Semua Orang Di Pesntren Rakyat Dihargai dan Dijaga Nama Baiknya
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Jumat, 22 Mei 2015 . in Dosen . 1394 views

Bagi Pesantren Rakyat semua orang dipandang sebagai ciptaan Allah yang terbaik dan mulia, atau dalam bahasa al Qur'an ahsanut taqwiem. Sebagaimana makhluk terbaik, manusia dilengkapi dengan akal, hati, jiwa, dan ruh. Akan tetapi di dalam al Qur'an pula, manusia akan dikembalikan pada derajad yag serendah-rendahnya atau asfala saafilien, kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh.

Memahami manusia sebagai ciptaan yang sempurna itu, pesantren rakyat memandang bahwa, sebenarnya semua manusia sangat mungkin diajak atau diseru pada kebaikan. Takala mereka melakukan keburukan atau kejahatan, sebenarnya hal itu disebabkan oleh karena mereka tidak mengetahui dan lagi pula tidak ada orang atau pihak lain yang mengajak, membina, memberi tauladan, atau menyeru pada kebaikan itu. Setelah mereka memperoleh peringatan dan kemudian mendapatkan hidayah atau petunjuk, maka manusia akan kembali menjadi baik.

Pengasuh Pesantren Rakyat Sumber Pucung mengetahui bahwa masyarakat warga desa di tempatnya itu pada awalnya tidak mendapatkan peringatan atau seruan itu. Umpama mereka mendapatkannya, maka peringatan itu dianggap belum cukup, atau belum menggunakan pendekatan yang tepat, sehingga mereka belum berhasil melihat datangnya kebaikan yang diserukan itu. Banyak manusia yang dilihat tidak peduli dengan sesama, meninggalkan, berebut, konflik, dan bahkan saling menindas antara satu dengan yang lain.

Pesantren Rakyat berusaha membalik pandangan yang selama ini dilihat oleh masyarakat secara negatif itu. Bahwa orang-orang yang kebetulan bernasip kurang baik hingga disebut miskin, bodoh, tertinggal, dan bahkan juga perperilaku kurang terpuji misalnya menjadi preman, tukang copet, dan lain-lain adalah hanya disebabkan oleh keadaan mereka belum memperoleh seruan, pembinaan dan disapa oleh orang-orang yang seharunsnya menyapa mereka itu. Atas dasar pandangan itu, maka Pesantren Rakyat berusaha menyapa dan peduli pada Yu Tun, Yu Jah, Mak Mie, Pak No, Pak Dul, Pak Darbo, dan masih banyak lagi lainnya, yang mereka itu sehari-hari yang dianggap sebagai kelompok tertinggal sebagaimana dimaksudkan di muka.

Orang-orang yang tidak pernah dihitung dan diakui sebagai kelompok yang sebenarnya mampu berbuat baik itu disapa dan diberi perhatian. Dengan cara atau pendekatan yang sebaik-baiknya, mereka didatangi rumah atau tempat tinggalnya, kemudian diajak bicara, dihargai, didengarkan keluhan dan pandangannya, diorangkan, dan kemudian diajak bersama menjalani kehidupan yang lebih manfaat. Mereka diberi tahu dan dijelaskan secara arief, bahwa sebenarnya terdapat ajaran yang dibawa oleh utusan Tuhan, bernama Islam. Dalam ajaran itu dikemukakan bahwa siapa saja yang mengikuti petunjuk itu akan meraih kehidupan yang dicita-citakan, yaitu mulia, bermanfaat, dan selamat.

Pengasuh pesantren Rakyat memandang bahwa kejelekan itu bukan merupakan watak dasar seseorang, melainkan justru sebaliknya, yaitu bahwa pada mulanya manusia itu adalah baik. Ketika kemudian mereka menjadi buruk maka sebenarnya adalah disebabkan oleh karena mereka tidak beruntung, yaitu mendapatkan lingkungan yang menjadikan dirinya jatuh pada keburukan. Oleh karena itu, Pesantren Rakyat hadir berusaha secara bersama-sama ingin mengubah lingkungan itu. Pendekatan yang dilakukan adalah berusaha memanusiakan orang dengan cara menyapa, mengajak, pedulikan, menghargai, mengorangkan, memberikan perlindungan kepada mereka yang selama itu tidak memperoleh perhatian.

Selama beberapa tahun Pesantren Rakyat dirintis, dan menjalankan konsepnya itu, ternyata memperoleh hasil yang menggembirakan. Orang-orang yang semula sehari-hari menjadi tukang copet, preman, pengangguran, tukang judi, bandar togel, dan lain-lain, ternyata setelah diorangkan oleh Pesantren Rakyat, mereka berhasil menemukan dirinya sendiri. Sekarang ini, warga Desa Sumber Pucung merasa gembira tatkala disebut sebagai santri Pesantren Rakyat. Identitas itu oleh mereka dianggap terhormat dan membanggakan, sehingga dijaga bersama-sama.

Sudah barang tentu, Pesantren Rakyat tidak sekedar berusaha memenuhi kebutuhan yang terkait dengan kehidupan keagamaan, tetapi secara bersama-sama juga berusaha memenuhi kebutuhan kehidupan secara luas, yaitu menyangkut ekonomi, sosial, seni budaya, dan lain-lain. Usaha itu semua dilakukan dengan pendekatan kebersamaan, memberi perhatian, peduli, mengorangkan orang, memuliakan, dan menjaga atas keselamatannya. Konsep hidup berjama'ah atau bersama berusaha dijalankan pada semua bidang kehidupan atas bimbingan, koordinasi, dan petunjuk oleh pengasuh dan para asatidz pesantren Rakyat. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up