Udara di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta pagi itu sangat cerah ketika saya dan rombongan Menteri Agama RI mendarat dengan maskapai penerbangan Thai Airline, Rabu, 25 September 2013. Pesawat mendarat dengan mulus tepat pukul 11. 00 WIB setelah terbang selama 3 jam dari Bandar Udara Internasional, Bangkok, Thailand, usai mengikuti rangkaian acara Menteri Agama RI, Dr, Suryadharma Ali, memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Dr. Honoris Causa) dari The Pricess of Naradhiwas University, Thailand.
Begitu keluar dari pesawat, saya menghidupkan pesawat HP dan terdengar beberapa kali pesan singkat (sms) masuk. Di antara pesan singkat itu ada teks berbahasa Inggris berbunyi sebagai berikut:
“Ministry of Hajj Saudi invite you to share the hajj conference which is going to be held in Makkah during 8-10 of October 2013 and then perform hajj. Please send email to This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it . dr. Hisham Abbas/general secretary of hajj symposium”.
Ketika membaca pesan itu, saya antara percaya dan tidak. Jangan-jangan hanya iseng atau main-main saja. Jika hanya iseng, kok pengirimnya mencantumkan nama dan jabatan dalam kegiatan itu dengan jelas, yakni Dr. Hisham Abbas, sekretaris umum simposium. Dan, jika memang benar, betapa senangnya dengan berita itu. Siapa muslim yang tidak suka memperoleh kesempatan berhaji? Tetapi dalam batin saya bertanya-tanya dari mana pengirim pesan itu tahu nomor hand phone saya. Karena itu, saya segera menghubungi teman saya yang bertanggung jawab urusan Kerjasama Internasional di kampus, Bapak Bachruddin Fannani, MA, untuk mengecek kebenaran informasi tersebut melalui Kantor Kedutaan Besar Saudi Arabia di Jakarta.
Tidak lama setelah itu, Pak. Fannani yang menyampaikan bahwa berita itu memang benar adanya. Menurutnya, Kementerian Haji Saudi memang pernah meminta no HP saya kepada Pak. Fannani beberapa waktu lalu sebelum musim haji. Saya semakin yakin karena beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 18 Agustus 2013, pernah menerima telepon dengan nomor awal +96.. (nomor itu dari Saudi) tetapi suaranya tidak begitu jelas dan dan tidak ada lagi kontak setelah itu.
Setelah diyakinkan bahwa berita itu benar, rasa syukur dan haru saya tidak henti-hentinya. Tetesan air matapun tak terhindarkan. Bagaimana tidak !. Ini adalah ketiga kalinya saya menunaikan ibadah ke baitullah tanpa ada firasat dan rencana berhaji sama sekali--- apalagi mendaftarkan diri ---, selain beberapa kali umrah yang kebentulan bersamaan dengan tugas kedinasan. Ibadah haji pertama tahun 2000 saya tunaikan seperti jama’ah yang lain, dengan mengumpulkan uang, mendaftarkan diri dan menunggu beberapa saat, kemudian berangkat. Pada tahun itu, belum ada antrian panjang untuk berhaji. Karena itu, asal dana cukup dan tidak ada kendala kesehatan siapa saja bisa berhaji dengan mudah.
Ibadah haji kedua saya lakukan pada tahun 2010. Kisahnya juga tidak terduga sama sekali. Suatu kali saya ke Jakarta dan diajak main-main saja oleh Rektor UIN Malang saat itu