UIN MALANG-Workshop Integrasi Islam dan Sains besutan Pusat Studi Islam dan Sains (PSIS) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memasuki hari kedua, Rabu (31/5). Masih bertempat di Rumah Singgah lt. 2, Sekolah Pascasarjana, kegiatan itu menghadirkan dua dosen senior UIN Malang, Dr. Abdul Malik Karim Amrullah, M.Pd.I. dan Dr. Achmad Khudori Soleh, M.Ag. Para peserta yang terdiri dari mahasiswa pengurus DEMA universitas serta Sema fakultas dan jurusan masih antusian mengikuti materi integrasi ilmu.
Sebagai salah satu personel Lembaga Penjaminan Mutu universitas, Abdul Malik menjelaskan mengenai model pendidikan integrasi yang diimplementasikan di kampus berlogo Ulul Albab ini. Ia menuturkan, salah satu tujuan desain keilmuan yang dianut kampus ialah agar para lulusan UIN Malang tidak hanya memiliki kapabilitas di bidang studi yang dipilih. Namun, para lulusan juga dituntut untuk menjadi seorang profesional yang berkepribadian ulama. Tentunya dengan memiliki bekal ilmu agama yang memadai.
Maka, UIN Malang menghadirkan Pusat Ma’had Al-Jami’ah di lingkungan kampus, sebagai wujud integrasi keilmuan. Mahasiswa selama satu tahun diwajibkan menimba ilmu keislaman di ma’had bersama para guru terpilih. Di waktu yang sama, mereka juga belajar studi peminatannya bersama para profesional yang juga memiliki kapabilitas tinggi.
Abdul Malik melanjutkan, kurikulum di UIN Malang juga disusun sedemikian rapi untuk menerapkan falsafah keilmuan yang dianut. Seluruh subjek belajar dikategorikan ke dalam tiga mata kuliah kepribadian. Pertama, kepribadian bangsa untuk mengasah nasionalisme mahasiswa. Kedua, mata kuliah kepribadian Muslim dimaksudkan untuk membentuk jiwa keislaman dalam diri mahasiswa. Yang terakhir, mata kuliah kepribadian universitas–sesuai dengan logonya, lulusan UIN Malang diharapkan memiliki kepribadian Ulul Albab seperti yang tercantum dalam al-Quran.
Sementara itu, narasumber terakhir ialah Dr. Achmad Khudori Soleh. Materinya terfokus pada karya ilmiah yang berbasis agama dan sains. Karena dua model ilmu yang berbeda, maka pemerolehan atau sumbernya pun berbeda. Menggabungkan keduanya akan memperluas khazanah keilmuan.
Bapak yang menjabat sebagai Wakil Dekan di Fakultas Psikologi ini berbagi mengenai tiga model integrasi keilmuan yang bisa diterapkan. Pertama saintisasi ayat; di sini ayat-ayat al-Quran ditafsiri dengan pendekatan sains sehingga tampak ilmiah. Selanjutnya, model ayatisasi sains yang fokus pada penguatan temuan sains dengan menggunakan ayat suci al-Quran. Model terakhir ialah sintesis yang merupakan integrasi pada wilayah metafisika dan filosofis.
Pada kesempatan yang sama, Khudori juga menyempatkan untuk memberi motivasi kepada peserta yang berstatus mahasiswa. Ia ingin agar semua mahasiswa memiliki target pendidikan, termasuk juga keinginan studi lanjut. Untuk merealisasikannya, tentu butuh investasi waktu yang banyak untuk belajar. “Selain itu, mahasiswa juga harus pandai memanfaatkan fasilitas dari pemerintah, yakni beasiswa,” tuturnya. (nd)