Indonesia Bukan Merupakan Padang Pasir
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 25 Februari 2015 . in Dosen . 1060 views

Siapapun tahu, bahwa Indonesia memiliki tanah subur, lautan luas, gunung, hutan, dan persawahan, dan sama sekali bukan merupakan padang pasir. Kekayaan alam, berupa tanah yang subur seperti itu, menjadikan banyak penduduknya bekerja sebagai petani. Akhirnya, disebut negeri agraris, oleh karena kebayakan rakyatnya bertani, peternak, dan nelayan

Namun kadang terasa aneh, sebagaimana yang akhir-akhir ini banyak diberitakan bahwa di negeri agraris itu ternyata beras semakin langka, harganya di beberapa kota, menurut informasi, mulai naik. Dan sudah barang tentu, kenaikan harga itu dikeluhkan oleh banyak pihak, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah.

Tidak saja beras yang dikeluhkan, tetapi juga kebutuhan sehari-hari lainnya, seperti daging, kedelai, jagung, dan masih banyak lagi. Negara agraris, tetapi rakyatnya mengeluhkan kenaikan harga beras, daging, kedelai, ketela, dan jagung. Rasanya menjadi aneh. Padahal sebagai petani, seharusnya ketika hasil panennya naik pasti gembira, namun sebaliknya yang terjadi.

Para petani itu mengeluh, oleh karena sekalipun sebagai petani, ternyata sehari-hari juga harus membeli beras, membeli jagung, cabe, dan lain-lain. Isteri para petani ternyata tampil aneh. Sebagai isteri petani seharusnya ke pasar menjual beras, atau menjual hasil panen lainnya. Namun ternyata, mereka pergi ke pasar justru membeli beras, kedelai, jagung, sayur mayur dan lain-lain.

Tentu siapapun tidak mudah memahami fenomena tersebut. Pertanyaan penting yang perlu diajukan adalah, mengapa rakyat di negara agraris, yang memiliki tanah subur dan luas, penduduknya juga suka bertani, dan bahkan lebih dari itu, sudah memiliki banyak fakultas pertanian, peternakan, kelautan, kehutanan dan juga sekolah-sekolah kejuruan di bidang itu, tetapi rakyatnya kekurangan beras, kekurangan daging, kedelai, dan bahan pokok sehari-hari lainnya.

Untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang aneh itu, di antara hipotesis sederhana yang bisa diajukan adalah, mungkin saja para petaninya malas, atau sarjana pertanian, peternakan dan kelautannya tidak peduli pada persoalan rakyat, atau pemerintahnya selama ini mengajari para petaninya agar mengambil jalan pintas yaitu dianjurkan membeli saja hasil pertanian dan peternakan dari pada capek harus berkerja yang memerlukan banyak energi itu.

Beberapa waktu yang lalu, sebelum mengeluhkan tentang kenaikan harga beras, masyarakat diganggu oleh kenaikan harga daging, bahkan juga harga kedelai. Orang awam,

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up