Semangat Berwira-usaha Di Kalangan Santri
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Sabtu, 3 Desember 2016 . in Dosen . 1282 views

Selama ini saya belum mengetahui kekuatan apa yang sebenarnya menggerakkan semangat di kalangan para santri untuk berwira-usaha. Akan tetapi gejala itu tampak semakin kuat dan meluas. TIdak sedikit santri pondok pesantren memulai sadar bahwa mengembangkan ekonomi itu penting tanpa harus meninggalkan habitatnya, yaitu mendalami kitab kuning.

Lebih mengejutkan lagi, mereka juga telah mengtahui bahwa berusaha di bidang ekonomi di alam kemajuan yang semakin maju seperti sekarang juga harus berbeda dari ketika zaman masih belum berubah. Mereka telah berpandangan bahwa di zaman modern seperi sekarang ini, usaha apapun harus berbasis ilmu dan teknologi.

Pada zaman sekarang, dalam bertani, boleh saja orang menanam ketela, ubi-ubian, dan berbagai jenis buah-buahan. Akan tetapi hasil panennya, harus diolah terlebih dahulu. Menjual hasil pertaniannya secara langsung, tanpa diolah terlebih dahulu, keuntungannya tidak akan banyak, sepadan dengan tenaga dan modal yang dikeluarkan.

Para santri juga mengetahui bahwa usaha apa saja akan semakin cepat berkembang, maju, dan menguntungkan jika dilakukan secara bersama-sama dan atau memiliki jaringan yang luas. Lebih dari itu, mereka juga telah paham, bahwa jual beli barang dagangan tidak harus memiliki tempat strategis, tetapi juga bisa menggunakan fasilitas modern seperti internet dan semacamnya.

Pada suatu saat, datang ke rumah saya beberapa santri, mereka mengaku dari sebuah pondok pesantren. Identitasnya sebagai santri jelas, yaitu mengenakan sarung, baju koko, lengkap dengan kopyah putih. Mereka menceritakan, telah membuka usaha kuliner dengan menjual makanan siap saji. Kedatangan mereka juga membawa contoh dagangan yang diproduksinya sendiri. Melihat contoh dagangannya itu sama sekali sudah tidak ada gambaran bahwa, dagangannya itu diproduk oleh para santri yang selama ini dikesankan serba ketinggalan.

Kelebihan santri pada umumnya dibanding dengan hasil pendidikan lainnya, mereka lebih mandiri, bekerja keras, ulet, tahan terhadap tantangan, dan mau beresiko. Jiwa dimaksud berhasil ditumbuhkan oleh pendidikan pesantren yang memang sehari-hari dibiasakan hidup seperti itu. Para santri di pesantren tidak mengenal hidup manja yang apa saja harus dibantu atau dilayani oleh orang lain.

Semangat berwira-usaha para santri dimaksud, mengingatkan saya terhadap betapa pentingnya gerakan menumbuhkan ekonomi kerakyatan. Semangat para santri itu manakala dipupuk dan diberi saluran yang lebih luas, mulai dari permodalan dan fasilitas lainnya, maka ke depan akan melahirkan gerakan ekonomi kerakyatan yang luar biasa.

Potensi tersebut selain seharusnya dipelihara, dalam batas-batas tertentu, juga harus dilindungi. Usaha di bidang ekonomi tidak ada bedanya dengan apa yang terjadi di laut bebas. Ikan-ikan berukuran besar di laut bebas biasanya memangsa ikan-ikan berukuran kecil. Akibatnya, jika tidak dipelihara dan dilindungi, maka usaha para santri, ---di zaman liberal seperti sekarang ini, nasipnya akan mirip ikan kecil di laut bebas dimaksud, yaitu akan dimakan ikan besar terlebih dahulu sebelum mereka tumbuh menjadi besar. Wallahu a'lam

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up