30 Desember 2018 nanti.
Genap sembilan tahun diperingati.
Seorang guru waskito pendidik hati nurani.
Seorang Presiden meski sudah wafat masih tetap di hati.
Semua rakyat sangat suka dan selalu menghormati.
Bahkan terus selalu menjadi perbincangan sentero negeri.
Gus.....
Kami semua sangat rindu.
Tidak lagi dengar ucapan benar meski lucu.
Engkau katakan sejujurnya meski kadang harus padu.
Bahkan masih bisa katakan apa adanya waktu orde baru.
Resiko tanpa engkau hiraukan karena kritik yang engkau tuju.
Engkau sangat berani membela orang dengan gaya khasmu.
Sederhana dan penuh bijaksana tanpa butuh dielu-elu.
Engkau tidak pendendam bahkan kepada seteru.
Gus.....
Saat rakyat akan memilih.
Para wakil rakyat dan presiden RI.
Teringat lagi pesan-pesan yang engkau ajari.
Pilih orang yang jujur yang tidak pernah khianati.
Berikan suara kepada yang tetap punya hati.
Bukan kepada yang terlalu ambisi dengan strategi.
Memecah belah bangsa dengan cara mencaci maki.
Orang yang melihat dunia ini hanya titipan ilahi.
Gus.....
Kami semua yang di dunia.
Gundah dengan segala cobaan tanpa jeda.
Berbagai peristiwa gempa dan penembakan di Papua.
Kapankah bangsa kami bisa damai tanpa fitnah.
Terjauh dari hox dan suka saling memberi faidah.
Bukan permusuhan hanya beda pilihan dengan tanpa puja.
Gus...
Sungguh kami rindu tanpa henti.
Engkaulah pahlawan manusia sejati.
Apa pun yang engkau ajarkan kami mengerti.
Tapi seringkali kami lupa bahkan sangat abai.
Mengatakan yang benar itu benar tanpa kecuali.
Kami sangat rindu dengan sosokmu yang piawai.
Kepada rakyat kecil dan mereka yang tertindas sangat peduli.
Gus...
Kami rindu....
Malang, 18-12-2018
'Abd Al Haris Al Muhasibiy