Kiat Berbicara di Depan Publik
Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si Senin, 2 Agustus 2010 . in Rektor . 960 views

“Lidah tak bertulang, tidak terpatahkan, dan tajamnya bisa melebihi pedang”, begitu kata orang bijak untuk menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan lidah. Jika penggunaannya tepat, lidah mampu mengantarkan orang menjadi sukses. Sebaliknya, jika sembrono, lidah bisa mengantarkan ke kehancuran. Karena itu, para orangtua kita selalu mewanti-wanti agar kita berhati-hati dalam berbicara. Sebab, jika sudah terlontar perkataan tidak akan pernah bisa ditarik oleh siapa pun, termasuk oleh yang bicara itu sendiri. Kesalahan ucap yang sudah keluar dari lidah bisa direvisi atau diralat, tetapi akibat yang ditimbulkannya tidak akan pernah bisa hilang. Ia membekas dan menancap tajam.

 

Semua orang sepakat bahwa berbicara itu penting untuk menyampaikan maksud atau pesan kepada orang lain. Tetapi tidak semua orang pandai berbicara, dan kalau pun berbicara tidak didengarkan dan diperhatikan orang lain. Sebaliknya, ada sebagian orang yang jika berbicara bisa membuat pendengarnya terkesima, seolah terhipnotis, tidak saja oleh isi pembicaraannya, tetapi juga oleh kedahsyatan kata yang dipilihnya dan gaya bicaranya yang memukau. Banyak orang sukses karena kepiawiannya berbicara kendati isinya hal-hal biasa-biasa saja. Sebaliknya, banyak orang gagal menyampaikan hal-hal baik karena ketidakcakapannya menyampaikan gagasan tersebut.

Berbicara bukan pekerjaan sederhana. Ia memerlukan seni dan ketrampilan tinggi untuk menjadikan pembicaraan efektif dan memperoleh perhatian pendengar, lebih-lebih jika berbicara di depan publik. Cara berbicara seseorang mengundang penilaian orang lain dan menggambarkan siapa dia yang sesungguhnya. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika para ahli sosiolinguistik mengatakan bahwa semua yang kita miliki (harta, profesi, jabatan, identitas diri dan sebagainya) bisa kita sembunyikan rapat-rapat, tetapi kita tidak akan pernah bisa menyembunyikan cara bicara kita. Sebab, pemilihan kosa kata, cara menyampaikannya, tekanan kata dan intonasi kalimat, dan kecepatan berbicara semuanya menggambarkan siapa sebenarnya yang berbicara itu. Apakah orang terdidik, profesional, atau orang biasa-biasa saja.

Khusus berbicara di depan publik tampaknya diperlukan kiat tersendiri. Kita sering melihat orang berbicara di panggung dengan penuh percaya diri dan memukau sehingga membuat tepuk tangan pendengarnya. Itu pertanda pembicaranya hebat. Sebaliknya, sebagaimana telah diungkap di depan, banyak orang grogi, gemetar, gugup, malu, membosankan, dan monoton ketika di depan publik sehingga seolah mereka berbicara dengan diri mereka sendiri. Padahal, secara akademik mereka berpendidikan cukup dengan kemampuan nalar yang bagus. Bagi pendengarnya, model bicara seperti itu sangat membosankan dan bagi pembicaranya sendiri merupakan beban sangat berat. Panggung yang mestinya menjadi medan ekspresi diri berubah menjadi panggung siksaan yang menyakitkan.

Pembicara hebat bukan terlahir, walau ada orang yang memang punya bakat untuk itu. Tetapi kemampuan bicara memerlukan latihan dan pengetahuan serta ketrampilan. Dari pengalaman berbicara di forum-forum besar dengan banyak hadirin dan juga dari pembacaan banyak referensi tentang kiat sukses berbicara di depan publik ada benang merah yang bisa ditarik. Secara berurutan, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

 

Demikian beberapa kiat sukses berbicara di depan publik. Masih ada beberapa hal lain yang juga perlu diperhatikan, seperti jangan datang terlambat, kuasai medan, masuklah dari sisi kiri audiens, jangan bicara dengan nada tinggi dan sebagainya. Tetapi delapan poin di atas setidaknya cukup menjadi perhatian serius bagi siapa pun yang ingin sukses menjadi pembicara publik. Selamat mencoba !

 

____________

 

Malang, 31 Juli 2010

 

 

 

. .

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up