Menjadi Orang Pintar
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Minggu, 4 September 2016 . in Dosen . 1212 views

Pada suatu saat, ketika kebetulan sedang di kampus, saya ditemui oleh seorang mahasiswa yang katanya mau bertanya. Tentu saya persilahkan, tentang apa yang ditanyakan. Ternyata ia bertanya tentang hal sederhana tetapi tidalk mudah dijawab, yaitu bagaimana caranya agar menjadi orang pintar. Ia secara jujur mengaku sudah lama menempuh pendidikan, sejak dari madrasah hingga lulus S1, dan sekarang menempuh S2. Namun sekalipun sudah sekian tahun sekolah, ia merasa belum pintar. Ia khawatir hingga lulus pascasarjana pun, keadaannya akan tetap saja.

Pertanyaan yang aneh itu juga saya jawab dengan sederhana pula, yaitu bahwa sebenarnya ketika anda mendaftar dan masuk kuliah di S2, anda sudah pintar. Artinya, setidaknya anda sudah mengetahui tentang diri anda sendiri. Sebagai indikator orang pintar adalah mengetahui tentang dirinya sendiri. Sekarang, dengan bertanya seperti itu, anda sudah mengetahui tentang diri anda sendiri, yaitu bahwa anda belum merasa pintar. Kepintaran anda adalah mengetahui dan mengatakan secara jujur bahwa anda belum pintar.

Rupanya mahasiswa ini semakin penasaran, kemudian menanyakan bagaimana agar bisa menulis artikel atau tulisan ilmiah. Tentu saya jawab dengan mudah pula, yaitu silahkan saja anda memulai menulis, maka akan segera kelihatan, apakah anda sudah bisa menulis atau belum. Selama anda tidak mau memulai menulis, maka siapapun, termasuk anda sendiri tidak akan tahu bahwa anda bisa menulis. Bahkan apakah tulisan anda tergolong baik atau sebaliknya, adalah setelah tulisan itu selesai dibuat. Sebelum selesai dan dibaca orang, tulisan dimaksud tidak pernah bisa diketahui oleh siapapun.

Lantas, mahasiswa yang rupanya memang memiliki keinginan maju tersebut masih bertanya lagi, yaitu bagaimana cara menulis dan apa yang harus ditulis. Lagi-lagi pertanyaan itu juga saya beri jawaban sederhana berupa perintah, yaitu ambilah komputer atau kertas dan segeralah memulai menulis. Namun sebelum perintah dijalankan ternyata masih bertanya lagi, yaitu apa yang harus ditulis. Maka, saya beri arahan agar menulis apa saja yang ia tahu, dan jangan sekali-kali menulis sesuatu yang dirinya sendiri tidak mengetahuinya. Saya mengatakan bahwa, menulis tentang sesuatu yang tidak diketahui akan amat sulit dan tulisan yang dimaksudkan itu tidak akan terwujud.

Selanjutnya, mahasiswa dimaksud masihg saja memperpanjang pertanyaannya, dengan menanyakan tentang contoh sesuatu yang bisa ditulis. Dengan berusaha untuk bersikap sabar, mahasiswa dimaksud saya suruh untuk melihat ke sawah, yang letaknya tidak jauh dari halaman kampus. Ia saya suruh untuk melihat apa saja yang ada di sawah itu. Mahasiswa itu kemudian menyebut beberapa jenis tanaman dan tumbuh-tumbuhan liar yang ia lihat. Setelah menjawab pertanyaan itu, saya berganti bertanya kepadanya, apakah semua jenis tanaman liar itu ada gunanya. Segera ia menjawab belum tahu. Maka kemudian, ia saya ingatkan tentang ayat al Qur'an, bahwa semua ciptaan Allah tidak ada yang sia-sia. Maka artinya, tanaman liar pun sebenarnya ada manfaatnya.

Penjelasan tersebut saya lanjutkan, bahwa Indonesia ini adalah negara kaya sumber alam, baik berupa tanah yang luas, hutan, berbagai jenis tambang, lautan, dan sebagainya. Ribuan jenis tumbuh-tumbuhan ada di negeri ini, dan begitu pula berbagai jenis binatang. Saya katakan bahwa , belum semua kekayaan alam itu berhasil dimanfaatkan untuk keperluan kehidupan manusia. Padahal semua itu, menurut penjelasan al Qur'an, disediakan untuk menusia, dan bukan sebaliknya, yaitu untuk mengganggu makhluk yang dipandang paling mulia ini. Kekayaan alam itu belum berhasil dimanfaatkan oleh karena, kita sebagai ilmuwan belum mempelajari sehingga kita belum mengetahui unsur-unsur dan apalagi kegunaannya.

Akibatnya, kekayaan tersebut, sekalipun telah dinyatakan oleh Allah melalui al Qur'an, pasti ada gunanya, ternyata kita belum mengetahui tentang manfaatnya. Ciptaan Allah itu, oleh karena belum dikaji dan atau diriset, maka belum diketahui secara mendalam. Selama ini, berbagai jenis tumbuhan liar masih dianggap sebagai pengganggu, padahal sebenarnya pasti ada kegunaannya. Maka, seharusnya, perguruan tinggi Islam sehari-hari sibuk melakukan riset untuk mengetahui apa saja yang ada di lingkungannya, sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Setelah berbincang dan berdialog lama, mahasiswa saya beri pertanyaan, apakah anda mengerti tentang kekurangan dan atau problem yang kita alami selama ini terkait dengan ciptaan Allah dimaksud. Mahasiswa tersebut menjawab dengan mengatakan, benar bahwa selama ini kita belum terlalu menyadari, betapa banyak pengetahuan yang seharusnya digali dari apa saja yang berada di sekitar ini. Ia kemudian juga menyadari bahwa ternyata al Qur'an memberikan petunjuk, agar manusia, dan apalagi mahasiswa, selalu membaca atau dalam bahasa kampusnya melakukan riset tentang berbagai hal sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Akhirnya, mahasiswa dimaksud, saya tugasi untuk menulis semua hasil dialog yang baru saja dilakukan. Saya katakana tulislah, apa yang kita bicarakan selama ini, mulai anda menemui saya, apa yang anda tanyalkan, hingga apa yang anda peroleh dari pertemuan yang baru saja berlangsung. Saya yakin dengan mengetahui dan menghayati dialog yang baru saja diikuti, maka akan dengan mudah menulis hasilnya. Sebagai penutup, saya mengatakan kepadanya, setelah menulis artikel, anda akan kelihatan sebagai orang pintar atau tidak. Jika tulisan anda jelas, obyektif, dan mudah dipahami oleh orang lain, anda akan disebut sebagai orang pintar. Sebaliknya, jika anda tetap tidak mau menulis, maka siapapun, --------termasuk anda sendiri, tidak akan mengetahui, apakah tergolong pintar atau tidak. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up