UIN MALANG-Fakta bahwa tidak semua warga negara Indonesia memiliki kesadaran akan pendidikan, bukanlah isu belaka. Meski sudah memasuki zaman global, sebagian masyarakat desa masih beranggapan bahwa pendidikan bukan bekal masa depan cerah. Hal tersebut diungkapkan Kepala Desa Dawuhan, Syaiful Arifin, saat memberi pengarahan kepada peserta Pelatihan Metodologi Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset di Balai Desa, Sabtu (2/11).
Kurangnya kesadaran akan pendidikan menjadikan tingkat Drop Out sekolah di masyarakat pedesaan tidak berkurang. Problem itu kemudian merambat ke pernikahan di bawah usia matang yang lazim ditemukan di desa-desa. Akibat pernikahan dengan pengetahuan yang kurang matang, maka timbullah permasalahan lain, yaitu kemiskinan dan stunting dalam tumbuh kembang anak. "Ini menjadikan wilayah pedesaan kurang memiliki sumber daya yang mumpuni," ujar Kades Dawuhan.
Selain memperoleh informasi mengenai demografis dan keadaan kemasyarakatn di desa, peserta pelatihan juga mendapatkan arahan dari Camat Poncokusumo, Didik Agus Mulyono.
Poncokusumo adalah satu dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang. Ia mengungkapkan bahwa wilayah tugasnya sendiri terdiri dari 17 desa dan 49 dusun dengan potensi yang beragam. "Hal-hal yang bisa dieksplor dari Poncokusumo, selain kekayaan alamnya ialah tradisi dan budayanya," jelas Didik. Setiap area bahkan memiliki tarian khas.
Keberagaman ini, lanjut Didik, bisa jadi karena Poncokusumo sendiri ada di wilayah perbatasan dengan 3 kabupaten, yakni Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan. "Berdasarkan IDM (Indeks Desa Mandiri), seluruh desa di kecamatan ini sudah berproses menjadi desa mandiri sesuai dengan parameter yang ada," jelasnya.
Didik menjabarkan, dana desa tak hanya fokus untuk peningkatan infrastruktur desa, namun juga untuk banyak hal lain demi pengembangan desa. Salah satunya ialah untuk peningkatan perekonomian pedesaan. "Dengan berkembangnya desa melalui bumdes, maka anggaran desa tak hanya bergantung pada dana pemerintah, tapi juga dari pendapatan asli desa," harapnya. (nd)
Pewarta: Iffatunnida
Fotografer: Abadi Wijaya