HUMAS UIN Malang – Berlangsung kegiatan "Pendalaman Instrumen BLU Maturity Rating Menuju Perguruan Tinggi Islam Unggul Bereputasi Internasional", Senin (22/05/2023), di Jl. Metro No. 46, Kota Batu. Acara yang akan berlangsung selama 3 hari ini dihadiri oleh para stakeholder dari UIN Maliki Malang dan dibuka oleh Dr. Ahmad Hidayatullah, M.Pd., selaku Kepala Biro AUPK (Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan) UIN Maliki Malang.
Dalam sambutannya, Dr. Ahmad Hidayatullah, M.Pd., menyampaikan tujuan dari pertemuan yang dilaksanakan setiap tahunnya ini, yaitu mematangkan penilaian BLU maturity rating. Para Wakil Dekan bidang AUPK, Kepala Bagian TU, hingga teknisi IT tiap-tiap fakultas juga hadir dalam acara ini. Tahun sebelumnya persepsi BLU maturity rating UIN Maliki Malang ialah 4.5 namun ternyata yang tercapai hanya 2.15, sedangkan skala maksimalnya adalah 5, berarti yang diraih tahun sebelumnya masih kurang dari separuh. “Jika diibaratkan penilaian ini seperti ujian, di mana jika nilai maksimalnya adalah 10, UIN Maliki Malang hanya mendapatkan 4” gurau dia. “Tahun ini, target yang ditetapkan adalah 3.5” imbuh dia. Ia menekankan bahwa sejak dulu ia telah menyampaikan bahwa maturity rating bukanlah hal yang terpenting, yang terpenting adalah kematangan BLU dan tata kelola yang baik. Ia mengecam terhadap praktik yang hanya fokus pada penilaian tanpa memperhatikan integritas, karena hal tersebut merupakan suatu pengkhianatan.
“Jika UIN Maliki Malang telah mengubah paradigma mereka untuk memprioritaskan bagaimana cara mematangkan tata kelola mereka, maka penilaian dari siapapun pun akan sesuai dengan apa yang telah dibangun. Yang diperlukan adalah pengelolaan yang serius dan ketika itu terwujud, penilaian akan mengikuti. Ketika budaya mutu telah dijalankan dengan baik, penilaian akan stabil, tidak naik turun dengan cepat. Utamakan budaya tersebut” pesan dia.
Ia juga menyampaikan bahwa dengan menerapkan budaya kerja struktural sebelumnya, yang melekat hanya istilah atasan dan bawahan. Hal ini menyebabkan bawahan hanya menunggu perintah dari atasan, dan sebaliknya. Sementara kemampuan kita semua sebenarnya sama. Budaya kerja yang baik bukanlah tentang menjadi "superman" tetapi menjadi "supertim". Oleh karena itu, pemerintah mengubahnya menjadi jabatan fungsional, di mana setiap orang memiliki tanggung jawab yang sama, memberikan kontribusi masing-masing, dan bekerja sama.
Kepala Biro AUPK pun mengajak semua peserta untuk memulai menerapkan budaya tata kelola yang baik, dimulai dari diri masing-masing. Dengan demikian, UIN Maliki Malang dapat memperkuat posisinya sebagai perguruan tinggi Islam unggul dengan reputasi internasional. (jj)