Setiap bulan Ramadhan tiba sejak beberapa tahun terakhir di Indonesia ada fenomena sosial menarik yang patut kita perhatikan, yakni acara buka bersama di kalangan kaum muslimin. Acaranya ada yang digelar di rumah keluarga, di rumah-rumah makan, atau di kantor. Sebagaimana umat muslim lainnya, saya juga sering menerima undangan untuk menghadiri acara buka bersama, walaupun saya tidak selalu bisa hadir karena ada kegiatan pada saat yang sama. Tentu saja ada yang merasa kecewa karena saya tidak dapat memenuhi undangan mereka. Sebaliknya ada yang terkejut dengan kedatangan saya, karena semula menyangka saya tidak mungkin bisa datang karena kesibukan saya akhir-akhir ini yang lumayan padat. Kepada yang tidak bisa saya hadiri saya selalu minta maaf dan menyampaikan alasan ketidakhadiran saya.
Dibanding tahun lalu, undangan buka bersama yang saya terima tahun ini (1436 H) relatif lebih banyak. Mungkin karena teman saya juga semakin bertambah dari berbagai kalangan, mulai dari kolega dosen, pejabat negara, pengusaha, ustad, politisi, hingga rakyat biasa. Tentu saja semua undangan itu saya maknai sebagai bentuk penghormatan dan keinginan kuat untuk merajut tali silaturrahim agar semakin kokoh yang memang sangat dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, walaupun capek saya berusaha untuk bisa menghadiri undangan yang saya terima jika memang memungkinkan.
Di minggu kedua bulan Ramadhan ini saya memperoleh undangan acara buka bersama dari Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia di Jakarta. Acaranya digelar di Wisma Duta Besar Saudi di Jakarta. Sebagai wujud tali silaturrahim yang kuat antara Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang di mana saya mengabdi dengan Kedutaan Besar Saudi Arabia, undangan itu saya penuhi. Saya hadir bersama Kepala Pusat Kerjasama Internasional, Dr. H. Bakhruddin Fannani, yang selama ini memang memiliki kedekatan secara khusus dengan para staf di Kantor Kedubes Saudi tersebut. Oleh karena itu, berbagai hubungan dengan Kerajaan Saudi menjadi sangat lancar.
Memenuhi undangan Kedubes Saudi tersebut, kami berdua datang lebih awal dibanding tamu-tamu yang lain. Karena itu, sambil menunggu tamu yang datang kami lebih dulu diterima dan ngobrol dengan Duta Besar Saudi di Jakarta. Duta Besar Saudi yang ramah itu meminta kami berdua masuk ruang tamu yang luas dan mempersilakan kami duduk di sampingnya. Beberapa saat kemudian, tamu mulai berdatangan, mulai dari para menteri, mantan menteri, para gubernur, bupati, walikota, diplomat, ulama, akademisi, dan sebagainya.
Hingga jumlah tamu lengkap dan menjelang saat buka tiba, saya menoleh ke kanan dan kiri sambil mencari tamu sesama Rektor. Ternyata saya hanya menemukan seorang rektor, yakni Rektor Universitas Andalas Padang. Jadi hanya kami berdua yang hadir selaku Rektor. Saya tidak tahu apa dari kalangan perguruan tinggi hanya kami berdua yang diundang, atau ada yang lain, tetapi mereka tidak bisa hadir. Sambil menunggu saat buka tiba, para tamu ngobrol santai sambil berfoto ria.
Pertemuan itu pun menjadi ajang silaturrahim yang sangat efektif. Di antara mereka ada yang bertemu teman lama, tetapi ada pula yang baru berkenalan. Secara kebetulan saya duduk bersebelahan dengan Gubernur Aceh dan Gubernur Sumatera Selatan. Karena itu, momen itu saya manfaatkan pula untuk saling berkenalan sambil bertukar nomor Hp. Saya berpikir siapa tahu di kemudian hari kami saling memerlukan.
Begitu adzan maghrib berkumandang sebagai tanda waktu buka tiba, semua hadirin sudah siap menyantap makanan ringan dan minum untuk membatalkan puasa yang memang sudah disiapkan petugas Kedubes. Setelah itu, kami semua menjalankan sholat maghrib berjamaah yang diimami salah seorang staf Kedubes. Usai sholat, kami semua dipersilakan makan sesuka yang kita mau. Karena yang punya hajat adalah Duta Besar Arab Saudi, maka bisa dipastikan menu makannya adalah makanan khas Arab lengkap dengan kambing panggang, nasi kebuli, dan macam-macam makanan khas Arab lainnya. Bagi penggemar makanan Arab, sore itu merupakan pesta makan besar yang istimewa. Suasana pun seperti tidak di Indonesia, karena banyak juga tamu dari kedutaan-kedutaan negara-negara Timur Tengah.
Usai makan, tamu satu per satu mulai pulang. Kami pun segera meninggalkan Wisma Dubes Saudi tersebut menuju hotel tempat kami menginap dan siap-siap menjalankan sholat taraweh di masjid tidak jauh dari tempat saya menginap. Ketika tamu mulai bersiap-siap pulang sang Dubes didampingi beberapa staf, berdiri di depan pintu Wisma untuk menghormati kepulangan para tamu. Dalam batin saya merenung betapa mulianya akhlak sang Dubes itu. Ketika para tamu mulai datang, dia menyambutnya dengan ramah sambil berdiri di pintu masuk. Begitu pula ketika para tamu mulai pulang, dia berdiri di pintu menuju keluar untuk berjabat tangan kepada setiap tamu yang pulang sambil mengucapkan kata “syukron” dan “thank you”.
Saya segera sadar memang Rasulullah selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menghormati tamu yang datang (apapun orangnya), dan menganggap kedatangan tamu adalah rahmat. Karena itu, setiap tamu wajib dihormati. Sebab, seseorang datang ke orang lain sebagai tamu telah berkorban banyak hal, setidaknya waktu. Apalagi jika yang datang dari jauh, pasti mengeluarkan biaya perjalanan. Wal hasil acara buka buka bersama dengan Dubes Saudi itu berjalan lancar dan semua tampak menikmati hidangan yang disajikan.
Beberapa hari kemudian, saya juga memperoleh undangan buka bersama dari seorang pengusaha yang kaya raya. Secara kebetulan saya punya waktu longgar, undangan itu saya penuhi. Pengusaha kaya yang kebetulan berasal dari kota yang sama dengan saya sempat terkejut atas kedatangan saya. Bukan karena apa, tetapi karena undangan ke saya hanya lewat pesan seorang teman. Sebenarnya saya belum begitu kenal dengan pengusaha kaya tersebut. Kami memang pernah bertemu di sebuah forum dan memang sempat berkenalan. Tetapi saya tahu ada seorang pengusaha muda dan kaya raya yang berasal dari kota yang sama dengan saya. Pertemuan itu membuat kami semakin akrab dan berjanji untuk bisa bertemu lagi setelah idul fitri untuk terus menyambung tali silaturrahim.
Tak terasa hingga menjelang Ramadhan 1436 H berakhir, saya sudah hadir di acara buka bersama sebanyak enam kali. Semua itu saya maknai sebagai upaya kaum muslimin yang berkecukupan untuk menghidupkan bulan ramadhan dengan beramal shaleh, yakni dengan memberi makan kepada orang-orang yang berpuasa yang dalam sebuah hadisnya Nabi mengatakan orang yang memberi makan orang yang berpuasa akan memperoleh pahala sebagaimana orang yang berpuasa.
Selain itu, buka bersama juga dapat dimaknai sebagai media membangun silaturrahim yang kokoh tidak saja dengan sesama muslimin, tetapi juga umat lain. Sebab, orang-orang di luar islam juga sering diundang di acara buka bersama sebagai wujud membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia. Ramadhan pun menjadi momen sangat indah, karena setelah kaum muslimin membangun komunikasi dengan Tuhannya lewat puasa, di sisi yang lain juga tidak lupa membangun komunikasi dengan sesama manusia.
Ramadhan 1436 memang akan segera meninggalkan kita semua, dan saya tidak tahu apakah masih dapat bertemu kembali Ramadhan yang akan datang. Namun demikian, bagi saya Ramadhan 1436 H terasa sangat istimewa. Sebab, selain saya mengawali hari pertama puasa Ramadhan di Sudan dan melanjutkan puasa hari kedua hingga ke empat di Saudi, saya bisa menghadiri undangan buka bersama beberapa kali sebagai wujud komitmen untuk membangun tali silaturrahim dengan sesama manusia, baik dengan mereka yang berpuasa maupun yang tidak. Sebagai agama rahmatan lil alamiin, Islam memang mengajarkan kepada pemeluknya untuk senantiasa berbuat baik tidak saja dengan sesama manusia, tetapi juga dengan semua makhluk ciptaan Tuhan!
______________
Malang, 13 Juli 2015.