UIN Malang-Menginternasionalisasi jurnal bukan perjalanan yang instan. Persiapannya bisa menahun dan menguras energi serta pikiran. Hal ini menjadi concern bagi setiap pengelola jurnal dimanapun. Untuk berdiskusi mengenai internasionalisasi jurnal, khususnya persiapan indeksasi Scopus, para pengelola jurnal di bawah naungan Puslitbang Lektur Kementerian Agama RI mengadakan kunjungan ke Pusat Publikasi Ilmiah-LP2M sebagai rumah bagi seluruh penerbitan jurnal ilmiah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Rombongan dari Kemenag disambut oleh Ahmad Abtokhi (Sekretaris LP2M), M. Anwar Firdausy (Kepala Pusat Publikasi Ilmiah), Rohmani Nur Indah (Ketua Rumah Jurnal), dan Ernaning Setiyowati (Pimred Journal of Islamic Architecture). Sementara itu, personel dari Kemenag ialah pengelola Jurnal Heritage of Nusantara dan Jurnal Lektur Keagamaan, yakni Fakhriati, I Nyoman Suwardi, Yazid Hady, dan Dicky Wahyudi.
Fakhriati menyatakan bahwa maksud kedatangannya ialah untuk belajar mengenai persiapan submit indeksasi Scopus. “Tidak hanya ingin belajar, tentunya kami ingin bisa berkolaborasi dengan pengelola jurnal di UIN Malang,” tutur Managing Editor Jurnal Heritage of Nusantara tersebut.
Yazid Hady melanjutkan, pihaknya sampai saat ini hanya bisa menerka-nerka, apa yang menjadi standar CSAB Scopus dalam menilai jurnal. “Bisa jadi menurut kita jurnal A sangat kurang, namun ternyata malah terindeks Scopus. Jadi kita bingung, apa yang sebenarnya jadi pakem CSAB,” ujar Editor Jurnal Lektur Keagamaan itu.
Dalam sambutannya, M. Anwar Firdausy menuturkan bahwa sampai saat ini pun, pihak Rumah Jurnal UIN Malang terus berusaha mengadakan program yang memfasilitasi para pengelola jurnal ilmiah. Beberapa jurnal yang dirasa siap dalam berbagai aspek, akan diberi pembekalan intensif dengan mengundang pakar dari asesor yang berpengalaman. “Tahun 2022 kami ajukan tiga jurnal yang ternyata belum beruntung. Tahun ini ada dua jurnal lagi, semoga kali ini lolos dan terindeks Scopus,” papar Dosy, sapaan akrabnya.
Sementara itu, Indah dan Erna menjelaskan bahwa perlu manajemen yang baik dan rapi dalam mempersiapkan internasionalisasi jurnal. Di JIA sendiri, jelas Erna, setiap editor bertanggung jawab atas beberapa naskah, “Editor tersebut menangani artikel dari mencarikan reviewer sampai publish. Tentunya, sebelumnya saya sudah mengajari mereka berbagai hal mengenai jurnal.”
Sementara itu, Indah tetap yakin bahwa salah satu faktor terpenting agar suatu jurnal dapat lolos terindeks Scopus adalah memiliki focus and scope yang unik. Selain itu, jajaran penulis di jurnal juga harus berpengalaman. “Makanya, sebagai pengelola, kita harus berkorban waktu, mencari dan meminta naskah dari penulis-penulis yang sudah berpengalaman nulis di jurnal internasional bereputasi,” ujarnya. (nd)