HUMAS-Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki) mengadakan kajian rutin di hari Jumat. Pada pekan kedua bulan Oktober ini diisi dengan sholawatan, bertepatan dengan bulan Maulid Nabi Muhammad SAW. Agenda kali ini menjadi sangat spesial karena menghadirkan salah seorang budayawan ternama di Nusantara, yakni sang Celurit Emas, K.H. Zawawi Imron. Acara yang mengusung tema Kajian Makna dan Tradisi Shalawatan ini dilaksanakan secara luring di lobi rektorat Lt. 1 dan juga bisa diikuti secara virtual dimana pun berada. Jumat(15/10)
Hadir saat acara Prof. Zainuddin,MA, Rektor UIN Maliki Malang, para wakil rektor, para dekan dan juga perwakilan dosen. Di samping itu, dimeriahkan juga oleh grup banjari dari Pusat Bahasa UIN Maliki Malang yakni Al Markazi.
Menyambut awal acara, Prof. Zain sapaan akrab Rektor UIN Maliki menyampaikan bahwa kegiatan tersebut telah menjadi tradisi kampus. Narasumbernya tidak hanya dari golongan akademisi dalam kampus, namun juga sering mengundang narasumber dari luar, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, pejabat pemerintahan, hingga kaum budayawan seperti saat ini. “Oleh karena itu, agenda rutinan ini selain untuk pengembangan intelektual akademik juga dalam rangka pengembangan spiritual,” ucapnya.
Sementara itu, dalam ceramahnya K.H. Zawawi Imron mengupas tentang kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Setidaknya ada empat hal yang bisa dipetik, yakni perjuangan Rasulullah dalam berdakwah, kehadiran beliau di kehidupan umat manusia, bentuk kecintaan umatnya kepada beliau dan akhlak beliau di era modern.
K.H. Zawawi Imron memulai ceramahnya dengan rasa syukur yang harus diungkapkan karena hal yang terindah perihal cintanya Nabi Muhamad pada umatnya. Hal itu menurut Kyai Zawawi mengingatkan kita sebagai umat Rasulullah hidup jauh dari masa beliau tetapi tetap akan mendapatkan cinta (syafa’at) nya. “Nabi Muhammad SAW menjadi ranking pertama sebagai tokoh berpengaruh perjuangan di dunia,” ujarnya. Perjuangan dalam hal dakwah, Rasulullah menjadi teladan yang terbaik. Dalam berdakwah, Rasulullah tidak pernah menyuruh orang lain berbuat baik sebelum beliau berbuat terlebih dahulu. Tangan beliau selalu digunakan untuk merangkul bukan untuk memukul. Selain itu, Beliau sangat mengutamakan akhlak. Melalui keindahan akhlak Rasul, seolah-olah tidak ada yang menyuruh untuk berbuat sesuatu, tetapi membuat kita tergugah untuk menirunya.
Kemudian, Kyai Zawawi munuturkan bahwa cinta itu bahasa yang lebih tinggi daripada kata-kata ilmiah. Getaran hati ini yang dapat menghadirkan Rosululloh SAW dalam hati kita. “Jika Rosululloh sebagai Rahmatan lil'aalamiin, tentara kasih sayangnya adalah kita,”ungkapnya. Dengan bersholawat, kita mudah merasakan bertemu dengan rosul. Namun bagi kaum pernyair sungguh tidak mampu melukiskan Cinta Rasulullah SAW.
Selanjutnya, Kyai Zawawi menjelaskan hakikatnya Maulid Nabi Muhammad SAW tidak sekadar menjadi acara yang diulang-ulang, tetapi juga haru bisa memperbarui cinta kita kepada baginda. Berbagai bentuk ekspresi cinta umat Islam di nusantara, seperti di Banyuwangi yang membuat telur berbentuk bunga pada saat acara Maulid Nabi. "Ini wujud ekspresi budaya, tidak ada yang melarang. Selama tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Oleh karenanya, hal ini menjadi momentum terbaik untuk memperbarui rasa kecintaan kita dan ini tradisi yang luar biasa di tanah air kita, jangan sampai dibuang! ", paparnya.
Terakhir, Kyai Zawawi meningatkan bahwa akhlakul karimah di jaman modern sangat diperlukan. Kita umatnya harus meniru akhlak Rasulullah SAW. Apabila kita bertanya bagaimana akhlak beliau, akhlak Rosulullah SAW seperti tersurat dan tersirat dalam Al Quran. “Rasul itu Al Quran yang berbentuk manusia,” jelasnya. Sesungguhnya, jika kita membaca Al Quran, kita itu ibaratnya bertemu Rasulullah SAW dan ketika kita membaca sholawat, kita bertemu dengan Allah SWT.
Begitulah pesan-pesan Sang Celurit Emas, K.H. Zawawi Imron, selama acara. Tidak lupa beliau menyampaikan syair-syair dari penyair terkenal, seperti Khoiril Anwar, penyair Lebanon, dan tokoh ternama lainnya.(alf/ptt)