Ayo Menulis
Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si Senin, 17 Agustus 2015 . in Rektor . 2246 views

“Everybody can write, and writing is healthful”, begitu ungkapan seorang pakar psikologi di sebuah seminar tentang tulis menulis, yang artinya “Setiap orang bisa menulis, dan menulis itu menyehatkan”. Ungkapan tersebut tentu saja semakin memberi semangat kepada peserta seminar ketika itu yang rata-rata gemar menulis. Menulis merupakan aktivitas mental yang sangat baik dan memberi banyak manfaat. Bagi yang bersangkutan, menulis bisa menumpahkan pikiran, ide, gagasan bahkan uneg-uneg sehingga pikiran menjadi bebas dari beban. Bagi pembaca, tulisan akan menambah pengetahuan. ”The more we read (anything), the more knowledge we will get”, yang artinya semakin kita banyak membaca (apa saja), semakin banyak pengetahuan pula yang akan kita peroleh.

 

Dari tulisan, seseorang akan diketahui buah pikiran, ide, dan gagasannya. Tidak hanya itu, dari tulisan pula seseorang akan diketahui logika berpikirnya. Oleh karena itu, betapa pentingnya menulis bagi kehidupan manusia. Sayangnya, aktivitas tulis menulis di lingkungan masyarakat kita sangat rendah. Bahkan di kampus sekalipun yang merupakan tempat  berkumpulnya para cerdik cendekia, budaya tulis menulis sangat rendah. Hal itu bisa dilihat dari berapa banyaknya buku, artikel  atau karya tulis lainnya di kalangan warga kampus. Menulis dipandang sebagai kegiatan sangat berat. Saya tidak tahu; berat atau malas. Umumnya para dosen menulis masih merupakan bagian dari tugasnya untuk memperoleh angka kredit untuk kenaikan pangkat. Sedikit sekali orang yang mau menulis sebagai hobi.

Sebaliknya, masyarakat kita sangat kuat budaya lisannya. Buktinya, orang bisa ngobrol ke sana ke mari berjam-jam tanpa merasa lelah. Masih banyak yang belum sadar bahwa menulis itu tidak saja bermanfaat untuk menyampaikan gagasan dan menyebarkan informasi kepada orang lain, tetapi juga menyehatkan. Pertanyaannya apa hubungan antara menulis dan kesehatan? Sekilas keduanya tidak ada tali temali atau hubungan. Padahal, tidak sedikit pakar yang menyatakan betapa kuatnya relasi antara menulis dan kesehatan.

Tentu saja kesehatan yang dimaksudkan itu tidak semata kesehatan fisik, tetapi juga psikis. Dengan menulis, seseorang akan jernih pikirannya, mampu memecahkan masalah, dan meningkatkan aktivitas sel-sel otak. Dengan menulis, sel otak tidak akan mati, sehingga terhindar dari kepikunan. Perhatikan saja orang-orang lanjut usia yang aktif menulis jarang sekali yang pikun. Bisa saja secara fisik seseorang lemah karena lanjut usia, tetapi pikiran masih jernih.

Sekadar contoh adalah salah seorang ilmuwan muslim kenamaan berkebangsaan Syria bernama Wahbah al-Zuhaili  yang baru saja wafat. Ilmuwan tingkat dunia ini wafat di usia 83 tahun dengan ratusan karya ilmiah yang telah dihasilkan.  Di usia senja itu, buah pikirannya menjadi rujukan akademisi dari berbagai belahan dunia, khususnya di bidang  hukum Islam. Wahbah Zuhaili tidak pernah berhenti menulis hingga akhir hayatnya. Karyanya telah diterjemahkan ke dalam beberapa  bahasa. Tentu saja selain Wahbah al-Zuhaili masih banyak orang lanjut usia yang gemar menulis dan tidak mengalami kepikunan. (Saya menggunakan contoh Wahbah Zuahili karena kebetulan ketika saya sedang menulis artikel ini terdengar kabar bahwa intelektual muslim kenamaan

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up