Peran Strategis PTAIN Dalam Membangun Bangsa
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Minggu, 7 September 2014 . in Dosen . 1654 views

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita ungkapkan rasa syukur kepada Allah swt., yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita dalam keadaan sehat wal afiat, gembira dan berbahagia. Shalawat dalam salam semoga tetap terlimpah pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw., keluarga dan sahabatnya, pengikutnya, dan siapapun yang mencintainya.

Saya menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada Ketua dan seluruh warga STAIN Lhokseumawe yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk berdiri di mimbar yang terhormat ini menyampaikan pandangan saya tentang Peran Strategis Perguruan Tinggi Islam Negeri ke depan, tidak terkecuali di dalamnya adalah STAIN Lhokseumawe.

Bangsa Indonesia ini mayoritas adalah umat Islam, dan lebih-lebih masyarakat Provinsi Aceh, dikenal sebagai serambi Makkah. Identitas itu tidak saja terkenal di Aceh, termasuk di Lhokseumawe, melainkan oleh masyarakat di provinsi lain di negeri ini. Menyebut Aceh selalu mengingatkan pada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, ialah Islam. Dalam kontek membangun masyarakat, menyebut Islam selalu mengingatkan kita semua pada masyarakat ideal yang dibangun oleh Rasulullah ialah Madinah al Munawwarah.

Bapak Sekjen Kementeraian Agama, Wakil Gubernur, serta hadirin yang berbahagia,

Dalam hadits nabi yang sangat terkenal disebutkan bahwa, kita di manapun dan kapan pun tidak akan tersesat sepanjang masih berpegang pada dua ajaran penting, yaitu al Qur'an dan hadits nabi. Kita sangat bersyukur, di kalangan masyarakat Aceh, termasuk di dalamnya adalah Lhokseumawe, sangat meyakini akan kebenaran ajaran itu. Masyarakatnya dikenal sangat agamis, dekat dengan al Qur'an dan hadits nabi, mencintai tempat ibadah, dan mengikuti dan menjunjung tinggi para ulama'nya.

Kecintaan masyarakat Provinsi Aceh terhadap ajaran agama seharusnya dipahami sebagai modal strategis di dalam membangun masyarakat. Mengikuti Nabi Muhammad tatkala membangun masyarakat Madinah al Munawarrah yang dipandang sangat ideal itu, maka sebenarnya masyarakat Aceh memiliki modal dan potensi besar untuk sukses. Modal itu adalah kepercayaan terhadap al Qur'an dan hadits nabi, kedekatannya dengan tempat ibadah dan para ulama'nya itu. Bermodalkan itu semua, maka untuk mewujudkan masyarakat ideal, dengan sebutan masyarakat madani, maka tidak akan terlalu sulit dicapai.

Masyarakat Madinah yang berhasil dibangun oleh nabi sedemikian indah. Masyarakat itu diwarnai oleh suasana saling cinta mencintai, tali sillaturrakhiem diperkukuh, keimanan dan ilmu pengetahuan dijadikan modal untuk meraih keunggulan, kebersamaan dan saling menghargai diutamakan. Tidak ada kesenjangan, suka berbagi dan peduli pada orang miskin dan anak yatim. Ekonomi dikembangkan dan diatur secara jujur dan adil. Hukum senantiasa ditegakkan. Akhlak mulia dikedepankan. Buahnya adalah masyarakat yang adil, makmur, dan sejehtera, hingga akhirnya disebut sebagai madinah al munawwarah itu.

Hadirin yang berbahagia,

Pada saat sekarang ini, Lhokseumawe telah memiliki banyak madrasah, pesantren, dan bahkan juga Sekolah Tinggi Agama Isam Negeri. Kenyataan itu saya maknai bahwa para pemimpin dan masyarakat Lhokseumawe telah paham dan menyadari betul tentang kunci kemajuan masyarakat, ialah pendidikan. Terlebih pendidikan yang dimaksudkan itu adalah pendidikan Islam.

Dalam al Qur'an, setidaknya ada tiga pesan yang sangat indah terkait dengan pendidikan. Yaitu : kunuu ulin nuha, kunuu ulil abshar, kunuu ulil albaab. Pesan al Qur'an tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : ' jadilah kamu sekalian orang memiliki otak yang cerdas, jadilah kamu sekalian orang yang memiliki pandangan mata dan telinga yang tajam, dan jadilah kamu sekalian orang yang memiliki hati lembut. Pesan al Qur'an ini indah sekali, dan apalagi jika dikaitkan dengan perintah lainnya, ialah wajahidu fillah haqqa jihadihi. Dan hendaklah kamu sekalian berjuang untuk Allah dengan sebenar-benarnya perjuangan.

Mengikuti perintah tersebut, maka menjadi umat Islam seharusnya lebih pintar, lebih cerdas, harus pintar membaca, dan bahkan juga mencipta. Menjadi Islam seharusnya menjadi lebih unggul dalam berbagai halnya. Umat Islam harus kokoh aqidahnya, tinggi ilmunya, luas wawasannya, kaya dalam harta benda, kuat jasmani dan rokhaninya, serta mulia akhlaknya. Itulah seharusnya ciri khas penganut agama Islam. Maka orang yang demikian itu akan menang, beruntung, dan selamat, baik di dunia maupun di akherat kelak.

Manusia yang memiliki kharakter seperti disebutkan itu harus dibangun melalui lembaga pendidikan yang berkualitas. Banyak pemimpin dan tokoh daerah dalam usaha meningkatkan kualitas generasi mudanya menempuh cara, yakni mengirimkan anak-anak terbaiknya ke luar daerah, untuk belajar ke lembaga pendidikan yang unggul. Cara itu tidak salah. Akan tetapi strategi itu tidak boleh terlalu lama dan bersifat massal. Daerah sendiri perlu membangun lembaga pendidikan yang disebut unggul itu. Kebijakan itu dilakukan agar sebagian besar rakyat juga menikmati layanan pendidikan di tempatnya sendiri, dan bahkan jika perlu, suatu saat orang luar daerah datang ke Lhokseumawe untuk menimba ilmu di sini.

Keinginan untuk membangun lembaga pendidikan dimaksud, sejak beberapa tahun yang lalu sudah dirintis dan berhasil, ialah STAIN Lhokseumawe. Lembaga pendidikan ini jika dilihat dari sisi umurnya belum terlalu lama, dibanding dengan STAIN lainnya di Indonesia tergolong sebagai pendatang baru. Akan tetapi perkembangannya, saya lihat sudah luar biasa. Bangunan fisik, luas tanah, jumlah mahasiswa, dan semangat maju sudah sedemikian tinggi. Memang perlu diakui, bahwa masih ada kekurangan, misalnya jumlah dosennya yang bergelar Doktor masih terbatas, tetapi bagi siapapun yang ingin maju, maka tidak boleh terlalu lama mengingat-ingat kekurangan. Kerkurangan tidak boleh dijadikan dzikir setiap hari, tetapi harus segera diselesaikan, dan insya Allah dalam waktu dekat STAIN Lhokseumawe akan melampaui STAIN lainnya di Indonesia.

Selanjutnya perlu diakui bahwa, lembaga pendidikan Islam yang hanya berbentuk sekolah tinggi dengan membuka beberapa program studi, seperti ilmu Tarbiyah, Ilmu Syari'ah dan Ilmu Dakwah memang belum mencukupi. Program studi itu harus ditambah jumlahnya. Sebagai resikonya, lembaga yang berbetuk sekolah tinggi harus dikembangkan menjadi istitut dan bahkan juga berbentuk universitas. Keinginan mengubah bentuk itu sudah ditindak lanjuti, dengan cara mengusulkannya ke pemerintah pusat melalui kementerian agama. Kabarnya sekarang ini, usulan itu sedang diproses. Insya Allah dalam waktu yang tidak terlalu lama, usulan dimaksud disetujui hingga STAIN Lhokseumawe berhasil berubah menjadi IAIN Lhokseumawe.

Yth. Bapak Sekjen, Bapak Wakil Gubernur, dan hadirin yang berbahagia,

Sejalan dengan kemajuan pemikiran Islam yang semakin luas dan mendalam, PTAIN juga dituntut untuk mengembangkan keilmuan yang semakin luas. Islam tidak cukup dipahami dari sebatas agama, melainkan adalah agama dan sekaligus peradaban yang maju. Islam tidak hanya memberi petunjuk tentang bagaimana menjalankan kegiatan ritual seperti berdoa, shalat, zakat, puasa, dan haji, mengurus pernikahan, kematian dan sejenisnya. Akan tetapi selain itu, Islam seharusnya juga dipahami sebagai ajaran yang memberikan petunjuk tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang luas, membangun sumberdaya manusia yang berkualitas, menata keadilan, dan juga tentang amal shaleh atau bekerja secara profesional.

Sebagaimana disebutkan di muka, bahwa di dalam al Qur'an terdapat konsep tentang manusia ideal, ialah ulul albaab. Penyandang sebutan ulul albaab adalah orang-orang yang selalu ingat Allah pada setiap waktu, selalu memikirkan penciptaaan langit dan bumi, dan juga selalu berusaha agar ciptaan Allah berhasil memberi manfaat bagi kehidupan secarta maksimal. Agar manfaat itu berhasil diwujudkan, maka tidak ada lain kecuali harus dikembangkan teknologi. Maka, lembaga pendidikan tinggi Islam, seperti STAIN Lhokseumawe yang akan berubah menjadi IAIN dan seterusnya berubah lagi menjadi UIN Lhokseumawe, diharapkan mampu melahirkan sarjana yang menyandang sebutan ulul albaab itu.

Mendasarkan pada konsep tersebut, seharusnya lululusan perguruan tinggi Islam mampu menjawab persoalan dalam berbagai lapangan kehidupan. Nabi Muhammad di Makkah dan kemudian hijrah ke Madinah, beliau membangun masyarakat ideal sebagaimana disebutkan di muka. Nabi Muhammad bukan seorang yang sehari-hari hanya mengurus kegiatan ritual di masjid, membacakan doa, mengurus zakat, melainkan juga mengurus kehidupan secara menyeluruh. Nabi Muhammad membangun masjid, mempersatukan kaum muhajirin dan kaum anshar, membuat perjanjian perdamaian dengan masyarakat Yahudi dan Nasrani di Madinah, menyelesaikan berbagai problem sosial, politik, hukum, ekonomi, dan lain-lain. Bahkan, dalam memakmurkan masyarakat Madinah, nabi mempelopori usaha ekonomi, dengan membuka lahan pertanian di Khaibar.

Oleh sebab itu, PTAIN tidak selayaknya membatasi diri hanya mengembangkan ilmu tertentu, misalnya ilmu tarbiyah, ilmu syari'ah, ilmu dakwah, ushuluddin, dan adab. Perguruan tinggi Islam harus mengembangkan ilmu pengetahuan secara luas. Al Qur'an sendiri memberikan tuntunan agar manusia mengembangkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya, baik yang bersumber dari ayat-ayat qawliyah maupun ayat-ayat kawniyah. Lulusan perguruan tinggi Islam diharapkan mampu memahami sains tetapi juga mendalami al Qur'an, mengerti tentang ekonomi, politik, teknologi dan lain-lain, tetapi juga memahami kitab suci dan hadits nabi.

Manakala gambaran itu berhasil diwujudkan, dan menurut hemat saya harus berhasil, maka lulusan perguruan tinggi Islam akan memiliki peluang yang seluas-luasnya untuk berperan di dalam membangun bangsa ini. Lulusan PTAIN akan berkerja di lembaga pendidikan, laboratorioum, perusahaan, pusat-pusat bisnis, pemerintahan, politik, dan lain-lain. Itulah tantangan ke depan perguruan tinggi Islam. Tantangan itu harus dijawab oleh semua PTAIN. Namun, agar peran strategis itu berhasil diwujudkan maka lembaga pendidikan tinggi Islam harus diberi peluang mengembangkan berbagai disiplin ilmu, dan kelembagaannya harus diubah, ialah menjadi bentuk universitas. Dengan demikian maka, peran perguruan tinggi Islam tidak saja mempersiapkan calon-calon guru agama, atau pegawai kementerian agama, melainkan mengikuti konsep dalam al Qur'an adalah menjadi khalifah, menjadi umat terbaik, menjadi tauladan bagi umat lainnya.

Yth. Bapak Sekjen, Bapak Wakil Gubernur dan hadirin yang berbahagia,

Perguruan tinggi Islam ke depan memiliki peran yang amat strategis. Peran itu sangat mungkin diaktualisasikan oleh karena sarjana yang dihasilkan memiliki pengetahuan tentang Islam atau memahami al Qur'an dan hadits nabi secara memadai dan masih disempurnakan dengan penguasaan ilmu-ilmu modern, seperti ilmu ekonomi, politik, kelautan, pertanian, kehutanan, peternakan, teknologi, informatika, dan lain

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up