Setelah kawannya meninggal akibat gigitan nyamuk malaria di tengah hutan tempat dia bekerja, karena takut akan bernasib seperti temannya itu Rudi pun akhirnya meninggalkan pekerjaan penggergajian kayu itu. Majikannya mafhum ketika dia pamit untuk mencari pekerjaan lain. Tetapi di luar dugaannya, ketika berpamitan ke majikannya Rudi menerima upah sampai Rp. 7 juta setelah enam bulan bekerja. Bagi Rudi, uang itu sangat banyak dan semua uang itu dia kirimkan ke ibunya di kampung halamannya. Ibunya juga sangat terkejut karena baru sekitar 6 bulan bekerja kok sudah bisa mengirim uang sebanyak itu. Untuk menghibur hati ibunya, Rudi bercerita bahwa sekarang sudah mendapat pekerjaan yang enak dengan gaji sangat tinggi. Padahal, sejatinya Rudi juga bingung setelah keluar dari pekerjaan penggergajian kayu di tengah hutan itu dia akan bekerja di mana.
Dalam pencarian pekerjaan, tiba-tiba ada orang menawarinya untuk bergabung dengan membantu jualan makanan nasi lalap dengan tugas utama mencuci piring yang baru dipakai pembeli. Rudi pun setuju atas tawaran itu, karena memang sedang mencari pekerjaan. Dalam benaknya pekerjaan apapun dia lakukan yang penting halal dan memberinya penghasilan. Hari-hari demi hari dia lalui dengan bekerja di warung nasi sebagai pencuci piring. Dia diberi giliran waktu bekerja di malam hari, sehingga di siang harinya dia bisa istirahat.
Rudi adalah jenis orang berkemauan keras. Dia minta siang pun tetap bekerja. Tentu saja sang majikan senang sekali melihat kemauan keras Rudi. Karena itu, siang dan malam Rudi berada di warung. Ternyata kesempatan itu dia pakai untuk melihat bagaimana cara membuat nasi lalapan, terutama bagaimana membuat sambal yang bisa menarik pembeli. Maklum warung nasi tempat Rudi bekerja itu sangat laris, bahkan katanya terlaris di antara warung-warung sejenis di sekitar pasar utama kota Samarinda. Karena warung itu laris, di mata Rudi pemiliknya cukup kaya. Diam-diam Rudi bercita-cita kelak bisa membuka warung makan sendiri, sehingga bisa hidup makmur seperti majikannya.
Sambil melayani pembeli, sesekali Rudi juga membuat sambal lalapan. Ketika bertanya pembeli bagaimana rasa sambal buatannya, semua pembeli mengatakan enak. Rudi pun semakin yakin suatu saat bisa berjualan nasi lalapan seperti itu, dan yakin bisa laris karena sudah memegang rahasia utamanya, yakni bisa membuat sambal lalapan yang menarik pembeli.
Merasa memiliki kemampuan memasak sendiri, Rudi menyampaikan keinginannya kepada majikannya bahwa dia ingin membuka warung sendiri. Semula Rudi takut dan merasa tidak enak. Di luar dugaan, sang majikan mengijinkan Rudi membuka warung makan lalapan sendiri dan justru mendukungnya. Betapa gembiranya hati Rudi memperoleh dukungan seperti itu.
Berbekal pengalaman dan dukungan dari majikannya itu, Rudi mulai siap-siap membuka warung sendiri. Hari demi hari pembeli ke warungnya semakin banyak. Rudi semakin optimis bahwa usahanya akan berhasil. Dalam waktu sangat singkat Rudi menjadi orang kaya, karena warungnya laris luar biasa, bahkan bisa menyamai warung tempatnya bekerja dulu.
Di sini hidup Rudi mulai berubah. Temannya jadi banyak. Dari bermacam-macam teman itu, Rudi mulai kenal dengan barang-barang terlarang, seperti sabu-sabu, bahkan bermain judi. Dalam kondisi seperti itu, Rudi mengajak beberapa teman untuk membantu pekerjaan di warungnya. Karena sering teler, masakannya tidak lagi terkontrol dengan baik. Para pelanggannya pun mulai surut. Di tengah-tengah surutnya pelanggan, teman-teman yang diajak bekerja itu menguras habis uang Rudi dan membawanya lari. Rudi pun bangkrut total dan menjadi miskin lagi seperti di awal-awal masa perantauan dulu. Satu-satunya harta yang tersisa hanyalah sebuah gerobak dorong tempat jualan nasi lalapan. Itupun akhirnya dijual untuk menyambung hidup.
Di tengah kebingungannya, Rudi tanpa merasa malu menyampaikan apa yang terjadi ke mantan majikannya yang dianggap seperti orangtuanya sendiri. Bisa diduga apa yang terjadi. Rudi dimarahi habis-habisan karena ketololannya itu. Untuk sementara Rudi ditampung lagi di warung tempat dia dulu bekerja itu. Karena itu, dia merasa sangat bersyukur masih ada yang mau menampungnya lagi. Majikannya yang sholeh itu memintanya untuk banyak istighfar dan rajin sholat. Rudi mulai menyadari semua perbuatannya.
Ketika suasana batin sudah mulai tertata lagi, Rudi untuk yang kedua kali membuka usaha makan lalapan tidak jauh dari tempatnya jualan dulu. Praktis Rudi mengawali babak kehidupan baru lagi. Secara pelan tetapi pasti, usahanya dia rawat dengan baik, dan sudah meninggalkan jauh dari kehidupan mabuk-mabukan seperti dulu. Warungnya sudah mulai menampakkan hasil. Rudi mulai banyak bersyukur karena Allah masih memberinya jalan untuk berusaha lagi. Di mata Rudi, Allah benar-benar Maha Pemurah dan Penyayang. Dia yang sudah hidup rusak dengan bermabuk-mabuk dan tidak pernah sholat pun masih diberi rezeki.
Setiap uang yang terima dari pembeli dia syukuri dengan baik. Di malam hari Rudi banyak taffakur tentang perjalanan hidupnya sambil mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Rupanya Rudi sangat disayang Allah. Dalam waktu singkat pula usaha warung yang kedua ini juga sukses. Sanak saudaranya yang miskin dia ambil untuk diajak bekerja di warungnya. Tidak hanya itu, dia juga membuatkan warung tersendiri untuk mertuanya.
Wal hasil Rudi kini menjadi orang kaya, karena penghasilan minimum dari uasaha jualan nasi lalapan mencapai Rp. 1 juta rupiah per hari. karena secara finansial sudah berkecukupan, setiap enam bulan sekali dia berumrah ke Tanah Suci. Ibunya pun sudah beberapa kali diajak berumrah. Kini Rudi tidak saja membuka usaha warung nasi lalapan, tetapi juga usaha rental mobil. Beberapa mobil kijang terbaru sudah dia miliki. Mobil kijang Innova gres yang saya naiki dari Samarinda menuju Balikpapan ternyata mobil milik Rudi yang baru saja dia beli.
Perjalanan hidup Rudi bagaikan dongeng. Jatuh bangun seakan menemaninya. Tetapi Rudi memang pribadi ulet luar biasa. Dia sedih ketika uang Rp. 20 juta hasil jualan sapinya dibawa lari orang. Namun dia tidak meratapinya terus-terusan. Dia sakit karena ditipu orang. Tetapi dari rasa sakit itu dia bangkit. Dia sudah pernah berhasil menjadi orang kaya. Tetapi tidak bersyukur, sehingga dicampakkan menjadi bangkrut dan jatuh miskin.
Kini Rudi menjadi sosok yang alim dan pandai mensyukuri setiap nikmat Allah yang ia terima. Karena rasa syukur itu, Allah memberinya rezeki dengan berlimpah. Kisah kehidupan Rudi bisa menjadi pelajaran bagi siapa saja untuk tidak putus asa dalam mengarungi kehidupan dan senantiasa pandai bersyukur atas setiap karunia dan nikmat yang diberikan Allah!.
__________
Malang, 6 September 2015