Mengenal "Aku" Pada Diri Seseorang
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Kamis, 24 November 2016 . in Dosen . 41993 views

Manusia selalu dipahami, terdiri atas dua unsur, yaitu unsur jasmani dan ruhani. Keberadaan keduanya sama-sama penting dan menentukan. Manusia tanpa jsamani tidak akan kelihatan dan tidak akan disebut manusia. Demikian pula sebaliknya, tanpa ruhani, manusia juga tidak akan sempurna atau bahkan tidak akan hidup. Dari kedua unsur tersebut jika ingin diketahui, mana yang menjadi kekuatan penggeraknya, maka orang akan mengatakan adalah unsur ruhaninya.

Unsur yang menjadi kekuatan pada diri manusia berada di dalam hatinya, yaitu ruh atau dalam bahasa sehari-hari disebutnya 'aku'. Itulah sebabnya, ketika seseorang ditanya tentang siapa pemilik anggota tubuhnya, misal matanya, telinganya, mulutnya, kakinya, tangannya, dan bahkan semua anggota badannya, maka akan segera dijawab, milikku. Maka, adalah 'aku' sebagai pemilik semuanya itu.

Apa yang disebut sebagai ruh atau 'aku" dimaksud ketika masih berada di dalam tubuh manusia, maka yang bersangkutan akan hidup. Ruh itulah yang sebenarnya menjadi kekuatan penggerak terhadap semua potensi dan anggota tubuh manusia. Dengan adanya ruh maka, telinga akan bisa digunakan untuk mendengarkan, mata dapat digunakan untuk melihat, dan demikian pula otak dapat digunakan untuk berpikir, dan seterusnya.

Akan tetapi manakala ruh tersebut sedang meninggalkan jasadnya, maka semua anggota tubuh tidak dapat berfungsi lagi. Semisal, ketika seseorang sedang tidur, artinya ruhnya sementara sedang meninggalkan jasadnya, maka mata yang dimilikinya tidak bisa digunakan untuk melihat, telinganya tidak dapat digunakan untuk mendengarkan, otaknya tidak dapat digunakan untuk berpikir, dan bahkan semua anggota tubuhnya tidak akan bergerak dan juga tidak berfungsi.

Lebih jauh lagi, ketika ruh atau 'aku' seseorang sudah meninggalkan jasadnya untuk selama-lamanya, maka secara fisik kehidupannya sudah berakhir. Jasadnya yang bersangkutan harus segera dikuburkan. Apa saja yang ada pada badan orang dimaksud sudah tidak akan berfungsi lagi, disebabkan ruhnya sudah meninggalkannya. Mungkin, dalam dunia teknologi modern sekarang ini, manusia itu dapat diumpakan sebagai komputer, yaitu selalu terdiri atas hardware dan software. Ketika sebuah komputer tidak tersedia softwarenya maka tidak akan memiliki arti apa-apa.

Ruh atau sebagaimana disebut software adalah memiliki jangkauan yang lebih luas. Keberadaannya tidak kelihatan, namun selalu menjadi penentu. Dalam diri manusia, software itu disebut 'aku' yang selain menjadi kekuatan atau energi juga berperan sebagai penentu arah kehidupannya. Apa yang disebut sebagai 'aku" itulah sebenarnya menjadi kekuatan manusia. Manakala kekuatan itu telah pergi selama-lamanya, maka kehidupan di dunia yang bersangkutan telah berakhir.

Pada saat berakhirnya kehidupan itu, jasad akan segera dikembalikan kepada asalnya, yaitu ke tanah. Sementara itu, 'aku' atau ruh akan kembali kepada asalnya pula. Dalam perspektif agama, jasadnya tidak akan keliru ketika kembali, oleh karena diurus oleh orang lain. Namun yang menjadi persoalan adalah ruhnya. Ruh atau 'aku' tidak akan ada sesorang pun yang dapat menolong, kecuali dirinya sendiri. Orang-orang yang dalam hidupnya berusaha mengenal siapa Dzat Penciptanya, maka akan dapat kembali kepada-Nya.

Tuhan disebut sebagai Dzat Yang Maha Suci, Maha Adil, Maha Benar dan sifat-sifat mulia lainnya. Siapa saja yang bermaksud agar berhasil kembali pada-Nya, maka sudah barang tentu harus berusaha menyesuaikan dengan sifat-sifat mulia itu. Ruh atau 'aku' nya harus dirawat atau dijauhkan dari sifat dan atau perilaku yang tidak seharusnya dimiliki olehnya. Sebaliknya, harus selalu menyesuaikan sifat-sifatnya dengan sifat mulia dimaksud. Itulah 'aku' yang berhasil dalam menjalani hidupnya. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up