal, suka menyambung tali sillaturrahmi, mencintai sesama, mementingkan orang lain di atas kepentingan pribadi, suka menolong orang yang sedang kesulitan, memperhatikan anak yatim dan orang miskin, suka bersedekah dan lain-lain, maka jika semua hal yang indah dan baik itu tidak kita lakukan, maka oleh orang yang belum mengenalnya itu, Islam dianggap sebagai ajaran yang tidak perlu dipercaya dan diikuti.

Oleh karena itu, untuk menunjukkan bahwa, Islam adalah merupakan ajaran yang benar, kokoh, dan mulia, di tengah-tengah keterbukaan seperti sekarang ini, maka tidak ada jalan lain kecuali dengan cara membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tatkala kita semua ingin menunjukkan bahwa Islam menghargai ilmu pengetahuan, selalu mengedepankan kualitas hidup, mengutamakan keadilan, menjalankan kegiatan ritual secara istiqomah, dan selalu bekerja secara profesional, maka harus kita tunjukkan lewat perilaku sehari-hari. Hanya dengan cara yang demikian itu, maka kehidupan kaum muslimin akan benar-benar menjadi bacaan yang indah dan menarik bagi siapapun. wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up