Ketiga bagian penting dari manusia, yaitu hati, akal, dan anggota badan, kiranya perlu dikaji secara mendalam agar diketahui, sebenarnya bagian mana yang menentukan perbuatan seseorang. Dalam kajian pendidikan dikenal ada aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Diharapkan semua aspek terrsebut berjalan berbarengan dan seimbang. Namun, sejak lama dikeluhkan, bahwa pendidikan baru berhasil mengembangkan aspek kognitif dan psikomor, dan masih diakui belum berhasil sepenuhnya dalam mengembangkan aspek afekltifnya.
Mengembangkan ketiga aspek tersebut ternyata bukan perkara mudah. Betapa banyak orang telah mengikuti kursus menulis, tetapi sudah sekian banyak kegiatan itu diikuti juga belum memiliki kebiasaan menulis dan bahkan tidak pernah menulis. Demikian pula, sudah berkali-kali kursus penelitian diikuti, tetapi setelah kursus selesai, masih tidak ingat lagi materi yang diterima dari kursus itu. Tidak beda juga di bidang ekonomi, banyak orang mengeluhkan tentang sedikitnya jumlah entrepreneur dan kemudian diselenggarakan kursus kewirausahaan, tetapi kegiatan dimaksud juga tidak selalu menghasilkan entrepreneur baru.
Sebaliknya, banyak orang menjadi penulis, peneliti, entrepreneeur, tetapi kemampuannya itu ternyata tidak melewati pelatihan terlebih dahulu. Ketika hati mereka terpanggil menjadi penulis, peneliti, dan bahkan bekerja sebagai wirausaha, kemudian berbekalkan pengetahuan dan pengalamannya, segera memulai melaksanakan panggilan jiwanya itu, ternyata berhasil. Mereka belajar sambil secara langsung bekerja, dan ternyata pengetahuan dan kemampuannya semakin lama semakin bertambah dan akhirnya menjadi sangat menguasai bidang yang ditekuninya itu.
Tidak sekedar kursus, banyak orang belajar melalui lembaga pendidikan formal hingga bertahun-tahun, tetapi mereka tidak selalu berhasil mengembangkan ilmu dan pengalaman yang dipelajarinya itu. Seorang yang sedemikian lama belajar di kampus tentang ilmu pertanian, tetapi ternyata tidak selalu semakin menyenangi dunia pertanian. Begitu pula, orang yang belajar peternakan, perikanan, teknologi dan lain-lain, tidak selalu berakhir menyenangi bidang ilmu yang telah lama dipelajarinya itu.
Mungkin saja orang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang luas dan mendalam tentang sesuatu bidang ilmu dapat dipastikan secara otomatis mencintai bidang yang dipelajarinya itu. Penguasaan ilmu ada pada bagian otak seseorang, sedangkan ketrampilamn berada pada anggota tubuh, sementara itu perasaan senang yang justru menjadi kekuatan pendorong atau melahirkan perilaku berada pada bagian hati seseorang. Kekuatan otak tidak selalu berhasil menggerakkan hati, dan apalagi sekedar kekuatan anggota tubuh.
Sebaliknya, hati sebagai sumber kekuatan yang ada pada diri seseorang akan mampu menggerakkan seluruh bagian tubuh manusia. Kemauan hati akan dilaksanakan oleh semua indera yang ada dan bahkan juga kekuatan otaknya. Bahkan, atas dorongan hati, apa saja akan dilaksanakan oleh akal dan anggota tubuh. Manakala anggota tubuh itu terlatih, maka perintah hati atas kemampuan akal atau nalarnya akan dilaksanakannya. Akan tetapi sebaliknya, sepintar apapun dan atau seterampil apapun, jika hati tidak memerintahkan maka semua kelebihan yang ada pada diri seseorang tidak ada gunanya.
Orang yang tidak mengenyam pendidikan dan atau tidak mengikuti kursus, tetapi mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya, adalah oleh karena memenuhi perintah kemauan yang bersumber dari hati yang bersangkutan. Suara hati tidak bisa dipaksa oleh kekuatan otak dan apalagi sekedar anggota tubuh. Namun sebaliknya, perintah hati atau dalam bahasa sederhana, sudah menjadi kemauan hatinya, maka seseorang akan melakukannya sekalipun misalnya harus menghadapi berbagai rintangan yang tidak ringan.
Sementara ini pendidikan tampaknya lebih mengedepankan pada upaya memperkuat kekuatan otak, nalar, dan ketrampilan, dan belum menyentuh ranah hati. Padahal justru hatilah yang seharusnya dihidupkan. Namun bagaimana menghidupkan hati, agar seseorang mau melaksanakan sesuatu, rupanya masih diperlukan kajian mendalam. Siapapun yang ingin menggerakkan hati seseorang, maka yang bersangkutan harus mengetahui seluk belum kehidupan hati. Di dalam al Qur'an hati atau ruh adalah urusan Tuhan, tetapi sekedar mengetahuinya, maka bagi siapapun kiranya tidak ada salahnya. Wallahu a'lam