MALIKI ISLAMIC UNIVERSITY – Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) bukan lagi sekadar wacana masa depan, tetapi sudah menjadi bagian nyata dari kehidupan digital saat ini. Dalam Workshop Internasional bertajuk International Tutorial and Workshop on Particle and Heavy Ion Transport Code System (PHITS), yang diselenggarakan oleh Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada 16–20 Juni 2025, tokoh nasional Prof. Dr. Ir. M. Nuh, DEA, hadir memberikan pandangannya yang mencerahkan tentang AI dan data.
Dalam paparannya, M. Nuh menekankan bahwa prinsip dasar AI adalah mesin yang tidak hanya bisa berpikir, tetapi juga bisa belajar sendiri—belajar dari data yang tersedia, khususnya data yang ada di internet seperti di Google.
“Kalau ingin belajar AI, jangan langsung lompat ke aplikasinya. Pahami dulu tentang data. Karena AI belajar dari data. Semakin banyak data yang dia miliki, maka dia akan semakin pintar,” tegas mantan Menteri Pendidikan Nasional ini.
Ia menjelaskan bahwa AI bekerja dengan cara menyerap dan menganalisis data yang tersedia secara daring. Setiap kali data baru diunggah ke internet, AI akan segera mengambil dan mempelajarinya. Dengan proses ini, kemampuan AI akan terus berkembang seiring bertambahnya informasi yang masuk.
“AI itu mesin pencari yang cerdik. Kecerdikannya bukan datang dari langit, tetapi hasil dari kumpulan data yang sangat besar, yang dipelajari dan dimodelkan melalui algoritma,” tambahnya.
Pernyataan ini disampaikan dalam sesi penting workshop internasional PHITS, sebuah kegiatan yang menjadi wadah penguatan kolaborasi riset global, khususnya dalam bidang fisika partikel dan teknologi simulasi transportasi ion berat. Kegiatan ini berlangsung selama lima hari penuh, dari 16 hingga 20 Juni 2025, di Aula Gedung B Lantai 4 Pascasarjana UIN Malang.
Dengan semangat kolaboratif dan atmosfer akademik internasional, M. Nuh juga mendorong para peserta dan peneliti untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi AI, tetapi juga memahami fondasinya. Sebab, dalam dunia yang dipenuhi informasi, siapa yang menguasai data, maka dialah yang akan menguasai masa depan.
“Jangan hanya jadi pemakai. Jadilah pencipta. Tapi untuk mencipta, pahami dulu dasarnya—dan dasar dari AI itu adalah data,” pungkasnya dengan penuh semangat.
Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum penting bagi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk semakin memperkuat perannya dalam jejaring keilmuan global, dan terus mendorong sinergi antara keilmuan Islam, sains, dan teknologi di era digital ini.