Dahulu, sebelum sepeda motor dan mobil menjadi sebanyak seperti sekarang ini, orang bepergian naik andong atau dokar. Ke pasar misalnya, bagi orang yang tidak memiliki sepeda othel, mereka naik dokar. Sewanya tidak mahal. Banyak orang sehari-hari bekerja sebagai sopir dokar. Hanya saja, kemampuan dokar itu terbatas, hanya bisa dijalankan di daerah yang landai. Sedangkan di daerah pegunungan, dokar tidak mampu berorerasi. Sehingga, orang bepergian harus berjalan kaki, atau bagi yang mampu memelihara kuda, untuk dinaiki sendiri ke mana-mana.
Petani juga mempekerjakan ternak, misalnya sapi dan kerbau. Untuk mengolah lahan pertanian, para petani menggunakan kerbau atau sapi untuk menarik bajak. Sudah umum, bagi petani yang memiliki kebun dan sawah luas, mereka memelihara sapi atau kerbau. Ternak itu bukan saja digunakan sebagai investasi untuk dijual ketika mereka memerlukan uang banyak, yang lebih penting adalah digunakan untuk mengolah lahan pertaniannya. Dengan menggunakan tenaga sapi atau kerbau, petani mampu mengolah sawah atau kebun hingga beberapa hektar dalam waktu singkat.
Sekarang ini, oleh karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa jenis ternak itu sudah kehilangan relevansinya bagi kehidupan petani dan atau masyarakat pedesaan. Setelah meluasnya penggunaan sepeda motor dan mobil, maka dokar atau andong sudah tidak kelihatan beroperasi lagi. Orang sudah tidak mau lagi naik kendaraan tradisional itu. Mereka lebih suka menggunakan sepeda motor, sebagai kendaraan tergolong praktis, murah, dan cepat. Sebenarnya tidak saja kuda yang kehilangan perannya, melainkan juga para penarik becak. Dulu, di kota-kota, orang bepergian dalam jarak dekat menggunakan jasa penarik becak, tetapi pada saat sekarang ini di banyak kota, kendaraan berorda tiga itu sudah tidak ada lagi.
Begitu pula para petani, untuk mengolah sawah dan kebunnya, setelah ada traktor yakni mesin pengolah lahan pertanian, juga sudah tidak lagi menggunakan jasa kerbau dan sapi untuk membajak. Para petani lebih memilih traktor dari pada memelihara sapi dan kerbau untuk membajak. Pilihan itu lebih praktis atas pertimbangan, sehari-hari tidak harus menyediakan rumput yang untuk mendapatkannya semakin hari juga semakin sulit. Sebagai akibat lahan pertanian lebih diintensifkan, mencari rumput dirasakan semakin sulit dan jika membeli harganya juga mahal. Untuk mengolah lahan, para petani lebih merasa enak menggunakan traktor. Biayanya lebih murah, hanya beberapa liter bahan bakar mampu mengolah lahan hingga beberapa hektar.
Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tmaka ernyata hewan ternak kehilangan relevansinya. Perannya digantikan oleh mesin. Akhirnya orang memelihara ternak bukan lagi dimanfaatkan tenaganya, tetapi untuk investasi, atau dijual ketika membutuhkan uang dalam jumlah banyak. Sementara itu, bagi orang-orang tertentu digunakan untuk menyalurkan hobynya. Misalnya, orang yang kelewat kaya, mereka memelihara kuda, sapi, atau kerbau. Ternak dimaksud bukan diambil daging atau tenaganya, tetapi untuk dinikmati nilai keindahannya. Namun ternak yang dipelihara dengan maskud seperti itu, pasti bukan sembarang kuda, kerbau atau sapi, melainkan jenis ternak yang benar-benar merupakan pilihan. Kuda yang dipilih pasti yang berkualitas, yaitu berukuran besar, gagah, dan menyandang keistimewaan lainnya. Tentu harganya juga mahal. Tidak mungkin sembarang kuda dipelihara seperti itu.
Namun jika kita mau memperhatikan kehidupan ini secara saksama dan lebih mendalam, sebenarnya akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dimaksud bukan saja terhadap ternak, melainkan juga diderita oleh banyak orang yang tidak mampu beradaptasi atau menyesuaikan dengan kemajuan zaman yang sedemikian cepat itu. Dahulu banyak orang sehari-hari bekerja mencari kayu bakar atau dedaunan dan kemudian menjualnya untuk mendapatkan uang untuk menyambung hdupnya. Sekarang ini sudah tidak ada lagi orang menggunakan kayu bakar dan daun untuk membungkus makanan. Kayu bakar sudah digantikan minyak, sementara daun pembungkus barang sudah digantikan oleh plastik.
SElain itu, dahulu para ibu di pedesaan bekerja sebagai buruh, bekerja di sawah, kebun, dan atau menumbuk padi. Lagi-lagi, peran itu sekarang sudah digantikan oleh mesin. Orang yang kehilangan relevansi itu tidak saja bagi mereka yang berada di pedesaan, tetapi juga yang di perkotaan. Para penjual dan reparasi mesin ketik, mesin foto copy, tukang foto keliling, dan lain-lain, juga menghadapi kenyataan serupa, mereka juga kehilangan perannya. Mereka harus berhenti bekerja di bidang yang sudah sekian lama digeluti, dan harus mencari lapangan pekerjaan lain yang relevan. Oleh karena itu dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebenarnya bukan saja ternak yang kehilangan perannya, tetapi juga bagi orang-orang yang tidak terjamah oleh pendidikan secara memadai atau berpendidikan tetapi tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah cepat ini.
Akhirnya, hidup di zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat seperti sekarang ini, maka tidak pilihan lain, siapapun harus selalu belajar untuk menyesuaikan diri atau mengikuti laju perubahan yang semakin cepat ini. Terlambat sedikit saja akan ditinggalkan oleh zaman. Bagi mereka yang tertinggal akan mengalami keterasingan. Banyak orang sudah menggunakan internet misalnya, orang yang gagap teknologi masih menulis surat dan mengirimkannya lewat pos, padahal kantor pos sudah tidak seperti dulu lagi, misalnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, mengharuskan kepada siapa saja untuk mengimbangi dengan kemampuan berpikir dan bekerja cepat. Siapa saja yang tidak mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri, maka nasipnya akan tidak jauh beda dengan ternak, yakni akan kehilangan relevansi, sebagaimana digambarkan di muka. Wallahu a'lam