HUMAS UIN MALANG – Badan Pengawas Pemilu Provinsi Jawa Timur hadir di Aula Rektorat Kampus 1 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dalam rangkaian Bawaslu Ngampus untuk mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pengawasan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak tahun 2024, Kamis lalu (12/9).
Giat ini dihadiri oleh Prof. Dr. H. Nur Ali, M.Pd (Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), Dr. Jamilah, MA (Dosen Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), Dewita Hayu Shinta (Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Timur), dan Muhammad Fajar Shodiq Ramadlan, S.Ip., M.Ip (Dosen Fakultas Ilmu sosial dan Politik Universitas Brawijaya) dan diikuti ratusan mahasiswa antar fakultas yang ada di lingkungan UIN Malang.
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Prof. Dr. H. Nur Ali, M.Pd, dalam sambutannya mengatakan, alumni banyak menjadi tim Bawaslu karena di sana ada pembelajaran penting bagi mereka sekaligus menerapkan fungsinya sebagai representasi mahasiswa. “(Alumni) FITK ikut andil dalam update keilmuan pancasila dan kewarganegaraan di Bawaslu. Ini penting saya kira bagi mereka yang membutuhkan pengembangan Iptek, pengembangan karakter adil, jujur dan berani menyampaikan argumen,” katanya.
Hal ini penting, menurutnya, untuk menghilangkan dan memberantas kebodohan harus dengan regulasi yang jelas, dengan demikian Pendidikan menjadi kuncinya, karena salah satu fungsi mahasiswa adalah sebagai role of educations.
Sementara, Ketua Bawaslu Provinsi Jawa Timur, Pak Awan, mengatakan dalam sambutannya, mahasiswa perlu mengetahui bagaimana bawaslu berjalan, supaya tidak mudah terdoktrin oleh sekelompok orang, yang bisa kami arahkan adalah mahasiswa sehingga kegiatan ini penting untuk di ikuti oleh mahasiswa, untuk apa nilai yang bagus tapi tidak berkontribusi kepada masyarakat.
Materi pertama yang disampaikan oleh Jamilah, ia menerangkan bahwa mahasiswa memiliki posisi sebagai pemilih sehingga penting bagi pemilih untuk melakukan observasi terlebih dahulu, harus mencermati siapa yang akan dipilih, bagaimana latar belakang calon pemimpinnya, bagaimana mekanisme dalam pemilihan, bagaimana cara menghadapi serangan fajar, itu semua penting untuk di observasi dan dipikirkan lebih matang sebelum memilih. Karena menurutnya, mahasiswa adalah pemilih yang educated, artinya mahasiswa memilh berdasarkan pengetahuannya, bukan memilih secara acak atau berdasarkan suasana hati, sehingga penting bagi mahasiswa.
Berikutnya, Dewita Hayu Shinta selaku pemateri kedua menyampaikan beberapa prinsip Pemilihan Umum (Pemilu) demokratis dalam standar inetnasional, diantaranya adalah pemungutan suara bersifat rahasia, hasil yang cepat, Sistem yang mudah dipahami, satu orang, satu suara, satu nilai, perwakilan rakyat sejati melakukan parlemen, pemungutan suara yang diwajibkan atau bersifat sukarela dan maksimalisasi partisipasi pemilih, dan pemilu harus dilaksanakan oleh penyelenggaraan yang tidak berpihak dan mandiri.
Muhammad Fajar Shodiq Ramadlan yang menjadi pemateri ketiga menyampaikan bahwa penting untuk menjaga prinsip demokrasi. Prinsip itu perlu dijaga dengan tugas utama semua pihak, seperti menjaga prinsip dasar ini bekerja, pengawasan adalah ujung tombak dari prinsip-prinsip penghormatan terhadap hak, akuntabilitas, kesejahteraan, rule of law. Hal ini akan memastikan pemilu dapat berjalan demokratis, salah satunya mekanisme pengawasan dan saling mengawasi.
Fajar, sapaan akrabnya, berharap agar mahasiswa menghindari tren saat ini, “vote buying”. Ini menjadi contoh pelanggaran elektroral fraud, yakni pelanggaran dalam pemilu, baik yang tertulis atau tidak yang dilakukan oleh aktor-aktor, baik yang dilakukan oleh terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi. (sf)
Editor: Sulthan Fathani Elsyam