Kesalahan Umum Penulisan Disertasi (Tulisan 2 habis)
Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si Selasa, 24 Februari 2015 . in Rektor . 3737 views

Kesalahan berikutnya tentang  peran teori. Peran teori sangat tergantung pada paradigma penelitian yang digunakan. Pada paradigma positivistik, teori untuk diuji. Karena itu, penelitian berparadigma positivistik, yang lazimnya menggunakan metode kuantitatif,  diawali dengan hipotesis. Hipotesis pada hakikatnya merupakan teori yang bersifat sementara. Hipotesis itu akan diuji. Hasilnya bisa terbukti, atau bisa tidak.  Peneliti tidak perlu memaksa diri agar hipotesisnya terbukti dengan cara memanipulasi data. Seorang peneliti harus jujur dengan data yang ada dan hasil apapun yang ditemukan. Jangan sekali-sekali melakukan manipulasi data. Biarkan data bicara (let data speak by themselves). Tugas peneliti menjadikan data berbicara apa adanya. Pada bagian akhir, peneliti akan menyatakan bahwa teori atau hipotesis yang diuji terbukti atau tidak terbukti. Karena itu, penelitian kuantitatif berangkat dari teori.

 

 

Sementara itu penelitian berparadigma interpretif, selain berperan sebagai alat analisis untuk memahami fenomena, teori untuk dikembangkan. Karena bertugas mengembangkan teori, maka peneliti dengan paradigma interpretif, yang lazimnya menggunakan metode kualitatif, wajib mengetahui teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Karena itu, sebelum melakukan langkah-langkah lebih lanjut seorang peneliti kualitatif disarankan untuk lebih dahulu membaca literatur terkait topik atau tema penelitiannya sebanyak mungkin sehingga bisa mengetahui posisi teoretik penelitian yang dilalukan dalam deretan bidang ilmu sejenis. Misalnya, seorang mahasiswa yang melakukan penelitian bidang Manajemen Pendidikan wajib mengetahui teori atau konsep apa saja yang telah dihasilkan oleh para peneliti sebelumnya di bidang tersebut. Semakin banyak literatur yang dibaca akan semakin banyak pula khasanah pengetahuan di bidang yang akan diteliti sehingga memudahkan peneliti untuk memahami permasalahan secara lebih mendalam.

Akhirnya, peneliti kualitatif bisa  menyatakan bahwa hasil penelitiannya menambah atau mengembangkan teori tertentu yang sudah ada sebelumnya. Sayangnya, masih sering ditemukan bahwa peneliti kualitatif mengakhiri penelitiannya dengan pernyataan bahwa hasil penelitiannya sesuai atau tidak sesuai dengan  teori tertentu. Tentu ini tidak tepat, karena dengan pernyataan tersebut berarti peneliti  melakukan pembuktian  teori. Dan, itu bukan tujuan penelitian kualitatif. Jika penelitian kuantitatif berangkat dari teori, maka penelitian kualitatif berangkat dari fenomena unik yang menarik diteliti untuk menghasilkan teori baru. Saya pun beberapa kali menemukan kenyataan pada saat ujian disertasi mahasiswa belum mengerti tujuan akhir penelitiannya terkait dengan teori. Malah beberapa masih kacau dalam memahami antara apa yang dimaksud dengan membuktikan teori dan mengembangkan teori. Kesalahan pemahaman ini berakibat sangat fatal dalam keseluruhan proses penelitian.

Terkait hasil penelitian, tidak sedikit mahasiswa belum memahami  thesis statement yang dihasilkan dari penelitiannya. Thesis statement merupakan pernyataan akhir dari seluruh proses penelitian berupa satu atau dua kalimat sebagai inti dari keseluruhan temuan penelitian.  Memang tidak mudah menyusun thesis statement. Diperlukan renungan mendalam oleh peneliti dengan membaca kembali pertanyaan penelitian, jawaban atas pertanyaan tersebut dengan merujuk teori yang telah ditulis di bab kajian pustaka.         

Masih terkait teori, kesalahan yang sering terjadi  adalah pemilihan teori yang tidak tepat. Akibatnya, hasil analisisnya juga tidak tepat. Teori ibarat pisau bedah. Jika pisaunya tidak tepat, maka hasil bedahan atau irisannya juga tidak tepat. Penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang menuntut kemampuan secara komprehensif, termasuk menempatkan peran dan posisi teori serta pemilihan teori yang tepat.

Kesalahan terkait  metode penelitian. Metode penelitian dikembangkan dari paradigma penelitian yang dianut. Sebagaimana diketahui ada dua paradigma yang saling berhadapan, paradigma positivistik dan interpretif atau fenomenologi. Paradigma positivistik --- yang memiliki pandangan tersendiri dalam memandang realitas --- melahirkan metode penelitian kuantitatif dengan ciri-ciri dan prosedurnya sendiri. Sedangkan paradigma interpretif --- yang memiliki pandangan berbeda dari paradigma positivistik dalam memandang realitas

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up