Orang itu bernama Paiman, dan di lingkungannya biasa dipanggil Pak Man. Usianya sekitar 65 tahun dengan separoh rambutnya sudah memutih. Pekerjaan sehari-harinyasebagai penjaga sebuah kantor swasta yang tidak begitu besar. Anak, istri dan cucunya semua ngumpul di bangunan kecil di balik kantor tersebut. Saya kaget bukan kepalang ketika saya ada urusan dengan kantor tersebut dan bermaksud ke toilet tiba-tiba mendapati Pak Man itu sedang makan siang dengan lahapnya dan ada segelas minuman kopi di depannya. Seketika saya bertanya “Lho Pak Man gak puasa ya? “. Dengan bahasa Jawa, dia menjawab“ Walah-walah pak kulo niki sampun tuwek , mboten usah macem-macem Pak”, begitu jawabnya dengan entheng. Artinya “ Saya ini sudah tua pak, gak usah macam-macam”.
Siapa pun yang mendengar jawaban Pak Man akan tertawa-tawa terpingkal-pingkal atau istighfar. Di mata Pak Man puasa itu dianggap perbuatan aneh-aneh. Jadi karena sudah merasa tua, dia tidak perlu berpuasa. Aneh sekali dan berbalik seratus derajat dengan orang kebanyakan. Umumnya, orang semakin tua, semakin tekun beribadah sebagai bekal jika sewaktu-waktu meninggal. Kasus Pak Man sangat aneh , karena sudah merasa tua , maka tidak perlu berpuasa yang dianggap pekerjaan aneh-aneh itu. Bagaimana menjelaskan perilaku Pak Man tersebut?
Perintah Allah untuk berpuasa sudah sangat jelas dan tidak perlu ditafsir macam-macam. Janji Allah bagi orang yang menjalankan ibadah puasa dengan landasan iman dan semata karena memohon ridho