Sabtu, 15 Mei 2010, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang mewisuda lulusan Semester Genap Tahun Akademik 2009/2010 melalui acara Rapat Terbuka Senat. Sebagaimana sebelumnya, wisuda kali ini juga diisi dengan serangkaian acara, seperti laporan akademik, sambutan wakil wisudawan, pidato ilmiah, dan penganugerahan penghargaan kepada para wisudawan berprestasi, serta sambutan Rektor. Yang menarik, sambutan atas nama wisudawan yang diberikan oleh wisudawan dari Fakultas Psikologi disampaikan dalam tiga bahasa, bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris.
Penampilan dalam tiga bahasa tersebut untuk membuktikan bahwa para lulusan Universitas ini mahir dalam bahasa asing, terutama bahasa Arab dan bahasa Inggris, sekaligus untuk memantapkan UIN Malang sebagai Universitas bilingual. Kondisi demikian, mungkin tidak dijumpai di tempat lain. Saya cukup bangga dengan wakil wisudawan tersebut yang, walau bukan alumni dari Jurusan Bahasa Arab dan bahasa Inggris, dapat memberikan sambutan dalam dua bahasa asing tersebut dengan cukup fasih.
Dalam sambutannya, wakil wisudawan itu menyampaikan rasa syukur dan bangga menjadi mahasiswa UIN Malang. Dia merasa telah memperoleh ilmu yang cukup sebagai bekal hidup setelah lulus. Karena itu, dia akan secara maksimal memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh dalam tugas-tugas ke depan yang akan diemban. Selain bangga, wakil wisudawan itu juga merasa memiliki rasa percaya diri yang tinggi sebagai alumni dari salah satu perguruan tinggi Islam yang berkembang demikian pesat. Sebagai salah seorang dosen di Universitas ini, saya turut bangga atas prestasi yang telah dicapai wisudawan dan sekaligus mengucapkan selamat atas keberhasilan mereka.
Dari serangkaian acara itu, ada acara yang secara substantif sangat penting untuk dicermati para wisudawan sebagai bekal mengarungi hidup baru, yakni sambutan Rektor (Prof. Dr. H. Imam Suprayogo) yang berisi sejumlah pesan penting. Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan pesan Rektor tersebut untuk menjadi pegangan setelah para wisudawan meninggalkan kampus. Setidaknya berisi enam pesan penting dari Rektor untuk para wisudawan di manapun berada sebagai berikut: Pertama, para wisudawan untuk selalu berbakti kepada kedua orangtuanya yang selama ini telah bersusah payah mendidik dan membiayai studi mereka hingga jenjang sarjana. Sikap hormat kepada kedua orangtua tersebut penting diingatkan agar para wisudawan sadar bahwa tanpa kedua orangtua mereka tidak akan ada dan menikmati kehidupan ini. Rektor memberikan contoh banyak orang berhasil dalam hidupnya karena doa dan ridho kedua orangtuanya. Sebaliknya, banyak orang gagal karena orangtua tidak meridhoi hidupnya.
Kedua, agar wisudawan merasa bangga telah lulus dari perguruan tingi Islam, yang tidak saja mengantarkan mereka menjadi orang pandai, tetapi juga menjadi orang yang senantiasa dekat dengan Allah swt. Rasa dekat dengan Allah diwujudkan dengan senantiasa berbuat amal sholeh dalam mengisi kehidupan ini. Lebih jauh Rektor mengatakan bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh harus mampu menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ketiga, agar para lulusan diharapkan menjadi manusia yang jujur. Ditegaskan oleh Rektor bahwa kejujuran amat sangat penting. Betapa susahnya hidup dengan orang yang tidak jujur. Tak seorang pun yang tidak sepakat bahwa kejujuran amat sangat penting. Pesan ini penting untuk digarisbawahi, karena kebohongan merupakan pangkal kehancuran dan merugikan orang banyak. Untuk itu, lulusan UIN Maliki Malang harus menjadi tauladan bagi masyarakat luas dalam berbagai hal, termasuk dalam hal kejujuran.
Keempat, para lulusan diajak untuk selalu husnudzon (berprasangka baik) kepada Allah dengan tidak mudah menyalahkan Allah jika usaha atau rencana dalam kehidupannya belum berhasil. Ketidakberhasilan justru dipakai sebagai momentum untuk berintrospeksi diri atas perilakunya selama ini. Sebagai Yang Maha Tahu, Allah tentu telah menentukan keputusan yang terbaik bagi manusia, termasuk keputusan untuk menunda keberhasilan. Keputusan Allah harus diterima apa adanya dan mencari hikmah di balik semuanya.
Kelima, para lulusan diajak untuk menjaga tali silaturrahim sebagaimana diajarkan Islam. Dalam bahasa modern, silaturrahim adalah jaringan (networking). Menurut Rektor, membangun jaringan sangat penting, terutama di alam modern seperti sekarang ini. Peluang sukses sering diperoleh lewat jaringan yang luas. Karena itu, para wisudawan diajak membangun silaturrahim dengan merawat yang sudah ada dan menambah yang belum ada. Silaturrahim dengan almamater juga harus dijaga, sebab salah satu pilar penyangga perguruan tinggi adalah jaringan para alumninya.
Keenam, para lulusan diajak untuk selalu dekat dengan tiga hal, yakni pertama al Qur’an sebagai pegangan hidup, kedua adalah tempat ibadah (masjid), sebab sebaik-baik tempat, menurut Nabi, adalah masjid, dan ketiga adalah ulama. Insya Allah jika para alumni ini selalu memegang teguh al Qur’an, selalu dekat dengan masjid dan alim ulama, maka spiritualitas dan moralitasnya terjaga. Pesan Rektor ini penting untuk dicermati, sebab ditengarai saat ini banyak orang mengaku beragama Islam tetapi tidak akrab dengan kitab sucinya, tidak suka ke masjid, dan tidak akrab dengan para alim ulama. Padahal, menurut salah satu hadits Nabi, iman seseorang itu naik turun. Ada kalanya orang mudah dan merasa ringan beribadah dan beramal sholeh. Tapi di saat yang lain terasa berat untuk melakukan kedua hal itu. Maka itu, agar iman tetap terjaga, kita diperintahkan Nabi untuk selalu dekat dengan para ulama.
Ketujuh, yakni pesan keilmuan agar para lulusan senantiasa terus menuntut ilmu pengetahuan. Sarjana bukan orang sembarangan. Sebab, untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan dan kerja keras. Dengan disiplin ilmu yang telah diperoleh, sarjana harus menjadi agen kemajuan masyarakat dan penjaga moral. Untuk menjalankan tugas tersebut, Rektor mengharapakan agar para wisudawan jangan berpuas diri dengan ilmu dan gelar yang telah diperoleh. Sebagai kelompok masyarakat terpelajar, sarjana harus terus mengembangkan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang telah dipilih untuk selanjutnya mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Dari ketujuh pesan tersebut tak satu pun yang bermakna material. Semuanya bermuatan moral dan nilai-nilai luhur, seperti untuk selalu berbakti kepada kedua orangtua, berlaku jujur, menjaga silaturrahim, dekat dengan al Qur’an, masjid dan ulama, husnudzon kepada Allah, dan terus menuntut ilmu. Universitas memang tidak pernah menjanjikan lulusannya menjadi pegawai negeri, birokrat, politisi, pejabat dan sejenisnya. Tetapi Universitas menginginkan para lulusannya menjadi orang yang sanggup berjuang menegakkan agama Allah melalui ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di mana pun mereka berada. Insya Allah, dengan menegakkan agama Allah kita akan senantiasa memperoleh kemudahan dalam mengarungi kehidupan ini.
Untuk menutup tulisan ini, sudah selayaknya saya mengucapkan selamat kepada para wisudawan yang telah mengukir prestasi dengan menjadi sarjana. Selain itu, selaku bagian dari warga kampus, saya berharap para wisudawan mencermati tujuh pesan Rektor tersebut untuk menjadi bekal mengarungi kehidupan.
Semoga, Allah swt senantiasa melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada para wisudawan, dimudahkan semua urusannya, diberi petunjuk dan kekuatan untuk menjalankan peran-peran kemasyarakatan dengan berbekal ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dari Universitas Islam ini. Saya tahu persis bahwa Universitas ini telah berbuat maksimal dan terbaik untuk mengantarkan para lulusannya menjadi orang yang berhasil, tidak saja dalam kehidupan dunia, tetapi juga dalam kehidupan akhirat. Tetapi kita harus sadar bahwa kehidupan ini memang tidak pernah utuh, selalu saja ada kekurangan. Tetapi karena kekurangan itu pula, kita senantiasa harus terus belajar dan menuntut ilmu pengetahuan.
To all graduates, I wish you success. May Allah the Almighty bless you all
____________
Malang, 17 Mei 2010 .