Setiap manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas. Seseorang yang memiliki rumah satu, maka selanjutnya rumahnya itu ingin dibesarkan, dan diperluas. Setelah semua tercapai, maka ingin menambah rumah berikutnya, sehingga seseorang punya rumah di beberapa tempat hingga dua, tiga dan seterusnya. Begitu pula kendaraan, setelah memiliki kendaraan yang bermerek bagus, ingin menambah merek lainnya, hingga kadang sampai beberapa jumlahnya. Oleh sebab itu, bagi orang yang punya uang banyak, tidak jarang memiliki beberapa rumah dan juga beberapa mobil.
Tidak saja rumah dan mobil, kita sering mendengar seseorang memiliki hingga ribuan hektar perkebunan, pertambangan, ratusan pabrik, pesawat terbang, kapal, dan lain-lain. Mereka yang tergolong kaya raya seperti itu juga tidak pernah berhenti dari usaha mencari lagi yang lain. Bahkan, mereka yang sudah terlalu kaya, harta kekayaannya bertumpuk-tumpuk tidak terhitung itu, justru lebih giat dan rajin lagi daripada mereka yang belum memiliki apa-apa.
Kita lihat orang miskin atau hanya memiliki harta terbatas, tetapi sehari-hari malah menjalani hidupnya dengan santai, seolah-olah tidak ada beban dari hidupnya. Mereka berpandangan bahwa setiap ada siang ada rizki, ada ombak ada ikan, dan sepanjang matahari masih bersinar, di sana ada peluang kehidupan. Pada setiap hari, mereka meyakini bahwa kebutuhannya akan tercukupi. Selain itu, orang yang tidak mempunyai harta justru bisa hidup santai sementara yang memiliki banyak harta justru sangat sibuk mengurus dan berusaha menambahnya.
Harta yang dimiliki hingga bernilai ratusan milyard, dan bahkan triliyunan rupiah itu sebenarnya juga akan digunakan semua dalam hidupnya. Tentu tidak. Mungkin saja kebutuhan yang bersifat psikologis, seperti misalnya agar disebut sebagai orang kaya, orang hebat, orang sukses menjadi terpenuhi. Kekayaannya itu akan menjadikan sementara orang kagum atas prestasi itu. Akan tetapi juga sebaliknya, harta yang melimpah itu bisa menjadikan orang lain merasa iri, dengki, dan juga hasut tatkala prestasi itu hanya dimilikinya sendiri, dan atau oleh karena tidak memberikan kepada orang lain hak-haknya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlalu sulit menyaksikan orang yang dengan harta kekayaan yang dimiliki justru semakin jauh dari orang lain. Rumah berukuran besar yang dimiliki harus dipagar tinggi dan kokoh. Keadaan seperti itu menjadikan orang lain tidak mudah menjangkaunya. Tatkala di rumah, mereka hanya ditemani oleh pembantu, security, dan juga anjing-anjingnya yang galak. Maka ternyata harta yang berlebihan sebagai hasil dari upaya memenuhi keinginannya yang tidak terbatas itu justru menjadikan dirinya semakin terasing dari kehidupan manusia pada umumnya.
Sebaliknya orang yang tidak terlalu berusaha memenuhi keinginannya, --------apakah disengaja atau dalam keadaan terpaksa, ternyata hidupnya lebih santai. Mereka tidak harus mengurus hartanya yang berlebih-lebihan. Kalau pun memiliki banyak harta, orang yang tidak diperbudak oleh kekayaannya itu, akan memberikan hak-hak orang lain, melalui zakat, infaq, shadaqoh atau lainnya. Keinginan yang berhasil dikendalikan oleh dirinya sendiri, menjadikan yang bersangkutan tidak selalu haus harta. Harta kekayaannya tidak menjadikan dirinya tersiksa, yaitu sehari-hari harus berpikir keras untuk mempertahankan atau menambah, dan bahkan dihantui oleh kekhawatiran terhadap hartanya itu.
Dalam menjalani hidup ini, seseorang yang tidak mampu mengendalikan keinginannya, ternyata malah tersiksa. Keinginan semestinya tidak boleh dijadikan dasar dalam menjalani hidup. Islam mengajarkan bahwa, hidup ini harus mendasarkan pada keimanan dan ketaqwaan dan bukan sekedar keinginan. Orang yang beriman dan bertaqwa, maka akan selalu berusaha mendekatkan diri pada Allah swt., pada semua manusia, pada kebaikan, kemuliyaan, dan keluhuran. Orang-orang yang meraih derajad seperti ini akan mendapatkan ketengan hidup. Sekalipun harta kekayaannya melimpah tidak akan menjadikan dirinya sibuk, jauh dari Tuhan, dan juga jauh dari manusia. Bahkan sebaliknya, hartanya akan semakin mendekatkan pada kemuliaan yang sebenarnya. Wallahu a'lam.