Resiko Permusuhan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Selasa, 29 November 2016 . in Dosen . 7172 views

Semua orang mengetahui betapa besar resiko permusuhan, apalagi permusuhan yang dimaksudkan pada sakala besar dan luas. Baik pihak yang menang dan apalagi mereka yang kalah, pasti menanggung resiko. Permusuhan tidak pernah menguntungkan bagi siapapun, namun anehnya tidak mudah menghindarinya. Permusuhan tidak mengenal suku, bangsa, tingkat kemajuan politik, ekonomi, atau ilmu pengetahuan, tetapi dapat terjadi di kalangan manapun.

Permusuhan bisa terjadi oleh karena persoalan kecil dan sepele, tetapi juga berkait dengan harga diri bangsa, agama, ekonomi, politik, dan lain-lain. Permusuhan bisa jadi hanya melibatkan perseorangan, antar kelompok, tetapi juga antar negara. Siapapun mengetahui, permusuhan itu seharusnya tidak terjadi. Sebaliknya, persoalan apa saja seharusnya diselesaikan melalui dialog, saling bertemu, dan atau bermusyawarah.

Akhir-akhir ini gesekan antar kelompok yang berbeda kepentingan semakin terasa meningkat. Sehari-hari, terutama melalui media sosial, gejala permusuhan itu semakin jelas dan tentu tidak mudah diselesaikan. Kekecewaan, baik terhadap kebijakan pemerintah, penegak hukum, kelompok-kelompok tertentu, dan lain-lain semakin tidak terbendung lagi. Kenyataan yang demikian itu, tentu sangat membahayakan bagi kehidupan bersama, dan bahkan juga dalam berbangsa dan bernegara.

Berkat kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini, semestnya memberikan kesadaran betapa besar bahaya dan penderitaan yang harus ditanggung oleh banyak orang dari resiko berkonflik dan atau bermusuhan, sehingga semua pihak senantiasa berusaha mencegahnya. Akibat permusuhan di antara mereka hanya akan memperoleh sebutan menang dan atau kalah. Namun semua pihak akan menanggung resiko dan derita yang tidak berkesudahan.

Penderitaan akibat perang itu pernah saya saksikan sendiri ketika berkunjung ke Baghdad, Iraq, setelah negara itu usai perang. Berbagai jenis bangunan, mulai perkantoran, jembatan, lembaga pendidikan, sarana dan prasarana kehidupan masyarakat, dan bahkan bangunan masjid-masjid yang indahnya menjadi hancur oleh karena perang. Belum lagi rakyat menjadi amat menderita tanpa mengetahui kapan akan menjadi pulih kembali.

Oleh karena baru saja perang itu pula, semua orang dicurigai. Kemana-mana siapapun harus melalui pemeriksaan yang tidak sederhana. Pemeriksaan itu berulang-ulang hingga amat melelahkan. Sama sekali tidak merasakan enak berada di wilayah negara yang sedang berkonflik. Sudah barang tentu apa yang pernah saya alami di Baghdad tersebut, pasti kini di alami oleh siapapun ketika sedang berada di negara yang sedang konflik, misalnya di Yaman, Suriah, Libya, dan lain-lain.

Sekedar mendengarkan berita dan melihat gambar-gambar para pengungsi akibat perang itu, sudah ikut merasa menderita. Bangsa Indonesia sendiri memiliki pelajaran berharga, betapa penderitaan yang dirasakan sebagai akibat konflik dan bahkan perang. Oleh karena itu menjaga kebersamaan, persatuan, saling menghormati, dan juga bertoleransi, adalah merupakan hal yang seharusnya diupayakan oleh semua pihak.

Semua orang pasti menghendaki hidup damai, tenteram, rukun, dan sejahtera. Keindahan hidup yang demikian itu tentu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan dari semua pihak. Konfik dan atau permusuhan selalu tumbuh dari rasa ketidak-adilan, ketidak-jujuran, sikap tamak, merasa saling terganggu, angkuh sombong, dan sejenisnya. Manakala hal-hal yang menyebabkan orang lain terganggu dimaksud berhasil dihilangkan oleh semua pihak, maka konflik yang sedemikian besar resikonya itu dapat dicegah dan atau diatasi. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up