UIN MALANG-Menjadi negara dengan keragaman, baik itu dari sisi budaya, maupun agama atau kepercayaan, Indonesia tak luput dari konflik-konflik kecil hingga besar yang mengatasnamakan perbedaan. Karena itu, Kementerian Agama Republik Indonesia, beberapa tahun belakang ini, menggencarkan gerakan moderasi beragama sebagai respon atas kegelisahan warga negara terhadap konflik. Hal ini yang ditekankan oleh Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. H. M. Zainuddin, MA. dalam seremonial Wisuda Program Sarjana dan Pascasarjana Periode ke-4 Tahun 2023 di Gedung Sport Center, Sabtu (23/9).
Menurut rektor, kurikulum di UIN Malang yang juga memasukkan unsur pesantren, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengenal dan mempelajari banyak hal, termasuk perbedaan. “Akidah yang diajarkan di ma’had adalah akidah ahlus sunnah wal jama’ah yang moderat, yang mencintai tanah air, dan menghargai orang lain tanpa memandang agama, status sosial, etnis, dan bangsa,” papar Prof. Zain.
Di UIN Malang, mahasiswa belajar hidup di lingkungan heterogen, karena mengenal mahasiswa lain yang berasal dari kebudayaan dan negara yang berbeda. “Mereka belajar bagaimana harus bertoleransi dengan teman-teman yang tidak sama kultur dan juga status sosialnya,” imbuh rektor. Dengan begitu, mahasiswa UIN Malang tidak akan menjadi pribadi yang ekstrim, apalagi terpapar gerakan radikalisme.
Sebagai perguruan tinggi negeri di bawah naungan Kementerian Agama RI, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berusaha menyusun kurikulum keilmuan yang integratif. Menurut Prof. Zain, ada dua keuntungan wali mahasiswa yang menyekolahkan anak-anaknya di UIN Malang. “Selain belajar ilmu yang diminati, mahasiswa juga belajar dan mendalami ilmu Agama Islam,” jelasnya. Selama satu tahun di awal studi, mahasiswa diwajibkan tinggal di lingkungan pesantren dalam kampus. Mulai dari bangun tidur hingga malam hari, mereka mengikuti aturan ala pesantren seperti sholat berjama’ah dan mengaji al-Quran serta kitab kuning. Pasca ma’had, mahasiswa tidak lantas lepas dari ilmu agama. Mereka masih mempelajarinya melalui mata kuliah keagamaan, seperti Studi Quran, Studi Hadis, Teologi, juga Filsafat Islam. (nd)