Kita Bertemu Kembali Bulan Penuh Rahmat
Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si Senin, 15 Juni 2015 . in Rektor . 6216 views

Hanya dalam hitungan jam, insya Allah kita akan bertemu kembali bulan penuh rahmat, yakni bulan Ramadhan. Tidak ada bulan yang Allah melimpahkan rahmat sedemikian besar dan jauh melebihi bulan-bulan lain kecuali Ramadhan. Mengapa Ramadhan menjadi bulan yang begitu istimewa? Salah sebabnya ialah karena pada bulan pada bulan itu Allah menurunkan  Al-Qur’an yang kelak menjadi petunjuk bagi umat manusia, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Baqarah sebagai berikut:

 

Dalam ayat di atas terdapat petunjuk yang sangat menarik yakni melalui kata hudalinnas yang artinya petunjuk bagi umat manusia. Perhatikan ayat tersebut dengan cermat bahwa Allah tidak menggunakan kata hudalil mukminin, hudalil muslimin atau hudalil mutakin. Ini berarti bahwa ternyata Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi semua umat manusia,  tidak terbatas hanya bagi umat Islam saja. Umat lain bisa menggunakan Al-Qur’an sebagai upaya memecahkan berbagai persoalan kehidupan di dunia, yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan lain sebagainya hingga akhir zaman.

Selain sebagai petunjuk, al Qur’an juga disebut sebagai al-Furqon, yang artinya pembeda antara yang benar dan yang salah. Al-Qur’an sebagai pedoman dalam bertindak, mana yang baik dan buruk, mana yang harus kita laksanakan dan mana yang harus kita tinggalkan, mana yang tidak boleh dan mana pula yang boleh dilakukan. Semua yang diperintahkan Allah dan yang dilarang hakikatnya demi kebaikan manusia itu sendiri, dan bukan sama sekali untuk kepentingan Allah. Andai saja tidak ada al Qur’an kita bisa membayangkan bagaimana ruwetnya tatanan kehidupan manusia.

Begitu mulianya bulan Ramadhan, sehingga Allah memberikan berita gembira melalui firman-Nya bahwa orang yang menjalankan ibadah puasa semata karena iman dan takwanya kepada Allah, maka Allah akan menghapus dosa orang tersebut, baik dosa yang lalu maupun dosa yang akan datang. Tidak hanya itu. Allah juga mengabarkan bahwa semua ibadah wajib yang dijalankan semata karena Allah akan diberi pahala berlipat ganda, dan untuk  ibadah sunnah akan diberi pahala sebagaimana ibadah wajib. Bahkan dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad SAW bersabda siapa saja yang suka dengan kehadiran Ramadhan Allah juga memberikan pahala kepada orang tersebut. Oleh karena itu wajar jika umat Islam senantiasa menanti kehadiran bulan penuh rahmat dan berkah tersebut.

Selain itu, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda andai saja umatku tahu hikmah yang ada di balik bulan suci Ramadhan niscaya mereka meminta bahwa sepanjang tahun itu bulan Ramadhan. Di kesempatan lain, Nabi juga pernah bersabda barang siapa yang senang dengan datangnya bulan suci Ramadhan, maka haram jasadnya bagi api neraka.

Terkait dengan kehadiran Ramadhan tahun ini, umat Islam, khususnya umat Islam Indonesia, merasa sangat gembira. Sebab, dua organisasi massa besar, yakni NU dan Muhammadiyah  sama-sama sepakat bahwa Kamis, 18 Juni 2015 merupakan hari pertama awal Ramadhan 1436 H. Itu artinya pada hari itu umat Islam akan mengawali hari pertama berpuasa dan Rabu malamnya sudah menjalankan sholat taraweh. Beberapa tahun terakhir umat Islam terbelah dua dalam memulai ibadah puasa, karena ada yang menentukan awal Ramadhan dengan cara melihat bulan, dan yang lain dengan melakukan hisab sehingga muncul perbedaan awal Ramadhan.

Memasuki Ramadhan 1436 H, marilah kita luruskan niat untuk memanfaatkan momentum baik ini untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah, baik wajib maupun sunah, dengan penuh khusuk semata memohon ridhoNya. Selain itu, Ramadhan kita gunakan sebagai media untuk menyucikan jiwa. Mengapa jiwa perlu disucikan? Sebab, menurut Ghozali jiwa merupakan  tempat atau arena pergolakan dua kutub, yakni ajakan berbuat baik lewat malaikat dan ajakan berbuat jahat lewat bisikan setan. Jika seseorang berhasil mengalahkan bisikan setan berarti dia akan melakukan kebajikan. Sebaliknya, semua kejahatan yang kita lakukan merupakan produk bisikan setan. Sebab, setan sesuai sifatnya selalu mengajak manusia untuk berbuat kejahatan dengan berbagai caranya.

Allah menghadirkan bulan Ramadhan bukan untuk semua orang, tetapi untuk orang-orang tertentu, yakni orang-orang beriman. Mengapa Ramadhan hanya untuk orang-orang beriman? Sebab, di dalam bulan Ramadhan orang harus berpuasa, dan puasa bukan pekerjaan ringan. Karena itu, hanya orang-orang yang telah beriman saja yang sanggup berpuasa, sebagaimana tersirat dalam firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2]: 183)

Dari ayat ini kita melihat adanya kaitan antara puasa dengan keimanan seseorang. Allah SWT memerintahkan puasa kepada orang-orang yang memiliki iman agar mereka menjadi takwa.  Dengan demikian Allah SWT pun hanya menerima puasa dari orang-orang yang dalam jiwanya ada iman. Dengan berpuasa berarti pula seseorang sanggup dibimbing oleh Allah. Karena itu, banyak janji Allah baik yang  lewat firman-Nya langsung di dalam al Qur’an maupun yang melalui hadits Nabi atas pahala bagi orang yang menjalankan ibadah puasa semata karena imannya kepada Allah  dan memohon pahala atas puasanya itu, yakni dihapuskannya dosa-dosa di masa lalu dan dosanya yang akan datang. Siapa yang tidak bahagia jika dosanya telah diampuni oleh Allah. Atau, adakah berita yang lebih menggembirakan dibanding dengan berita tatkala dosa kita diampuni oleh Allah?

Keistimewaan lain bulan Ramadhan ialah Allah menurunkan sebuah malam yang disebut ‘lailatul qodar’ yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan, kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Karena itu, jika kita sedang berpuasa dan sedang mengerjakan amal sholeh tepat di malam istimewa itu sama dengan ibadah selama 83 tahun 4 bulan. Begitu juga sebaliknya jika ada orang yang berbuat kejahatan di malam itu berarti pula dia membuat kejahatan selama 83 tahun 4 bulan. Karena itu sangat merugi jika orang tidak memahami makna yang dikandung oleh bulan Ramadhan dan menganggap Ramadhan layaknya bagaikan bulan-bulan lain.

Puasa Ramadhan adalah ibadah tahunan. Hanya setahun sekali Allah menurunkan waktu untuk beribadah secara khusus ini. Jika ibadah sholat merupakan momentum penyucian diri tingkat harian, dan ibadah sholat Jum’at tingkat mingguan, maka puasa Ramadhan merupakan momentum penyucian diri pada tingkat tahunan. Selama satu tahun tentu banyak perbuatan dosa yang dilakukan manusia. Karena itu, lewat ibadah puasa Ramadan dosa-dosa itu dihapus sehingga tatkala Allah memanggilnya manusia menghadap dengan keadaan suci. Bagi orang yang menghadap dengan keadaan tidak berdosa atau suci, Allah abadikan dengan panggilan khusus sebagaimana di dalam Al Qur’an pada surat Al Fajr empat ayat terakhir, yang artinya:

”hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”.

 

Karena begitu besar kandungan yang dimiliki bulan Ramadhan, wajar jika bulan Ramadhan disambut dengan penuh suka cita oleh umat Islam seluruh dunia. Berbagai kesibukan untuk menyiapkan hidangan makanan sahur dan berbuka puasa turut serta mewarnainya. Tak ketinggalan mereka saling mengirimkan ucapan untuk menyambut Ramadhan, baik dengan berbagai tulisan di spanduk, jejaring sosial, dan sebagainya. Di tempat-tempat umum pun juga banyak terpampang tulisan yang isinya menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tempat-tempat ibadah seperti masjid dan mushola pun menghias diri. Semua itu dilakukan untuk sebagai tanda suka cita menyambut bulan suci tersebut.

Marilah kita memasuki puasa bulan Ramadhan 1436 H dengan rasa syukur karena Allah telah mengabulkan doa kita di akhir Ramadhan tahun lalu di mana setiap kita berdoa untuk bisa bertemu kembali Ramadhan yang akan datang. Ternyata kita dipertemukan kembali bulan penuh rahmat itu, sehingga kita wajib bersyukur. Bentuk syukurnya ialah, selian berpuasa,  mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai amalan sholeh seperti sholat taraweh, tadarus al Qur’an, bersedekah, memberi makan orang yang berpuasa, menyantuni anak yatim, orang-orang miskin dan lain sebagainya. Marilah kita manfaatkan bulan istimewa ini secara khusus untuk mendekatkan diri kita kepada Allah setelah 11 bulan sebelumnya kita sibuk dengan berbagai urusan duniawi. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk beribadah di bulan Ramadhan ini dengan khusuk hingga akhir Ramadhan. Amin3x ya mujibassailin.

____________

Malang, 14 Juni 2015

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up