Kejujuran, Kepintaran, Dan Pendidikan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Rabu, 16 Maret 2016 . in Dosen . 3813 views

Kedua hal yang disebutkan di dalam judul tulisan ini, yaitu kejujuran dan kepintaran adalah sama-sama penting dan seharusnya ada pada diri setiap orang. Manakala semua orang itu jujur dan pintar maka kehidupan di dunia akan aman, damai, dan sejahtera. Terbatasnya jumlah orang jujur, menjadikan kehidupan tidak mudah dijalani. Resiko lainnya, biaya penyelenggaraan pemerintahan menjadi mahal. Harus ada polisi, jaksa, hakim, KPK, BPK, Inspektorat, BPKP, dan bahkan masih ditambah LSM, semisal ICW di berbagai tempat.

Namun pada kenyataannya di mana-mana ada saja orang yang berwatak tidak jujur. Bahkan keadaannya semakin tidak sederhana, yaitu ada orang jujur tetapi tidak pintar, dan sebaliknya, ada orang pintar tetapi tidak jujur. Atau ada juga orang yang tidak jujur sekaligus juga tidak pintar. Orang jujur tetapi tidak pintar juga tidak terlalu menguntungkan bagi kehidupan sosialnya. Mereka tidak mampu memberi kebaikannya kepada orang lain, dan bahkan terhadap dirinya sendiri sekalipun. Orang seperti itu karena kejujurannya, disebut sebagai orang baik.

Jika orang baik itu sekaligus juga pintar, maka ia akan mampu memberikan kebaikannya kepada diri sendiri dan bahkan kepada orang lain. Namun oleh karena ketidak-pintarannya itu, ia tidak bisa berbuat banyak. Akibatnya, yang bersangkutan disebut sebagai orang baik yang tidak mampu berbagi kebaikannya. Orang jujur tetapi tidak pintar maka tidak banyak memberikan manfaat kepada sesama.

Adapun yang berbahaya adalah orang pintar yang tidak jujur. Berbekalkan kepintarannya, ia bisa menduduki posisi penting di tengah masyarakat, dan berhasil menjadikan banyak orang kagum, memiliki berbagai ide cemerlang, dan seterusnya. Namun oleh karena tidak mampu berbuat jujur, maka apa yang dilakukan pada akhirnya selalu merugikan orang lain. Akalnya yang cerdas digunakan untuk mengakali dan atau melakukan akal-akalan.

Kepintaran orang yang tidak jujur sebenarnya masih bisa dimanfaatkan asalkan yang bersangkutan diposisikan pada suatu sistem yang tidak mungkin melakukan kecurangan. Sebaliknya, jika orang seperti itu diberi peluang bekerja pada sistem yang tidak jelas, maka ia akan mengembangkan sifat ketidak-jujurannya seluas-luasnya. Akibat adanya orang tidak jujur itu, semuanya menjadi berantakan. Oleh karena itu, jika masih ada pilihan, sepintar apapun seseorang yang tidak jujur seharusnya dihindari. Orang seperti itu akan sangat berbahaya.

Bangsa dan negara kita ini tidak segera maju dan selalu kaya masalah, adalah oleh karena banyak orang yang tidak jujur. Akibatnya, uang negara banyak dikorupsi atau diselewengkan. Kekayaan sumber daya alam dimanipulasi dan atau dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Birokrasi menjadi boros. Selain itu, banyak orang sakit hati hingga terjadi saling curiga mencurigai, dendam, hasut menghasut, permusuhan, konflik, dan saling menjatuhkan. Akhirnya, kehidupan menjadi tidak tenteram dan tidak damai. Semua itu sebenarnya merupakan buah dari banyak orang pintar tetapi tidak jujur.

Pendidikan diharapkan berhasil menjadikan orang pintar dan sekaligus jujur. Akan tetapi pada kenyataannya, semakin pintar seseorang, maka tidak sedikit yang justru semakin tidak mudah dipercaya. Hal demikian itu menjadi terasa aneh, orang pintar ternyata tidak selalu jujur. Dalam banyak perbincangan, disebuit bahwa orang jujur akan lebih mudah ditemukan di kalangan anak kecil atau dari orang desa. Mereka itu biasa disebut lugu atau dalam arti lainnya adalah jujur. Ungkapan itu secara tidak langsung dapat dimaknai bahwa seseorang dengan bertambahnya usia dan juga semakin tinggi taraf pendidikannnya ternyata berpotensi menjadi semakin tidak jujur. Ironis sekali, pendidikan tidak selalu menghasilkan orang yang pasti bisa dipercaya.

Manakala gambaran tersebut ternyata benar, maka sesungguhnya ada sesuatu yang salah dari penyelenggaraan pendidikan yang selama ini dijalankan. Disadari atau tidak, lembaga pendidikan dengan demikian ikut andil dalam menumbuh-kembangkan sifat tidak jujur. Tegasnya, potensi tidak jujur, ternyata juga berkembang di lembaga pendidikan. Mungkin saja hal itu tumbuh dari pembelajaran yang diberikan, oknum guru yang mengajar, perlakukan kepada siswa yang dirasakan tidak adil, pelaksanaan ujian, atau mungkin juga pembiasaan atau budaya di lingkungan lembaga pendidikan, sekalipun tidak disengaja melahirkan watak tidak jujur itu.

Seharusnya melalui guru, kurikulum, lingkungan, dan berbagai jenis mata pelajaran, lembaga pendidikan mampu melahirkan kesadaran terhadap pentingnya kejujuran. Berbagai jenis pelajaran, misalnya fisika, kimia, biologi, sosiologi, psikologi, sejarah, bahasa, seni, dan lain-lain seharusnya berhasil membuahkan pemahaman tentang diri para siswa sebagai ciptaan Tuhan. Mempelajari mata pelajaran tersebut tidak cukup hanya dimaksudkan agar kelak lulus ujian dan memperoleh ijazah, tetapi yang justru lebih penting adalah membangun kesadaran tentang keberadaan dirinya sendiri itu. Kesadaran eksistensi itulah seharusnya berhasil dibangun melalui berbagai jenis lembaga pendidikan.

Memang tidak semua lembaga pendidikan gagal dalam mengantarkan para lulusannya menjadi orang jujur. Banyak orang pintar dan juga sekaligus jujur merupakan hasil dari lembaga pendidikan. Akan tetapi, sudah bukan rahasia lagi, bahwa pelaku korup dan bentuk penyimpangan lainnya banyak dilakukan oleh tokoh dan atau pejabat lulusan lembaga pendidikan. Perbuatan tidak jujur sebenarnya tumbuh dari orang yang tidak mengerti tentang dirinya sendiri, yaitu tentang asal muasalnya, amanah yang seharusnya dilakukan dalam menjalani kehidupan ini, dan juga orang yang tidak mengetahui bahwa setelah kehidupan di dunia masih ada kehidupan berikutnya di akherat kelak. Siapapun yang tidak mengenali dirinya sendiri, tidak mengenal agamanya, dan hanya sekedar berbekalkan kepintarannya, maka sangat mungkin mereka akan melakukan apa saja yang dimaui dan atau diinginkan, hingga menjadikan kehidupannya jauh dari nilai-nilai kejujuran dimaksud. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up