Kyai Muzakki, yang Bahagia dan Membahagiakan
(Dosen Sastra Arab UIN Malang, hari ini dipanggil oleh Allah SWT)
Oleh: Halimi Zuhdy*
"Mas, odek tadek se taoh, sepenting bisa berkhidmah ka umat, insyallah berkah (hidup tidak ada yang tahu, yang penting bisa berkhidmah, insyallah hidupnya berkah)" kata Yai Muzakki di dalam mobil menuju arah Batu beberapa bulan yang lalu. Asyik ngobrol berdua sama beliu, sesekali humor khasnya keluar.
Perjalanan tidak terasa jauh, karena setiap nasehatnya selalu diselingi guyonan khas Madura. "Saya alhamdulillah, sudah beli tanah di madura, nanti mau buat pondok dan sekolah, murah tapi berkualitas, dan ingin kembali ke Madura" kata-kata yang sering saya dengar dari beliau. Keinginan-nya cukup besar untuk membuat lembaga, tujuannya hanya satu berkhidmah untuk ummah.
"Tidak banyak yang bisa saya lakukan mas, yang penting bisa nemani guru, berkhidmah juga pada guru, seperti Kyai Masduqie Machfudh, Kyai Marzuki, KH. Chamzawi, Kyai Isyraqun Najah dan lainnya" beliau diam, kemudian lepas lagi guyonannya "Maka, saya selalu usahakan kalau di Mergosono, sesibuk apa pun saya, secapek apa pun saya, pasti saya berangkat untuk ngaji di Diniyah". Saya merenung, ini luar biasa keistiqamahan beliau. Bahkan, ketika berada di tempat yang cukup jauh, dan beliau selamar dengan saya, beliau ngaji ke Mergosono.
"Kalau saya ke gasek, berkhidmah pada Kyai Marzuki, saya hanya ingin keberkahan, kalau umur saya tidak panjang, atau saya tidak bisa berbuat banyak untuk anak-anak saya dan keluarga saya, maka siapa tahu dengan berkhidmah anak keturunan saya selalu diberkati oleh Allah, sholeh dan sukses dunia akhirat" Sudah sangat mafhum, Kyai Muzakki sangat dekat dengan Kyai Marzuki Mustamar, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim, dan beliau juga menjadi pengurus PWNU.
Saya kenal beliau sosok yang sangat gigih, tidak sedikit buku yang telah lahir dari tangannya, dan beberapa bukunya mejadi rujukan penting mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab yaitu Teori Sastra Arab, dan alhamdulillah saya juga berkesempatan menjadi editor beberapa bukunya. "Saya sangat senang menulis, terutama tentang stilistika dan semiotika Al-Qur'an, asyik, menyelami bahasa Al-Qur'an tidak pernah bosan". Kata beliau saat itu, ngobrol di belakang Fakultas Humaniora. "Ini beberapa tulisan saya sudah ada di scopus Mas Halimi, doakan ya, tulisan saya berikutnya tentang Ekspresi Eufimistik Seksual Al-Qur'an: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik"
Kyai Muzakki yang dari jauh sudah tampak gaya dan senyumnya ini, sangat dekat sekali dengan para santri, musyrif dan Murabbi. Kalau sudah berbicara tentang ma'had beliau sangat senang dan bersemangat, "Kalau murabbi dan musyrif senang, maka santri juga senang, karena mereka yang sehari-hari bergaul dengan mereka, maka saya ingin murabbi dan musyrif itu diberi beasiswa atau apalah, karena mereka ini juga bagian dari orang yang mamajukan kampus". Kata beliau beberapa tahun lalu, ketika baru diangkat menjadi Mudir Ma'had Al-Jamiah UIN Malang, sebelum Buya Badruddin Muhammad.
Sosok yang dekat dan akrab dengan banyak orang ini, terutama orang-orang kampung, tidak pernah lelah untuk terus berdakwah. Terutama ketika awal-awal menjadi dosen UIN Malang, dan belaiu masih muda, selalu terjun berdakwah di Malang selatan, dan beberapa daerah terpencil lainnya, "Saya tidak bisa menolak Mas, kalau sudah diundang oleh orang-orang kampung atau orang di pelosok desa, apalagi juga kalau diperintah guru, insyallah saya berangkat". Kata beliau ketika itu saya baru diangkat menjadi Dosen UIN Malang, dan beliu juga yang menguji kelayakannya.
"Mas, jangan main-main kalau jadi dosen, yang tenanan kalau ngajar, mengajar itu amanah, kalau malas dan tidak benar-benar kasihan mereka, sudah jauh-jauh dari berbagai daerah di sini tidak mendapatkan apa-apa". Kata yang cukup menghentak, dan dari ucapan ini saya mulai akrab dengan beliau. Walau tidak berguru langsung di kelas, tapi beliau banyak memberikan motivasi kepada dosen-dosen yunior di Prodi Bahasa dan Sastra Arab.
Beliau ada di mana-mana, dan berkhidmat di mana-mana. "Mas di NU itu berkhidmah, bukan mencari duit apalagi ketenaran, karena tidak akan dapat itu semuanya, toh kalau dapat beberapa hal di atas hanyalah tambahan, dan itu bukan tujuan. Tujuan utamanya adalah khidmah, yang kita harapkan adalah keberkahan". Sambil tersenyum dengan guyonan khasnya, beliau sampaikan di ruang DPRD Kota Malang ketika raker PCNU beberapa tahun silam, waktu itu beliau sebagai wakil syuriah, dan saya wakil ketua RMI.
Beberapa hari yang lalu sebelum masuk ke ruang ICU, beliau Chat di WA, "Assalamualaikum, Ustadz, semestinya nulis buku itu saya dan Kyai Marzuqi.....berhubung saya sakit...maka besok yg presentasi perwakilan Tim ...pangapunten ustadz". Saya balas "mugeh-mugeh segera sehat Kyai". "Cokop panjenangan saos se oneng Ustadz..sopajah tak ngarepoteh dek cah kancah (cukup kamu saja yang tahu ustadz, agar tidak merepotkan teman-teman)". Kata terakhir pun, tidak ingin merepotkan banyak orang, selalu berusaha untuk menyelesaikan sendiri.
Dalam sakitnya beliau masih terus berkarya, semangat untuk terus berbagi, terus menulis dan mengaji. Kami hanya bisa berdoa, Mudah-mudahan beliau, Dr. KH. Achmad Muzakki, MA, ditempatkan di sisi Allah, di tempat yang paling indah. Dan seperti doa beliau, hari ini beliau di antarkan ke Madura. Rahimahullah ta'ala
*Murid Dr. KH. Achmad Muzakki, MA