Betapa Berat Mewujudkan Persatuan Umat
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Kamis, 16 Oktober 2014 . in Dosen . 6059 views

Umat Islam mengetahui bahwa bersatu itu adalah ajaran yang bersumber dari al Qur'an dan hadits nabi. Oleh karena itu, sekalipun terasa berat, harus dijalankan. Al Qur'an memberikan pesan bahwa, tidak boleh di antara kaum muslimin bercerai berai. Bahwa di antara mereka adalah bersaudara. Selain itu, dinyatakan pula di dalam hadits nabi bahwa, di antara kaum muslimin adalah bagaikan satu bangunan, maka bagian-bagiannya seharusnya saling memperkukuh.

Atas dasar pesan al Qur'an dan hadits dimaksud, maka persatuan tidak saja seharusnya dijalankan, melainkan juga dicintai. Mencintai persatuan seharusnya dipandang sama dengan mencintai al Qur'an dan hadits nabi. Manakala al Qur'an tidak boleh diabaikan, maka seharusnya juga tidak boleh mengabaikan pesan al Qur'amn itu sendiri. Maka, selalu membangun dan memelihara persatuan di antara kaum muslimin adalah merupakan tanggung jawab yang harus ditunaikan.

Persatuan sebagai sesuatu yang seharusnya dicintai, maka seharusnya juga diperjuangkan. Berjuang selalu harus diikuti dengan pengorbanan. Tidak pernah ada sebuah perjuangan tanpa pengorbanan. Tatkala persatuan sudah dianggap sebagai sesuatu yang dicintai, maka untuk mewujudkannya, harus dilakukan dengan perjuangan dan pengorbanan. Atas dasar pandangan bahwa, persatuan adalah bagian penting ajaran Islam yang harus dicintai itu, maka harus diperjuangkan hingga benar-benar terwujud.

Banyak orang sanggup berjuang menegakkan shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lain, akan tetapi tatkala harus berjuang agar umat bersatu maka, ternyata tidak mudah menjalankannnya. Umat Islam di mana-mana terpecah belah dalam berbagai aliran, golongan, organisasi, dan madzhab. Perbedaan itu juga selalu dijadikan sebab untuk tidak bersatu. Berbeda sebenarnya tidak mengapa, asalkan perbedaan itu tidak mengganggu upaya saling kenal mengenal dan masih bersatu. Tatkala berbeda, maka seharusnya mereka saling berlomba dalam melakukan kebaikan.

Sebagai bukti bahwa ajaran tentang persatuan itu sangat sulit dilakukan, umat Islam di berbagai belahan dunia masih terlibat perpecahan hingga akibatnya mereka menjadi lemah, baik di bidang pengembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain. Mereka seolah-olah lupa bahwa awal mula yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika nyampai di Madinah dalam berhijrah adalah membangun persatuan. Kaum Muhajirin dan kaum Anshar dipersatukan oleh utusan Allah terakhir itu.

Demikian pula di Indonesia, umat Islam belum berhasil mengimplementasikan ajaran tentang persatuan. Organisasi, aliran, dan kelompok-kelopok umat Islam tidak jarang menjadi batas atau hambatan dalam membangun sillaturrakhiem sebagai dasar terjadinya persatuan. Semangat berpecah belah ternyata mengalahkan ajaran atau doktrin Islam yang mengharuskan saling bersatu dan memperkukuh, hingga bagaikan bangunan yang satu. Kepentingan kelompok, aliran, dan organisasi lebih dikedepankan dibanding kepentingan ukhuwah Islamiyah yang seharusnya dijaga atau dirawat bersama.

Bahkan semakin aneh, terdapat organisasi politik umat Islam sekalipun bernama Partai Persatuan, ternyata juga gagal bersatu. Beberapa bulan terakhir ini, partai politik yang membawa misi Islam dan oleh karena itu seluruh pimpinan dan anggotanya adalah umat Islam, terlibat perpecahan serius hingga tidak mudah diselesaikan. Antar pengurus partai saling memecat, dan bahkan juga di antara kelompok di tubuh partai politik itu akan menyelenggarakan muktamar sendiri-sendiri.

Jika demikian itu yang terjadi, maka persatuan memang sedemikian sulit diwujudkan. Persatuan belum dianggap penting dan diperjuangkan, padahal itu adalah merupakan kunci kemajuan, kemenangan, dan kemuliaan. Terasa aneh, perpecahan umat dianggap hal biasa dan dianggap tidak menyimpang dari ajaran Islam. Tidak terkecuali adalah partai politik bernama Partai Persatuan dan menggunakan lambang Ka'bah sekalipun, ternyata masih belum mampu bersatu. Ayat al Qur'an tentang keharusan umat Islam bersatu, seolah-olah boleh diabaikan dan dilupakan. Wallahu a'lam.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up