GEMA-Masyarakat sedang ramai memperbincangkan kompetisi penulisan artikel tingkat nasional yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia. Pasalnya, BPIP mengangkat "Hormat Bendera dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam" sebagai tema besar. Tentu hal ini menjadi pergunjingan karena dikhawatirkan akan memecah belah bangsa. Namun, tidak semua menganggap ini negatif, termasuk Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof. Dr. M. Zainuddin, MA., Senin (16/7).
Menurutnya ide beserta penyelenggaraan kompetisi tersebut sangat positif. Masyarakat perlu memahami bagaimana sesungguhnya makna dan arti penting dari mencintai negeri ini. Sampai hari ini masih banyak warga bangsa yang enggan dan bahkan menganggap bid'ah dan syirik terhadap penghormatan Sang Saka Merah Putih. "Padahal, hal tersebut dimaksud untuk mencintai tanah air yang tergolong sebagian dari iman," jelas Prof. Zain.
Ia melanjutkan, penghormatan bendera ialah bagian dari memperkokoh komitmen kita sebagai warga bangsa sekaligus mengamalkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kaum santri, sebagai bagian dari warga bangsa, memiliki potensi dan komitmen dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejarah mencatat bagaimana para Kiai dan kaum pesantren melakukan perlawanan terhadap para penjajah di negeri ini. "Kontribusi mereka dalam perjuangan bangsa tidak terbantahkan," tegasnya.
Maka, masih kata Prof. Zain, penyelenggaraan hibah kompetitif penulisan artikel oleh BPIP tersebut sebetulnya bisa memperkaya khazanah wawasan kebangsaan bagi generasi muda khususnya dan warga bangsa pada umumnya. Selain itu, sebagai bentuk dari revitalisasi dan reaktualisasi makna kebangsaan dan keindonesiaan dan menanamkan cinta NKRI dalam perspektif agama. "Saran saya, jika BPIP ingin mengadakan kompetisi serupa di masa mendatang, maka tema "perspektif agama" perlu diperluas. Sehingga, umat agama lain bisa berpartisipasi dan berkontribusi dalam perlombaan tersebut," papar rektor menutup opininya. (nd)